Masam.
Itulah wajah Rio saat ini, didalam pesawat disamping Lisa dia tak banyak berkata setelah diseret tanpa menunggu dia setuju atau tidak. Memang bangsat ayah dari Jaeha, membuat hati senang menjadi muram.
Babi.
Ah. Sudah banyak sekali perkataan kasar yang terlontar didalam hati, memaki Ji yang dengan tega membawa diri menuju kota berbeda dari sang istri. Fucking shit! Rio benar-benar masih rindu Rosie.
"Gila panas. Bisakah kau memasang wajah biasa, bisa-bisa urat di dahimu terputus. Bahkan Joker tak memasang expresi sesadis itu." Lisa berucap malas. Jujur saja dia tidak tenang sebab saat tidur aura gelap Rio membuat nya merinding.
"Hah...aku rinduku istriku" sungguh, setelah memasang wajah sesadis phcyscopath kini aura Rio sudah seperti anak 5 tahun yang rindu ibunya.
"Kau bisa pulang setelah menjaga jaeha" Lisa berucap membuat Rio mendesah sebal
"Bajingan sialan itu! Hah...aku memang menyayangi anaknya tapi tidak seperti ini juga padahal akupun tengah berusaha membuat produk pertamaku dengan Rosie!!!!" Lisa abaikan Rio yang mengomeli, yah. Ini lebih baik daripada Rio memasang wajah yang sudah ingin membakar seseorang.
•
"I love you and me, dancing in the Moonlight ~" Jennie tersenyum gemas saat Jaeha bernyanyi lagunya, Dia lihat Jaeha yang duduk tenang di kursi sampingnya,
"Sayang, tidak dingin?" Jennie bertanya, Jaeha menggeleng pelan,
"Ibu apa masih lama sampai nya? " Sudah ke 3 kalinya Jaeha bertanya, well. Ini adalah penerbangan kedua Jaeha sejak Jaeha lahir, penerbangan pertama saat masih bayi merah,kini Jaeha sudah 6 tahun kurang,
"Hm, jadi Jaeha tidur agar cepat sampai, kemari mau tidur dipangkuan ibu?" Jennie bertanya, dengan wajah semangat Jaeha mengangguk lantas lelaki kecil itu mulai duduk dipangkuan Jennie.
Meski umur Jaeha akan menginjak 6 tahun tubuh Jaeha itu terbilang kecil dan kurus, padahal nafsu makan Jaeha sangat besar seperti Ji hanya saja entah kemana hilangnya semua makanan itu?
"Ibu, ibu cantik sekali" Jaeha mengusap usap pipi Jennie dengan tangan kecilnya membuat Jennie tersenyum mendekat untuk mengecup bibir kecil sang putra.
"Oh ya senang sekali ibu mendengarnya. " Jaeha mengecupi seluruh wajah Jennie. Benar. Putra nya ini menunjukan kasih sayang begitu besar untuk Jennie sampai membuat Jennie bisa merasakan sayang dari jaeha yang benar-benar membuatnya terharu.
"Jaeha sayanggg ibu, jika jaeha sudah besar nanti Jaeha akan jaga dan lindungi ibu. Jaeha juga akan menghalau semua bahaya, " Jaeha berucap membuat Jennie tersenyum dan mengusap lembut rambut jaeha.
"Ibu bahkan lebih sayang Jaeha. Jika begitu sebelum besar ibu dan ayah yang akan melindungi Jaeha. ibu tidak akan membiarkan siapapun mengambil Jaeha nya ibu, " Jennje berucap menatap penuh sayang putra semata wayangnya.
"Memangnya akan ada yang mengambil Jaeha?" Jennie terdiam. Dia salah bicara. Ah. Tidak. Namun dia terlalu takut dengan apa yang akan ayah nya lakukan jika tau Jennie sudah tau segalanya.
"Tidak ada. Ibu hanya ingin melindungi Jaeha sampai-sampai ibu tidak mau Jaeha disentuh orang lain karena saking sayangnya ibu pada Jaeha." Jaeha tersenyum lantas dengan tangan kecilnya dia pegang kedua pipi Jennie.
" Jaeha tidak akan kemana-mana, Jaeha akan selalu disisi ibu. Ibu juga akan disisi Jaeha kan?" Jennie mengangguk dan memeluk Jaeha, membiarkan anaknya bersandar didadanya seperti koala.
"Hm i do love you. Tidurlah ibu akan bangunkan Jaeha jika sudah sampai nanti.
Jennie rasakan anggukan Jaeha, dia dengan erat memeluk putranya, dia harus kuat. Ketakutan dan mungkin akan ada pilihan yang membuat hatinya hancur berantakan, Jennie sudah memprediksi semua maka dari itu dia harus menyiapkan hati.