Tawa renyah dari Lisa yang menikmati film komedi, dengan popcorn yang sempat dia beli serta cola yang melegakan dahaga, hah. Liburan memang waktu terbaik untuk Lisa yang selalu sibuk sepanjang waktu.
"Bisakah kau pelankan suara tawa mu Lisa? Suaramu membuatku merinding." Jennie dengan sebal melempar pensil pada Lisa yang terlalu asik dengan dunianya sendiri.
"Ini itu cara menikmati hidup, lagipula kau daritadi sibuk sekali dengan laptopmu" Lisa berucap melirik Jennie yang hanya diam di meja tak jauh dari Lisa menonton,
"Maka dari itu agar fokusku tetap terjaga kecilkan suara tawamu yang seperti hantu Thailand itu lalisa." Jennie kembali melihat laptop ya sedangkan Lisa memilih berdiri untuk melihat apa yang Jennie cari.
"Omo...sejak kapan kau ingin tau tentang Rosie?" Lisa berucap melihat layar laptop menampirkan pencarian tentang Rosie.
"Diamlah. Aku hanya penasaran dengan anaknya" Lisa terdiam sejenak, dia melirik Jennie, bagaimana pun memang pernikahan Rosie dan Rio tak pernah terpikirkan sebelumnya.
"Dia sangat tertutup. " Lisa berucap saat melihat tak ada data lebih dari Rosie di internet.
"Sejujurnya Jennie kau tau? Aku hanya merasa anak Rosie sangat mirip denganmu." Ucapan Lisa membuat Jennie menatap dengan pandang aneh,
"Ah lupakan" Lisa segera mengelak, ia takut trauma masa lalu Jennie terasa kembali.
Jennie hanya termenung, sedangkan Lisa kembali pergi untuk menonton, dan membiarkan Jennie yang terdiam dengan pikiran akan jaeha memenuhi kepalanya.
•
•
•
Malam ini Jennie terdiam menatap langit-langit kamar, sudah beberapa hari ini dia susah tidur, sungguh pertemuannya dengan Rosie terutama Jaeha membuat Jennie merasa gelisah setiap hari nya.
Jennie mencoba menutup mata tapi tetap saja wajah jaeha yang terkejut melihatnya lantas memanggilnya ibu membuat Jennie tak bisa berpikir dengan jernih.
Masa lalu yang sangat ingin Jennie lupakan, masa dimana dia sangat terluka begitu dalamnya, perlahan-lahan terbuka kembali, hal ini membuat Jennie sungguh bingung luar biasa.
Sempat dia berpikir Jaeha benar-benar putranya namun sadar jika hal itu hanya sekedar angan, sekali lagi pada nyatanya dia masih belum menerima kematian bayinya,
Kembali. Jennie menangis, terisak kuat tanpa suara, mengingat masa lalu ketika dia kehilangan bayi nya yang bahkan lukanya masih begitu basah hingga perih selalu Jennie rasa.
Ji Isa Kim. Pria yang sangat Jennie benci saat ini, pria yang hilang begitu saja tanpa ada kabar.
Jennie menyesal karna dia sempat berharap hidup bersama Ji dan anaknya, namun lelaki itu malah pergi saat anaknya meninggal, bukan mencoba menenangkan Jennie, Ji malah menghilang begitu saja.
Jennie tau jika dia sempat marah, tapi tolong, seharus nya Ji mengerti jika dia sedang dalam kondisi tidak stabil, mungkin Jennie sempat berkata pergi. Namun itu bukan lah hal yang benar-benar dia inginkan. Dia salah melampiaskan amarah tapi seharusnya Ji mengerti dan tetap disisinya bukan pergi lantas menghilang bagai ditelan bumi.
Bajingan yang tak tau diri. Itulah arti Ji Isa Kim dalam hidup Jennie.
•
•
•
"Obaasan!!! " Jaeha berteriak senang saat Maria baru saja datang keapatemen, selama seminggu ini ibu dari Ji pulang kampung,