12. Pesan Freya

629 79 23
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya

Happy Reading 💚

Freya merasa dirinya sangat lebai. Setelah ia bertemu dengan orang itu, membuat dirinya jatuh sakit karena menangis seharian. Bayangkan, di saat kita sudah mulai belajar untuk melupakannya, kemudian ia datang begitu saja di hadapan kita, siapa yang tidak terkejut? Terkejut yang membuat jantung rasanya berhenti berdetak.

"Kamu itu jarang sakit, giliran sakit udah kayak orang mau meninggal," ujar Rifda sembari mengompres kening Freya yang sangat panas. Freya hanya diam, untuk bersuara pun ia tidak sanggup. Walaupun ia tengah di omeli sekarang, tapi bukankah ini bentuk kasih sayang dari Rifda kepadanya?

"Kamu istirahat, mama masakin bubur dulu, haduh ngerepotin aja!" Ujarnya sambil berjalan keluar dari kamar Freya. Sudah biasa, Freya sudah biasa mendengar kata-kata yang membuat hatinya sakit. Karna telah biasa itu membuat dirinya tak merasakan apa-apa lagi. Ia sudah menganggap itu merupakan bentuk kasih sayang Rifda. Walaupun cara mamanya berbeda dalam menunjukkan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Sekitar 20 menit kemudian, Rifda kembali membawa bubur ayam dan segelas minum. Ia meletakkan gelas yang berisi air putih di atas nakas samping kasur Freya.

"Makan sendiri, atau mau mama suapin?"

"Makan sendiri aja,"

"Dihabisin buburnya, habis itu minum obat, kalau kamu sakit siapa yang bantuin mama beres-beres rumah?"

"Udah tau Freya lagi sakit, masih aja mama omelin," Rizal datang kemudian duduk di sisi kasur Freya.

"Sini papa suapin," Mangkuk bubur ayam berpindah ke tangan Rizal. Freya menerima setiap suapan yang di beri Rizal.

"Sakit, tapi porsi makannya kayak bukan orang sakit," komentar Rifda yang belum meninggalkan kamar Freya.

"Kan mama sendiri yang nyuruh habisin buburnya," jawab Freya dengan suara serak.

"Iya-iya, nih minum obatnya," Rifda menyerahkan beberapa butir obat dengan warna yang berbeda.

"Istirahat yang benar, biar besok pagi udah pulih," setelah mengetakan itu, Rifda berjalan meninggalkan kamar Freya.

"Omongan mama jangan terlalu di masukin hati ya, dia sebenarnya sayang sama kamu, tapi caranya aja yang salah," Rizal mengusap rambut Freya lalu menyingkirkan beberapa anak rambut yang menghalangi wajahnya. Freya meresponnya dengan anggukan kepala dan tersenyum.

"Kalau gitu papa keluar ya,"

"Iya pa,"

Setelah tiba di kamarnya, Rizal langsung menasehati Rifda.

"Mama kenapa sih cara memperlakukan Flora, Fero dan Freya berbeda? Padahal mereka bertiga sama-sama anak kandung kita loh," ujar Rizal sembari melepaskan kaus kakinya.

"Enggak tuh, perasaan sama aja," jawab Rifda sambil melipat beberapa pakaian.

"Mama sadar gak sih, mama memperlakukan Freya terlalu keras, bahkan dulu Freya pernah mengira kalau ia anak asuh di sini,"

"Enak aja anak asuh, dia gak tau aja mama susah payah ngelahirin dia di dunia ini!" Rifda menutup pintu lemari setelah memasukkan baju.

"Makanya mama harus bisa lebih lembut lagi sama Freya, jangan tuntut dia ini itu,"

"Mama ngelakuin itu biar Freya jadi wanita kuat dan mandiri, emangnya papa? Yang selalu manjain anak-anak!"

"Tapi ke Flora mama kenapa gak gitu juga?"

Mencari & Berharap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang