25. Pilihan

467 60 16
                                    

Selamat malam all.
Malam ini sangat indah bukan? Walaupun udaranya terasa sangat dingin, bawaannya pengen pipis terus jadinya.

Oh iya, semoga mata kalian ga ikut pipis juga ya😘

Happy Reading 💚

"Hati-hati, sayang." Zian membantu Freya menuruni tangga teras rumah.

Terlihat hari masih sedikit gelap memperlihatkan pemandangan subuh yang sangat indah.

Zian dan Freya telah siap dengan outfit joging mereka. Mereka berencana lari pagi di sekitar komplek, dokter sangat menyarankan untuk Freya rutin melakukan olahraga atau kegiatan yang bisa memperlancar saat persalinan nanti.

Namanya saja yang lari pagi, Freya tentu tidak sanggup untuk lari, ia hanya berjalan pelan dengan Zian yang berlari kecil.

"Kamu mau kasih anak kita nama apa?" Tiba-tiba Zian bertanya disela-sela larinya.

"Kalau anaknya udah lahir, baru kita diskusikan lagi." Jawab Freya.

"Aku gak sabar pengen liat buah hati kita," Zian melirik perut Freya.

"Nanti kita rawat anak-anak, hingga kita tua nanti ya."

Freya tersenyum saja mendengarkan itu.

Mereka terus berjalan sembari bercerita banyak hal, sesampainya mereka di taman komplek mereka mengistirahatkan tubuhnya.

Zian membuka tutup botol minum, lalu menyerahkannya kepada Freya. Setelah Freya puas dengan minumnya, Zian dengan penuh perhatian menyingkirkan rambut yang menghalangi mata Freya, tak lupa juga ia memberi kecupan ringan di dahi Freya.

"Kalau dia udah lahir, kita juga kayak mereka itu." Pandangan Zian dan Freya mengarah ke sebuah keluarga yang melakukan olahraga juga, di sana terlihat sepasang suami istri dan satu orang anak kecil perempuan.

"Kalau misalnya kamu dikasih pilihan, antara pilih aku atau anak kita, kamu pilih yang mana?"

Zian yang sedari tadi berceloteh tentang masa depan mereka langsung terdiam mendengar pertanyaan dari Freya.

"Kenapa ngomong gitu?" Zian bertanya dengan  sorot mata yang dingin.

"A-aku cuma penasaran aja." Freya merasa bersalah jadinya.

Zian meraih kedua tangan Freya, "Kalian berdua sama-sama penting dalam hidup aku, kalau ada pilihan seperti itu, aku sendiri yang akan  membungkam mulut orang yang kasih pilihan seperti itu." Ujar Zian menggebu-gebu.

"Aku harap, tidak akan ada pilihan yang seperti itu." Zian mengecup kedua tangan Freya.

"Ayo kita pulang."

Sebelum pulang ke rumah, Zian dan Freya singgah sebentar untuk membeli bubur ayam di tempat langganan mereka.

"Terimakasih pak!" Zian menyerahkan uang selembar berwarna hijau. Setelah itu ia menggandeng tangan Freya dan keluar dari tenda gerobak bubur ayam.

Tiba-tiba saja terdengar suara klakson sebuah mobil dengan sangat nyaring, sang sopir di sepanjang jalan terus berteriak.

"REM NYA BLONG!"

Sang sopir melotot kaget saat di depan sana terdapat nenek-nenek yang sedang menyebrang dengan sangat pelan, tanpa pikir panjang sang sopir banting setir ke kiri, dimana di sebelah kiri tersebut ada Zian dan Freya.

Zian yang melihat itu, segera menarik Freya untuk menghindar, tapi sayangnya tubuh bagian belakang Freya tertabrak oleh mobil bagian sudut depannya. Freya tersungkur, untung saja tubuh Freya tidak terlindas, karena Zian menarik Freya dengan kuat.

Mencari & Berharap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang