Detektif

0 0 0
                                    


Hari ini aku sangat bahagia. Baru saja kedua keluarga kami berkumpul bersama malam ini. Daddy mengajak keluarga Afkar untuk makan malam bersama di restoran favorit kami. Dengan senang hati mereka menyetujuinya.
Setelah kami pulang dari restoran. Kami ngobrol dan bergurau di jalan. Aku rasa, Daddy sedang berusaha untuk menghiburku supaya tidak jenuh di rumah. Oleh sebab itulah, Daddy mengajak kami untuk makan malam bersama.

Aku tersenyum menatap bulan yang cerah ini. Banyak bintang-bintang yang menambah kecantikan malam. Aku sangat terkesan melihat pemandangannya. Pemandangan ini menggambarkan perasaanku pada saat ini. Tak pernah sekali seumur hidupku merasakan keharmonisan hidup berkeluarga dengan utuh. Baru kali ini aku merasa kenyamanan bersama seorang ibu.

Tok! Tok! Tok!

Aku menoleh ke arah pintu. Tanpa aku memberi pesan, knop pintu sudah terbuka. Aku sangat syok melihat siapa yang datang ke kamarku. Aku langsung memalingkan wajah ke samping. Ia semakin melangkah mendekat ke arahku.

"Azara … Mamah mau minta maaf. Mamah menyesal, Nak."

Sekarang, Mamah sudah berada di depanku dan mencoba untuk meraih tanganku. "Pergi," ucapku lirih. Aku sudah tidak ada daya untuk berkelahi.

"Azara, Mamah sangat menyesal sudah berkata seperti itu. Maafin Mamah ya, Nak." Mommy bersinggah di tepi ranjang menghadap diriku. Sebenarnya, aku juga tidak tega melihatnya seperti ini. Namun, aku masih membencinya.

"Aku bilang pergi ya pergi!" ucapku kasar.

"Mamah mohon … tolong maafin Mamah, ya? Mamah janji Mamah akan berubah." Mommy berusaha untuk memegang tanganku. Namun, aku menepisnya kasar.

"Pergi!" Aku menunjuk ke arah pintu tanpa menatap Mommy.

"Ada apa, Azara?" tanya Daddy yang baru saja datang.

Aku langsung berdiri dan menghampirinya. Aku bersembunyi di belakangnya, seperti anak kecil. " Suruh dia pergi Daddy " pintaku ke Daddy.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Daddy kepada wanita itu.

"Aku mau minta maaf sama aja, kok, Mas! Aku mau perbaiki hubunganku sama dia." Dia melangkah ke depan mendekati kami.

"Ikut saya!"

Daddy langsung menggandengnya keluar dari kamarku. Aku pun langsung menutup pintu kamar dan menguncinya. Tak terasa, air mataku sudah berkumpul di pelupuk mata. Dadaku terhimpit setelah melihatnya. Entah kenapa, aku selalu seperti ini jika bertemu dengannya.

***

[Andre  POV]

Aku mengajak Nirwa keluar sampai terasa ke depan tangga yang jaraknya jauh dari kamar Azara.

"Kamu ngapain ke sini?!!" teriakku pada Nirwa. Aku pun melepas genggaman tangannya.

"Aku cuma mau minta maaf sama Azara, Mas. Aku menyesal memperlakukannya seperti itu?!"

"Memangnya kenapa kamu bilang seperti itu kepadanya?! Masih kurang puas sakitin dia?!"

"Aku kemarin nggak sengaja mengatakan itu, Mas!!" ,

"Aku mohon sama kamu. Tolong jangan ganggu dia lagi. Kamu tahu kan, seberapa bencinya dia sama kamu?"

"Iya, Mas, aku tahu! Tapi, apa aku tidak bisa deket lagi sama dia? Dia juga anakku loh, Mas!"

"Kalau kamu memang menganggapnya sebagai anakmu, biarkan dia bahagia. Jangan membuat dia tambah terpuruk!" tekanku pada Nirwa. Ia terdiam seketika. Aku angkat bicara lagi, "Tolong kamu pergi dari sini!”

"Ta-tapi, Mas, aku mau ketemu sama Azara!" Nirwa mulai memohon kepadaku.

Sebenarnya, aku juga tidak tega melihatnya seperti ini. Tapi bagaimana lagi, aku lebih tidak tega melihat anakku yang tersakiti olehnya.

Aku Tak Membencinya  [ SEGERA DI TERBITKAN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang