O2

621 52 5
                                    

"Sesuai peringkat pertama, Lee Jeno boleh mengambil makanan terbaik."

Mark mengumpat dalam hati, ia merutuki para petinggi di sekolah dan segala sistemnya. Mana ada sekolah seperti ini? Mark benar-benar tak terima..

Ia pun hanya dapat kebagian sebuah sayuran dan susu. Ditambah beberapa gorengan yang sudah anyep. Rasanya selera makan Mark tak ada.

"Dimakan, gak baik lo anggurin," ucap Renjun menasehati. Mark hanya berdecih, matanya tak lepas dari Haechan yang masih bisa menikmati makan siang dengan lahap. Padahal lauknya hanya tahu tempe. Iya, Haechan kan peringkat terakhir.

"Mau ayam gue gak?" Jeno tiba-tiba datang dengan senyumannya, ia duduk di depan Mark.

"Gak perlu," tolak Mark tanpa basa-basi.

"Gue.. ada salah ya sama lo?" tanya Jeno kemudian.

"Gak ada."

"Tapi gue ngerasa kok tiba-tiba lo berubah ya."

"Perasaan lo aja kali."

"Tap─"

"Jeno, mending lo makan. Sebentar lagi bel masuk." Renjun menyela, Jeno kemudian beralih menatapnya dan tersenyum. "Iya, Renjun. Oh ya, lo mau ayam gue gak?"

"Gak usah, makasih," tolak Renjun.

"Gak papa, gue hari ini lagi gak pingin makan ayam."

"Lo harusnya bersyukur bisa makan ayam, di mana teman-teman lo lainnya gak bisa. Bersyukur, ngerti?" sarkas Mark dengan nada tak menyenangkan. Jeno yang mendengarnya tersenyum tipis.

"Gue bukannya gak bersyukur kok. Gue han─"

"Gue duluan." Mark memotong ucapan Jeno, ia berdiri kemudian melenggang pergi begitu saja.

Renjun yang melihat itu hanya menghela napasnya, ia kemudian melirik Jeno yang masih senantiasa tersenyum menatap punggung Mark.

"Jeno."

"Hmm?"

"Jangan obsesi bikin semua orang merasa lo dewa."

Dan Jeno lagi-lagi hanya tersenyum.



















































"Lo jangan berbuat curang," celetuk Haechan pada Jaemin yang tertawa. Keduanya sedang bersiap-siap untuk penilaian lari.

Pak Damar, selaku guru olahraga menyuruh Haechan bersanding dengan Jaemin.

Ya, lagian mau dengan siapapun Haechan pasti akan selalu menjadi pihak yang kalah. Jadi Haechan bodo amat, hidup dibawa santai aja bro.

"Yang menang katanya bakalan dapat point." Jaemin berujar sembari menghampiri Haechan dengan botol minum di tangannya.

"Lo berusaha lebih lagi lah," ucap Jaemin terkekeh.

"Lo pikir gue gak berusaha?!"

"Minimal, ada satu hal yang lo jago."

"Gue jago buat curang. Lo mau?"

Jaemin mendengus geli kemudian kembali ke posisi awanya. Haechan mendumel dalam hati. Sekolah saja Haechan ogah-ogahan, apalagi bertanding untuk mendapatkan nilai. Mending Haechan tidur.

"Penilaian olahraga hari ini juga menentukan peringkat kalian, siapa yang terendah akan mendapat penalti. Bapak tidak mau banyak bicara, kalian tahu bahwa di sekolah ini semuanya, peraturan, fasilitas bahkan kedudukan di kelas semuanya ditentukan dari peringkat."

The Smartest ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang