Suara bisik-bisik terdengar, sesekali bibir kecil mengecupi pipinya, Jennie perlahan terbangun lantas hal pertama yang dia lihat adalah Jaeha, bagaimana putra kecilnya menatap dia dengan senyuman manis.
"Morning sayang..." Jennie menyapa dan mulai duduk lantas mengecup pipi Jaeha dengan lembut.
"Selamat pagi ibu" Jaeha bergerak untuk duduk dipangkuan Jennie, lantas bermanja-manja dengan sang ibu dipagi hari,
"Jaeha sudah bangun daritadi?" Jennie bertanya, Jaeha anggukan kepalanya,
"Ibu, ibu tau Jaeha suka sekali melihat wajah ibu yang tertidur, ibu sangat cantik, " jennie tersenyum atas pujian sang putra,
"Oh ya?sepertinya putra ibu pintar merayu" Jaeha tertawa pelan, menunjukan deretan gigi kecilnya yang rapih,
"Ibu, hari ini ibu masak apa??" Jaeha bertanya, Jennie memasang wajah berpikir,
"Jaeha maunya apa?"
"Ayaaam!!!!" Jennie terkekeh,
"Baiklah kita masak sarapan kesukaan pengeran kecilnya ibu!" Jennie berucap mengecup singkat bibir Jaeha.
"Kemana ayahmu?" Jennie bertanya sembari mulai turun dari ranjang, Jaeha masih betah dalam pelukan. Ah. Putranya ini benar-benar berprilaku manja terhadap Jennie.
Bagi Jennie ini adalah hal wajar, sebab Jaeha dan dia baru bersama. 3 hari ini,
"Ayah bangun pagi sekali ibu, dia pergi saat ada yang menelponnya dan berkata pada Jaeha untuk menjaga ibu, ayah berkata akan pulang siang nanti " Jennie sontak melirik jam yang menunjukan pukul 7 pagi,
Itu berati Ji pergi sekitar set 6 kah? Sepertinya ada sesuatu yang dikerjakan lelaki itu, Jennie mencoba untuk tidak perduli, dia memilih menyiapkan apa yang penting untuk nya bersama Jaeha.
•
•
•
Suara kekehan terdengar, mata tajam lelaki itu menyorot pada dia yang berexpresi datar, ah. Memang diminim expresi ini begitu menyebalkan, namun melihat lelaki itu datang dan membicarakan bisnis membuat nya ingin tertawa.
"Jadi apa singa lapar dimasa SMA ini sedang dalam kesusahan? Ji Isa Kim. Bagaimana kau jadi selemah ini? Kau bahkan bisa membunuh orang tanpa berkedip," Sehun.
Oh Sehun. Dia adalah rival dari Ji semasa sekolah menengah dulu, terkadang Ji dan Sehun terjebak dalam pertengkaran yang membuat mereka masuk rumah sakit secara bersamaan.
Sehun sangat membenci sekaligus menghormati Ji, dia benci karna Ji lebih kuat dia hormat karna kekuatan itu juga, pada hal yang sama itu hal yang paling menyebalkan dalam hidup Sehun.
Dan setelah bertahun-tahun berlalu dia kembali bertemu namun pria ini malah menjadi lemah? Sungguh kemana sifat bringas Ji dulu? Meski Sehun sempat mendengar Ji berubah saat kuliah, dia tak pernah menyangka jika Ji selemah ini bukan kekuatan fisik hanya saja mental lelaki ini melemah.
"Ya kau benar aku bahkan bisa membunuhmu sekarang, tapi tidak. Aku bukanlah diriku yang dulu, dengarkan aku Sehun, aku kesini untuk bekerja sama denganmu, aku sudah dengar semua tentangmu dari mantan kekasihmu Nayeon. " Ji menatap serius Sehun yang mulai diam,
"Kau membenci Samuel Kim. Bukan?" Perlahan urat urat terlihat di sisi kepala dan leher Sehun, bagaimana nama semuel seakan menjadi kutukan dan kata terlarang untuk Sehun dengar.
"Kau bicarakan bajingan tua itu? Apa yang kau Jim?" Sehun mulai serius,
"Aku harus melindungi anak dan wanitaku, dia ancaman yang terus menghantuiku, kau sendiri sudah membuat pondasi didunia bawah untuk membalas dendam bukan, maka dari itu aku akan ikut untuk menghancurkan tua Bangka itu"
