Aku berjalan menuju kelas 12 IPS A, melewati beberapa siswa yang sedang mengobrol di depan kelas masing-masing. Aku merasa aneh dengan seorang lelaki yang berdiri menyandar di tembok. Dia memandangku tidak seperti biasanya. Aku tetap melanjutkan perjalananku menuju kelasku.
Setibanya di kelas, aku sudah melihat dirinya sedang berbicara dengan temannya. Aku pun duduk di tempatku. Aku hampir lupa untuk merahasiakan hubungan kita.
Dia menoleh ke arahku dengan wajah cemberut. Aku menoleh ke arahnya lalu menghadap depan, karena sudah ada guru yang datang.
Di pertengahan jam pelajaran, ada seseorang yang melempar kertas kecil berbentuk kotak yang jatuh tepat di bawah kursiku. Aku langsung mengambilnya penasaran ini dari siapa. Aku pun membuka kertas yang dilipat ini. Aku kaget dengan pesan yang ada di kertas ini, yang tertulis kalau dia menyukaiku.
[Aku menyukaimu,Azara.]
[Dari Panji]
Siapa Panji? Kenapa dia bilang kalau dia cinta sama aku? Apa orang yang tadi pagi ngelihat aku? Ah enggak mungkin, paling orang iseng aja yang ngelempar. Aku melipat kertas ini, lalu kusimpan di saku.
Jam istirahat pun dimulai. Aku memutuskan untuk bertanya ke Delia di kantin. Tak lupa, aku juga mengajak Syafira. Setibanya di kantin, kami memesan makanan favorit kami masing-masing. Setelah itu, menunggu di meja makan.
"Delia, di sini, ada yang namanya Panji?" bisikku pelan. Ternyata, Syafira ikut mendengarkan.
"Ooh, Panji? Dia kelas 12 IPS C," jawab Syafira kenceng amat.
"Pelan-pelan!" peringatku. Dia menepuk mulutnya sendiri.
"Iya, ada apa?" tanya Delia.
Aku memberikan surat tersebut secara diam-diam. Tetap saja, Syafira ingin tahu perihal surat ini."Yang bener, Za?" heran Delia.
"Ya maka dari itu gue tanya sama kalian, tapi kayaknya enggak, deh!" jawabku.
"Enggak gimana?" sahut Syafira.
"Ya, kemungkinan hanya bercanda," ucapku.
"Bener-bener!" jawab mereka.
Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Kami pun melahapnya sampai habis. Kami juga membahas tentang masalah tugas yang diberikan Bu Intan.
Bel berbunyi menandakan kalau kita harus kembali ke kelas. Setibanya kelas, Tika menghampiriku di tempat dudukku.
"Za, dapat cokelat dari Panji!" ucap seseorang terang-terangan.
Aku sangat kaget dengan apa yang dia katakan. Dia menyodorkan cokelat batang bermerek besar dengan hiasan pita merah.
"Panji? Panji siapa?" Aku bertanya balik. Semua temanku mendengarkan percakapan kami.
"Panji kelas sebelah. Tadi cari lo, tapi nggak ketemu. Dia titipin cokelatnya ke gue," jawabnya.
"Cie ... Cie ...." Temanku bersorak. Aku jadi malu.
"Oh ya, ucapin terima kasih sama dia, ya," ucapku. Aku pun menerima cokelatnya.
"Oke!" jawab Tika. Dia kembali ke bangkunya.
Aku menyimpan cokelat tersebut di tasku.Tanpa sengaja, aku menoleh ke arah Afkar. Dia terlihat marah dan meremas tangan kanannya sambil melotot ke arahku. Aku menelan salivaku dengan susah payah.
Waduuh! Gue lupa kalau ada dia! Mampus! batinku dalam hati. Aku berisyarat sama dia untuk tahan emosinya. Dan memberikan senyuman hangat, agar dia tidak marah. Tak lama kemudian, guru pun datang.Aku berbisik ke Delia untuk memberikan cokelatnya ke Delia. "Del, cokelatnya, buat lo aja. Gue nggak makan cokelat," bisikku.
"Benaran?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tak Membencinya [ SEGERA DI TERBITKAN ]
Teen FictionIni adalah kisah seorang gadis cantik yang tidak pernah bertemu ibunya. dari kecil, ia hidup bersama kakak dan ayahnya. Ibunya sudah meninggalkanya di saat ia masih berusia satu tahun. Ia besar tanpa kehadiran seorang ibu. Itu yang membuatnya menjad...