"Ini kayaknya dikali bukan ditambah."
"Ditambah."
"Dikali, dibilangin juga."
"Ditambah ya ditambah!"
Mark mengulum bibirnya, ia menahan emosi saat Jisung mendelik dan meninggikan nadanya. Kalau di kelompok lain tentram dan nyaman, lain cerita di kelompok ini. Mark yang terpaksa sekelompok dengan Jisung harus ngotot-ngototan terlebih dahulu sebelum menjawab soal.
"Lo bisa gak sih jangan bikin emosi?!"
"Lo yang buat gue emosi," balas Jisung tak mau kalah.
"Terserah lo! Kerjain sendiri!" seru Mark kesal bukan kepalang. Pemuda itu menutup bukunya dengan kasar.
"Ya udah, lo tinggal gak usah dapat nilai. Gampang kan?"
"Lo itu menyebalkan ya. Heran gue ada anak kayak lo."
Jisung hanya tersenyum miring saja mendengar penuturan Mark. Pemuda itu mencoret-coret bukunya dengan santai.
"Lo gak suka sama Jeno ya?" tanya Jisung tiba-tiba. Mark mengernyit, ia terdiam sejenak sebelum akhirnya melirik Jisung dengan sinis.
"Urusan lo apa?"
"Gimana kalau lo kerja sama dengan gue? Kasih Jeno pelajaran biar dia gak sok."
"Untuk apa gue kerja sama dengan lo?" tanya Mark remeh. Ia tersenyum miring melihat wajah Jisung yang menatapnya sinis. "Gue gak suka dengan Jeno, bukan berarti gue akan pakai cara murahan."
"Padahal gue belum ngomong pakai cara apa."
"Jeno gak butuh dikasih pelajaran," ucap Mark datar. "Jeno tetap akan lebih menang dari pada lo. Lagipula, gak suka sama Jeno bukan berarti gue suka sama elo. Gue gak berpihak ke kubu manapun."
Jisung hanya terkekeh mendengarnya.
"Oh iya, satu lagi. Berhenti memperalat Jaemin, dia gak sepolos yang lo kira."
"Chenle, lo udah enakan?"
Chenle hanya mengangguk saja menjawab pertanyaan Jeno, pemuda itu tersenyum kemudian menepuk bahu Chenle. "Bagus deh, semangat ya."
"Jeno."
"Hmm?"
"Gue boleh nanya sesuatu gak?" tanya Chenle. Jeno mengangguk dengan polos.
"Kenapa lo sebaik ini ke orang lain? Cuman buat nambah poin kah?" tanyanya. Jeno terdiam sejenak, matanya sedikit bergetar sebelum akhirnya kembali menyipit dan tersenyum ke arah Chenle.
"Eh? Kita kan semua teman, udah jelas gue harus baik dan bantu kalian," tuturnya. Chenle mengangguk dengan kaku.
"Lo mau ke kantin?" tanya Jeno berjalan beriringan dengan Chenle di lorong.
"Iya."
"Ngomong-ngomong, bentar lagi daftar peringkat sebentar lagi bakalan keluar."
"Iya, gue tahu."
"Katanya peringkat terakhir bakalan dikasih penalti."
"Iya."
"Menurut lo siapa?"
Chenle terdiam, banyak kandidat yang ada di otaknya. Jelas, salah satu adalah dirinya. Chenle menghela napasnya.
"Gue paling."