1O

385 37 0
                                    

Kalau ditanya bagaimana Mark bisa menjadi semenyebalkan sekarang, jawabannya ya tidak tahu. Sistem yang mulai diadakan di sekolah membuat Mark frustasi, rasanya aneh saja. Kehidupan sekolahnya yang menyenangkan seperti direnggut paksa.

Pindah sekolah ke sini saja sebenarnya sudah membuat Mark muak. Namun, apalah sistem ini?

Walaupun bukan termasuk dalam siswa yang bodoh, Mark juga tersiksa. Entah, ada suatu malam ia bermimpi aneh. Mimpi itu terasa sangat nyata, sampai-sampai Mark merasa bahwa itu bukanlah mimpi melainkan kejadian asli yang pernah terjadi.

Namun, mau bagaimana lagi? Mark tak punya petunjuk apapun.

"Sudah gue bilang, jangan berulah."

Mark melirik sinis Jeno yang datang dengan dua botol air di tangannya. Senyum terpatri di wajahnya dan itu sangat membuat Mark sebal.

"Lo bisa berhenti senyum gak?" dengus Mark kasar.

Wajah Jeno nampak terkejut sejenak. "Lho, kenapa?"

"Ya wajah lo itu menyebalkan! Gak senyum aja menyebalkan, apalagi senyum!" decak Mark menyibak poni rambutnya.

Jeno tertawa kecil. "Lo kayak anak kecil dah Mark."

"Diem."

"Heh, lo bisa gak usah galak-galak gak sih?!" Haechan menyahut lagi. Jeno mengulum bibir, wah apakah perang akan terjadi kembali?

"Gimana? Capek gak?" tanya Jeno.

"Ya capek lah, lo emang gak bisa mikir ya?!" Mark lagi-lagi sinis. Haechan yang kesal menggulung kedua lengannya. "Heh, mulut lo bisa ngomong baik-baik gak sih?!"

"Udah diem, gak usah ikut campur."

"Telinga gue pengang."

"Ya udah ke dokter THT sana!"

"Lo mau gelud lagi sama gue?!"

"Ya ayo aja kalau lo mau!"

"Sudah, sudah, tolong jangan ribut. Poin kalian nanti kalau dikurangin gimana?" lerai Jeno akhirnya.

Mark mendengus. "Bodo amat, yang penting gak kena penalti aja," sindirnya menohok.

"Heh, lo kasih tahu itu nurut! Bukannya malah belagu!" seru Haechan keras-keras.

"Lo gak usah balas, Chan. Nanti malah ribut lagi," tegur Jeno akhirnya. Haechan mendecih saja sembari melirik sinis Mark. Yang dilirik hanya menampilkan wajah acuh.

"Nih, minum."

"No."

"Hmm?"

"Lo kena penalti gak ada hukuman apa gitu?" tanya Haechan. Jeno nampak berpikir sejenak.

"Gak ada sih.."

"Kok aneh ya."

"Lo pingin Jeno dihukum?" sahut Mark tiba-tiba, duduk di lapangan dengan keringatnya.

"Diem dah lo, gak ada yang ngomong sama elo."

Jeno menghela napas. "Ya udah, nanti kalau dapat hukuman juga gue jalanin. Lagian, kayaknya tahun depan gue gak bisa keluar," ujarnya dengan suara yang mulai mengecil.

"Si Renjun pasti kesenengan tuh si Jisung gak ada. Apalagi lo dapat penalti, sekarang dia jadi peringkat pertama."

"Lo ada otak bisa mikir begitu?" Mark membalas Haechan.

"Ya gue ada otak makanya mikir begini!"

"Orang baru aja meninggal malah mikirin peringkat," cibir Mark keras-keras.

The Smartest ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang