"Kayaknya lo terlalu berprasangka buruk deh sama Jeno. Dia gak seburuk yang lo kira."
Kedua alis Mark menukik mendengar ujaran Renjun. Pemuda itu sudah sehat ngomong-ngomong, hari ini ia sudah bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.
"Atas dasar apa lo ngomong begitu?" tanya Mark.
"Dia kemarin belain gue."
"Dia gak bela lo, dia cuman gak suka sama omongan si Jisung. Dia benci Jisung."
"Lo terlalu kaku, Mark. Gak baik."
"Itu firasat gue. Dia bakalan berkhianat nantinya. Lo tahu kelemahan anak ambis itu apa?"
"Apa?"
"Mereka gak bisa tunduk sama orang. Mereka gak akan terima kalau dikalahin."
Renjun manggut-manggut mendengar ucapan Mark. "Tapi gak semua orang ambis begitu, Mark. Kayaknya Jeno beneran baik."
"Jeno itu gak sebaik yang lo kira."
"Lo itu tahu apa sih tentang Jeno?!" Haechan tiba-tiba datang dan menyahut dengan kesal. "Kayaknya benci banget sama Jeno."
"Iya, gue benci Jeno.. dan elo. Orang yang sok tahu."
"Ngaca lo, lo itu juga sok tahu!"
Yeah, Mark dan Haechan tengkar kembali. Renjun jadi pusing.
"Lo itu cuman besar mulut Haechan."
"Ini orang emang gak punya kaca ya!"
"Lo ini pemuja Jeno. Gak sadar?!"
"Lo konyol!" hardik Haechan. "Gue bukan pemuja Jeno, tapi kesel aja tingkah lo yang awalnya baik jadi nyinyir begini! Padahal selama ini Jeno juga baik sama elo!"
"Elo kan gak tahu kenapa gue ngomong begini!"
"Banyak omong lo!"
BRAK!
"BISA DIEM GAK?! GUE LAGI BELAJAR!"
Nah loh, Jeno marah.
"Lo tahu dari mana?" tanya Jaemin menyipitkan matanya curiga pada Jisung yang justru tersenyum lebar di sebelahnya.
"Lihat aja lah, serigala berbulu domba itu beneran ada."
"Tapi Jeno kasihan."
"Gak perlu, orang kayak dia juga gak perlu dikasihanin." Jisung berujar sinis. Matanya tak lepas dari Jeno yang masih asik belajar dengan kacamata yang bertengger.
"Gue juga belum sepenuhnya percaya sama lo," ujar Jaemin mengalihkan atensi Jisung.
"Sebenarnya gue gak butuh lo percaya sama gue sih. Itu kan terserah lo."
"Maksud gue, lo kan anak baru. Baru dua hari masuk, udah tahu sebanyak apa sih?"
"Lo mau tahu kenapa gue dikeluarin dari sekolah gue?"
Walau agak ragu, Jaemin akhirnya mengangguk.
"Karena gue ngebuka rahasia sebuah club atlit. Alhasil, orang yang berpengaruh di sana berusaha keluarin gue."
"Cuman itu? Gak mungkin."
"Lo gak tahu kekuatan orang berkuasa ya?" tanya Jisung dengan kekehannya.
"Lo gak punya koneksi, gimana ngelakuinnya?"