O5

451 44 0
                                    

Tok tok tok!

Mark yang sedang dalam bilik toilet itu mengumpat dalam hati saat pintu biliknya diketok dengan brutal.

"Ini siapa?! Sudah hampir setengah jam pakai kamar mandi tidak selesai-selesai!"

Suara Pak Damar terdengar kencang, Mark meringis. Perutnya kan sedang sakit..

"Maaf, Pak. Saya bener-bener butuh kali ini."

"Kamu siapa?!"

"Mark Lee, Pak."

"Kamu kan anak peringkat bawah, kamu gak tahu kalau anak peringkat bawah dilarang pakai toilet lebih dari lima belas menit?" omel Pak Damar dari luar. Mark mengulum bibirnya.

Kesal bukan kepalang.

"Namanya orang sakit perut gimana?! Gak punya hati ya?!" seru Mark sebal dari dalam. Kelepasan.

"Berani kamu bentak saya?!"

Pintu digedor lebih keras, Mark meringis, kalau tidak mengingat konsekuensinya, ia sudah memukul Pak Damar dari tadi.

Mark menghela napasnya.

"Lagipula kalau kamu memang pingin bebas di sekolah ini berusaha, belajar, contoh ketua kelasmu." Pak Damar kembali berceramah setelah pintu bilik dibuka oleh Mark.

Wajah Mark sudah lempeng.

"Iya, terserah," balas Mark tak niat. Ia kemudian melenggang pergi. Namun dibalik pintu kamar mandi, tiba-tiba muncullah Haechan.

"Anjir, ngagetin!"

"Biasa aja kali."

"Ya lo muncul tiba-tiba!"

"Emangnya gue kalau mau muncul harus ngomong permisi dulu?!"

"Hish, mboh." Mark memilih melanjutkan langkahnya, menghiraukan Haechan yang masih menatapnya tak suka.

"Mau apa kamu?" tanya Pak Damar begitu Haechan masuk ke dalam toilet.

"Mau ke toilet lah, ya kali mau makan?" cibir Haechan terang-terangan.

"Lima belas menit ya maksimal, kalau gak saya kurangin poin kamu."

"Suka-suka saya lah, Bapak mending minggir deh. Mau ngintip saya boker apa gimana nih?"

Pak Damar menatap Haechan heran bercampur kesal, ia kemudian menunjukkan timer di tangannya. "Jangan lebih dari lima belas menit."

"Ah, iya iya!" Haechan jadi sebal sendiri, pemuda itu mendorong kasar tubuh Pak Damar hingga hampir nyungsep.

Walaupun begitu, Pak Damar akhirnya mau keluar.

"Ckckck, ada-ada aja dah sekolah ini."

Haechan mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya, kemudian ia menghisapnya. Pemuda itu mendecih dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku.

Akhir-akhir ini mood Haechan memburuk, mengingat kedatangan Jisung dan perubahan sikap Mark, Haechan jadi muak sendiri.

"Heh, lo udah cari yang gue suruh belum?"

Pergerakan Haechan terhenti, suara gusrak-gusruk dari luar membuat rungunya menajam. Sepertinya ada dua orang yang baru saja masuk ke dalam toilet.

"Belum, gue baru mau ngomong tapi ada yang ganggu."

"Ck, harus cepet. Biar yang lainnya juga tahu, kita harus provokasi."

"Tapi, kalau nanti gak berhasil gimana?"

"Percaya deh sama gue."

"Buset, gue gak bisa percaya gitu aja sama lo. Kasih tahu─"

"Eh bentar."

The Smartest ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang