Fourteen

1.5K 127 18
                                    

Suasana tegang luar biasa terasa, Jennie dan lisa sudah ketakutan sedangkan Ji nampak biasa saja, pria itu hanya sesekali melihat situasi. Dan menarik nafas pelan,

"Nyonya Kim saya akan memberitahu Anda didalam. Silahkan masuk dan tolong tenang saya akan menjelaskan semuanya" dengan sopan dan formal Ji berucap, Jane segera masuk,

Lisa yang hendak kabur Ji tahan dan menyuruh gadis berponi itu masuk juga, dia menutup pintu serta menguncinya lantas Ji memberi intruksi pada Jennie untuk ikut duduk disofa bersama Jaeha.

Ji menarik nafasnya pelan, dan menatap Jane dengan serius,

"Nyonya Kim. Mungkin ini sangat sulit untuk dipercaya, namun anak ini adalah anak ku dan Jennie. " Mata Jane menyorot semakin tajam memberikan reaksi terkejut diwajah dinginnya.

"Pertama-tama nyonya, saya minta anda dengan sangat untuk merahasiakan hal ini dari suami anda. Ini semua demi kebaikan anak ku dan Jennie. Selama ini fakta yang anda tau tentang cucu anda yang meninggal itu salah, semua ini hanyalah rencana tuan Kim sebagai opsi terbaik untuk kami pada saat itu."

"Nyonya Kim, suami anda sekaligus ayah dari Jennie, sangat membenci saya dan ibu saya, bahkan jika bukan karna nyonya Kim mungkin anak kami tidak akan pernah lahir. Dia menawarkan kesepakatan pada saya, namun saya minta maaf saya tidak bisa mengungkapkan kesepakatan apa itu hanya saja pada intinya saya harus meninggalkan Jennie dan membawa anak kami keluar negeri."

Dengan sopan Ji menjelaskan, Jane termenung dan menatap Jaeha yang memeluk Jennie dengan wajah kebingungan, perasaan resah  yang terkunci dalam waktu yang lama seakan terbuka begitu saja.

Matanya berkaca-kaca, dia adalah salah satu orang yang menunggu kelahiran anak ini,

"Mom, ini anakku dan cucu mom, Jaeha Kim." Jennie memperkenalkan Jaeha sekali lagi,

"Jaeha, sapa grandma, dia nenek dari ibumu."Ji berucap, Jaeha dengan ragu berdiri dan mendekat pada Jane yang menyentuh wajah Jaeha dengan tangan gemetar.

"Nak, kau benar-benar mirip dengan ibumu." Jane berucap pelan, dia menarik pelan tubuh Jaeha dan memeluk cucu yang dia kira telah meninggal.

Ji menggenggam tangan Jennie dan tersenyum, Jennie hanya bisa tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, Lisa sendiri merasa sangat lega sebab dia pikir akan ada perang dunia ke 4 namun seperti yang diharapkan Jane sebaik ini.

"Mom benar-benar tak menyangka namun ini lebih baik bila tau dengan sifat kejam ayahmu." Jane mulai berbicara serius.

Kini Jaeha dibawa Lisa keluar dan hanya da 3 manusia yang berbincang, Jane menarik nafas nya pelan, dia sempat menangis sebab terharu dan bersyukur jika cucunya Masih hidup meski dia terbohongi selama bertahun-tahun.

"Nyonya tolong jangan beritahu tuan Kim dulu, " Jane mengangguk,

"Aku tidak bodoh. Meski begini aku menyayangi cucuku, aku mengerti, lantas apa kalian punya ide?" Jennie melirik Ji yang menarik nafas pelan,

"Saya sudah menyiapkan sesuatu, nyonya tenang ini tidak akan berbahaya untuk tuan Kim hanya saja hal ini akan merugikannya namun rencana ini pun untuk bisa membuat tuan Kim tidak bisa menyentuh anak kami" Ji berucap dengan serius, dia mencoba meyakinkan.

Dia sebisa mungkin berusaha menjaga tutur bicara, meski pun dia benci Samuel dia harus menjaga perasaan Jennie dan Jane sebagai istri dan anak Samuel. Hal ini membuat Ji sangat berhati-hati dalam bertindak. Dia berusaha mencari cara agar keduanya tidak terluka.

"Aku mengerti, baiklah untuk sekarang, bagaimana dengan hubungan kalian?" Jane menatap keduanya, bagaimana Jennie memerah dan menunduk menandakan memang ada sesuatu.

Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang