"jangan pernah kembali dan menunjukan wajahmu. Setelah hari ini anggaplah kau tidak pernah berhubungan dengan anakku. " Nada mengancam membuat hati terasa dalam jeruji.
Ji Isa Kim. Pemuda itu hanya menunduk, pandangnya menatap lantai dengan sorot yang bercampur aduk,
"Aku mengerti tuan. Untuk yang terakhir tolong biarkan aku melihat Jennie ." Samuel Kim menatap serius akan pemuda yang sudah pasrah akan segalanya,
"Bahkan putriku tak menyukaimu sama sekali. Akan lebih baik kau pergi dengan tenang." Ji, dia gertakan giginya kuat, mulai menanggah untuk menatap pria paruh baya yang memiliki tinggi sebahunya itu,
"Meski begitu aku ingin melihatnya dan setelahnya aku berjanji akan pergi dengan tenang" dengan perasaan enggan Samuel mengiyakan, setidaknya dengan ini pemuda ini akan pergi.
"Hanya 5 menit " Ji anggukan kepalanya, dia mulai berjalan menuju ruangan yang terletak di ujung lorong itu.
Dengan perlahan dia membuka pintu dan melihat gadis remaja dengan baju pasien duduk tenang memperhatikan 1 pelayan yang membereskan barangnya kedalam tas.
"Jennie-ya'..." Dengan lembut dia memanggil, gadis yang sempat memperhatikan pelayan mulai melihat kearahnya,
"Kau? " Dengan senyuman hangat Ji tunjukan namun sikap tak ramah Jennie perlihatkan. Meski ragu menguasai diri, Ji tetap berusaha untuk mendekati Jennie.
"A-"
"Apa kau senang?" Ji terdiam melihat Jennie yang mulai berkaca-kaca seakan ada emosi yang ingin sekali meledak.
"Melihatmu. Benar-benar membuatku sangat kesal dan hatiku terus terasa sakit!" Jennie ungkap isi hati, menunjukan diri jika kini dia sedang terluka.
Ji mengeraskan giginya, mendekat namun Jennie sedikit berteriak,
"Kenapa kau menyuruhku untuk bertahan? Seandainya aku tidak mengikuti UCAPANMU, seandainya aku membuangnya sebelum dia tumbuh, aku tidak akan seperti ini!!!!!!!!" Nada menekan Jennie perdengarkan, tangisnya mulai keluar. Dia benci lelaki dihadapan.
"Apa ini maumu hah?! Apa ini balasanmu atas dendam mu padaku? Katakan bajingan apa ini caramu membalas ku???!!!!! Bayiku! Aku kehilangan BAYIKU KARNAMU!!!!????!"
Ji hanya bisa diam, dia tak bisa berkata-kata apapun, sebab dia sendiripun terluka namun dia tau Jennie lebih terluka dari siapapun saat ini.
"Jennie-ya.. maafkan aku"
"Apa dengan maafmu anakku bisa kembali? Pergi. " Jennnie berhenti berteriak, dia mengusir dengan nada sedikit lemah. Menandakan jika dia lelah bila berdebat.
Ji menunduk pelan, dari dulu Jennie memang tidak menyukainya,
"Aku mengerti. Aku hanya ingin meminta maaf " Ji berucap singkat dan pergi begitu saja sebab dia tak mampu untuk banyak bicara terlebih Samuel yang mulai masuk ruangan.
Ji melirik Jennie yang menangis dan Samuel yang memeluknya, dia sendiri segera pergi. Menjauh menuju salah satu ruangan khusus dirumah sakit ini.
Ji tatap sang ibu sudah berdiri menggedong bayi yang baru lahir 3 hari lalu itu, dengan langkah pelan Ji mendekat,
"Apa urusanmu sudah selesai dengan orang-orang angkuh itu sayang?" Maria bertanya, Ji mengangguk pelan,
"Hm. Akupun sudah bertemu dengan Jennie ibu, " Maria anggukan kepalanya, dia tatap Ji yang mulai mengusap pipi sang bayi.
"Boleh aku gendong ibu?"
"Tentu saja sayang, dia anakmu." Dengan pelan Maria memberikan bayi itu untuk Ji gendong,