Peringkat sementara;
1. PARK JISUNG
2. HUANG RENJUN
3. LEE MARK
4. NA JAEMIN
5. ZHONG CHENLE
6. LEE HAECHAN
7. LEE JENO"Lee Jeno peringkat terbawah?" tanya Jaemin menganga, hampir tak percaya. Sementara Jeno, yang dibicarakan hanya melirik tajam Jisung.
Jisung terkekeh merasa senang, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding. "Gue emang udah pinter dari lahir sih," ujarnya sengaja ingin mengundang kemarahan Jeno.
"Jeno, lo kena penalti?" tanya Chenle hampir tak percaya. Jeno terdiam sejenak sebelum tersenyum dan mengendikan bahunya pura-pura tidak tahu.
"Bagus deh, begini baru adil," imbuh Mark kemudian. Haechan melirik sinis pemuda itu. "Lo diem deh."
"Lo yang diem, udah peringkat bawah, belagu pula."
"Gue sumpahin otak lo kebalikya."
"Ngapain lo bawa-bawa masalah otak?!" seru Mark ngegas. Renjun menghela napasnya, dalam hati tersenyum lega sebab peringkatnya tak turun.
"Tapi gue penasaran deh, apa ya yang nyebabin orang kayak lo kena penalti?" tanya Mark dengan dagu terangkatnya pada Jeno.
"Udah, gak usah kepo lo," sahut Jaemin yang malas jika terjadi drama lagi.
"Ya penasaran aja sih, emangnya kalian gak penasaran?"
"Udah diem."
"Lo gak mau ngasih tahu Jeno? Itu pasti sesuatu yang buruk ya?" tanya Mark lebih ke arah mengejek, pemuda itu membuat ekspresi seakan-akan mengasihani Jeno.
"Bukan apa-apa kok."
"Separah apa sih sampai lo gak mau cerita?"
"Mark, lo bisa diem gak sih?!" dengus Jaemin yang ikutan kesal.
"Separah apa sih? Jangan-jangan lo mau bunuh orang? Ups," tebak Mark dengan wajah songongnya. Jeno hanya dapat menghela napasnya, ia tersenyum lebar ke arah Mark. "Gak papa, Mark. Makasih udah nanya," jawabnya berusaha tenang.
Tidak tahu saja, di belakang tubuh kekar Jeno, kedua tangan pemuda itu sudah terkepal erat. Emosinya serasa membuncah.
Mark hanya mendecih sebagai balasan.
"Lo pinter juga ya, Jisung," ucap Renjun tersenyum lebar pada Jisung.
Jisung hanya mendengus kemudian membuang muka.
"Ya iyalah, anak kepala sekolah begitu.. pasti nyogok," sahut Haechan tak ada takut-takutnya.
"Elo gak usah kayak kompor bledug," ucap Mark.
"Lo gak ngaca?!"
"Udah, berisik banget sih lo berdua." Jaemin menabok lengan kedua pemuda itu.
"Sakit, woy! Gue punya perasaan!" Haechan drama.
"Emang yang bilang lo gak punya perasaan siapa?!" Jaemin ikutan ngegas. Chenle di sebelahnya menghela napas berat, serius, telinganya bisa-bisa meledak kalau begini terus.
"Udah woy, lo jangan malah jadi ribut juga!" kesal Chenle menunjuk Jaemin.
"Lagian peringkat begini doang apa pentingnya sih?" ujar Haechan menyindir dengan mata sinisnya.
"Lo sirik ya? Lo kan anak peringkat bawah, kasarnya, elo itu bodoh!" seru Mark menggebu-nggebu.
"Gue bodoh cuman dari pelajaran, kalau lo mah semuanya bodoh!"
"Biasanya orang bodoh gak mau ngaku, ya kayak lo ini!"
"Lah, emangnya lo gak?! Tolong ngaca lah minimal sekali sehari!"