17. Menikah?

393 59 3
                                    

Hehe maaf ya udah bikin kalian nunggu, walaupun part sebelumnya belum sampai target vote-nya, aku bakal tetap update buat kalian yang beneran nungguin kelanjutan cerita ini, buat yang udah vote dan komen juga.


Happy reading 💚







Kaki Freya terasa sangat perih karena menggunakan sepatu hak tinggi hampir seharian. Belum lagi hiasan kepala dan wajahnya yang membuat ia gerah. Tapi hal ini adalah momen bahagianya. Freya bersanding dengan suaminya duduk di pelaminan. Iya, suami. Pagi tadi mereka telah resmi menjadi suami istri. Freya pun tak menyangka ia berhasil bersanding dengan orang yang ia cintai.

"Kenapa?" Zian duduk kembali di samping Freya setelah kembali dari toilet. Kebanyakan tamu undangan yang datang merupakan para guru dan pebisnis besar, tentu itu adalah tamu-tamu dari Zian dan keluarganya. Sementara tamu undangan Freya tidaklah terlalu banyak, karena Freya memang tidak banyak bergaul dengan orang lain. Ia hanya mengundang teman-temannya semasa kuliah dan SMA saja, serta beberapa teman kantornya.

"Gerah,"

"Mau ke kamar duluan, biar saya bilang ke mama?"

"Gak usah, tamu undangan masih banyak," cegah Freya sebelum Zian benar-benar memanggil Kartika yang tengah berbincang-bincang dengan tamu.

"Yakin?"

"Iya, paling bentar lagi udah gak ada tamu yang datang, hari udah hampir malam soalnya,"

"Nanti malam undangan saya yang dari London bakalan datang, lebih baik kamu istirahat sebentar sekarang, karena nanti malam lebih melelahkan lagi,"

"Tapi-"

"Udah gapapa, mereka pasti ngerti," Zian tak menghiraukan Freya, ia berjalan mendekati Kartika, terlihat mereka berdua berbicara sebentar sebelum mereka datang menghampiri Freya.

"Ayo mama antar ke kamar, jangan di paksain kalau capek," Kartika memegang untaian gaun Freya agar tidak kotor saat berjalan.

"Biar mama bantu lepasin," ujar Kartika saat mereka telah sampai di kamar. Ia membantu menyingkirkan hiasan di kepala Freya. Setelah itu ia memijit pelan pundak Freya agar menantunya itu terasa lebih nyaman.

"Eh tante gak usah repot-repot," Freya mencegah Kartika agar tidak melakukan itu, rasanya sangat tidak sopan mertuanya itu memijitnya.

"Masa panggilnya masih tante, panggil mama dong," Kartika tak mendengarkan larangan Freya, ia malah protes mendengar panggilan dari menantunya.

"Maaf ma, tapi Freya udah enakan kok, Freya mau mandi, makasih ya ma,"

"Iya udah deh, habis itu istirahat ya, soalnya malam ini adalah malam yang panjang buat kalian," ujar Kartika sambil tersenyum menggoda. Setelah itu ia keluar dari kamar hotel yang telah di hiasi untuk pengantin.

Freya memandangi sekitarnya, suasana kamar terlihat sangat romantis dengan dasar bewarna putih dan taburan bunga mawar di atas kasur. Bunga mawar tersebut di taburi berbentuk hati. Berarti malam ini ia akan tidur dengan seorang pria? Pria yang ia cintai? Suaminya? Membayangkan itu membuat pipi Freya memanas.

Tak mau mengulur waktu lagi, Freya segera membersihkan tubuhnya memasuki kamar mandi. Berendam sebentar di air hangat pasti bisa merilekskan tubuhnya apalagi di tambah dengan lilin aromaterapi lavender yang tersedia di kamar hotel. Mata Freya mulai mengantuk menikmati kenyamanan saat berendam.

Setelah tidak ada lagi tamu yang berdatangan, Zian berjalan menuju kamar hotelnya. Saat di dalam lift ia bertemu dengan Rifda yang membawa tas.

"Eh kebetulan ketemu kamu di sini, mama lupa ngeluarin tas isi pakaian Freya dari mobil tadi, sekalian bawa ke kamar kamu ya, pasti Freya lagi kebingungan sekarang,"

Mencari & Berharap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang