16. Begadang

590 71 22
                                    

Makasih buat yang udah selalu nungguin kelanjutan cerita ini. Maaf kalau aku up nya lama hehe.

Akhir-akhir ini aku sedikit sibuk, buka wattpad juga jarang. Aku kasih target vote dan komen ya, itu penentu kapan aku up.

75 vote dan 20 komen, next...

Happy Reading 💚



Selesai membersihkan tubuhnya, Freya berjalan menuju lemari yang berada di kamar tamu rumah Randa dan Flora lalu ia mengambil pakaiannya yang memang masih tersimpan di lemari tersebut. Setelah mengenakan pakaiannya ia ikut bergabung dengan yang lainya di meja makan.

"Lulu pwikwir, Owm Iywan dwan Tuanwte rewya gwak jwadwi dwatang hari ini," ujar Lulu tidak jelas, karena ia bicara disaat mulutnya berisi makanan.

"Telan dulu, baru bicara," tegur Randa kepada putrinya. Lulu menelan makanannya kemudian ia mengulangi kalimatnya yang tadi.

"Lulu pikir, Om Iyan dan Tante Reya gak jadi datang hari ini,"

"Datang dong,"

"Tante, nanti bantuin Al ngerjain tugas sekolah ya," pinta Algavi.

"Gak bisa bang! Tante mau main lego sama aku dan Om Iyan," sela Lulu menatap Algavi dengan menggelengkan kepalanya.

"Eh gak boleh gitu, gini aja. Kita belajar dulu, habis itu baru main lego?" Freya mencoba bernegosiasi dengan gadis kecil tersebut.

"Lulu gak mau belajar, belajar bikin capek, mending main lego," Flora geleng-geleng kepala, melihat item-item lego yang sangat kecil itu sudah membuat dirinya lelah. Sementara anaknya lebih menyukai lego yang merepotkan itu ketimbang belajar. Tapi ia sadar diri, rasa malas Lulu menurun dari dirinya sendiri.

"Gak belajar, gak ada main lego!" Randa mengetuk meja sebanyak tiga kali dengan tangannya seolah-olah sedang menjadi hakim di meja persidangan.

"Yahh, iya udah belajar dulu," Untung lah anak itu telah menghabiskan makanannya, kalau tidak, bisa di pastikan anak itu akan mogok makan.

Sesuai kesepakatan, setelah belajar mereka merakit lego bersama. Ada Algavi juga yang tumben mau bergabung merakit Lego. Sementara orang tua dari kedua anak ini katanya pergi keluar mau beli sesuatu. Tapi Freya sangat yakin, ini adalah kesempatan Randa dan Flora untuk berpacaran. Ah, Freya sudah sering menjadi baby sister dadakan sejak dulu.

"Ayo om, tante semangat!" Semangat Lulu, Freya merakit bagian badan kucing, sedangkan Zian bagian kepalanya. Kedua bagian itu sama-sama sulit, ditambah legonya bukan lego berukuran kecil, tapi berukuran besar. Tinggal memasang bagian mata, pekerjaan Zian selesai. Kalau boleh jujur, Zian sangat kesulitan saat memasang bagian topi yang berada di kepala kucing, apalagi ia tidak melihat tutorialnya. Hampir satu setengah jam ia menghabiskan waktu untuk merakit kepala kucing tersebut.

"Yey om Iyan selesai duluan, Tante Reya kalah!" Lulu melompat-lompat kegirangan.

Freya menggaruk rambutnya, ia kesulitan memasang hiasan berbentuk hati dibagian depan dada kucing. Hanya tinggal itu saja, maka pekerjaannya selesai, tinggal menyatukan badan dan kepala kucing, maka lego tersebut sudah bisa dipajang di dalam lemari kaca yang berisi koleksi lego Lulu.

"Sini coba lihat," Freya mengulurkan badan kucing yang berukuran hampir sebesar kepalanya. Kepalanya menjadi pusing, apalagi melihat item-itemnya yang sangat-sangat kecil.

10 menit lamanya, Zian berhasil menyempurnakan bentuk hati yang sangat susah Freya bentuk sejak tadi. Padahal Freya sudah di bantu Algavi, tapi apa yang diharapkan? Ia saja tidak bisa apalagi Algavi.

Mencari & Berharap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang