24. Keluarga

440 59 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya.

Happy Reading 💚


"Gak sabar deh denger kata oma dari mulutnya cucu mama nanti, pa." Kartika sangat antusias saat mendengar kabar kehamilan Freya.

"Al sama Lulu di suruh panggil oma gamau, malah manggil nenek, kayak tua banget jadinya." Lanjut Kartika.

"Nenek kan emang udah tua." Sahut Lulu dengan santai. Flora menegur anaknya.

"Eh bicaranya yang sopan."

Sementara kedua orang tua Freya hanya tersenyum ikut bahagia mendengar kabar kehamilan Freya.

"Kalian gak ada IRT kan? Mau mama cariin gak? Jangan biarin Freya ngurus rumah sendiri, apalagi usia kandungannya masih muda." Ujar Kartika.

"Atau kalian tinggal di rumah mama aja selama Freya hamil?" Rifda ikut memberi saran.

Freya memandang ke arah suaminya, terlihat Zian sedang berpikir.

"Lebih baiknya Freya tinggal di rumah Kartika aja, mama Rifda pasti sibuk, takutnya nanti ngerepotin." Jawab Zian.

"Eh mama gak kerepotan kok, tapi kalau itu keputusan kalian, mama ga apa-apa."

Setelah di pikir-pikir lagi, Rifda mempunyai butik, di rumah mama Rifda juga bakalan sepi nantinya, Rizal pergi kerja dan Fero kuliah. Makanya Zian lebih memilih di rumah Kartika, mamanya.

💔💔💔

Zian sengaja mengambil cuti selama 2 hari untuk menemani istrinya. Saat ini mereka sedang naik motor untuk pergi membeli mochi. Menggunakan motor sport hitam milik Zian semasa ia masih sekolah dulu. Ini semua karena permintaan Freya.

Freya menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Zian yang tengah membawa motor.

Kalau boleh jujur, semenjak ia bertemu dengan Zian disanalah ada semangat di hidup Freya. Hidupnya terasa lebih bahagia lagi saat mengetahui kalau Zian lah yang menjadi jodohnya. Freya menerbitkan senyum di bibirnya.

"Gamau turun hm?" Tak terasa mereka sudah sampai di tujuan.

Dengan perlahan Freya turun dari motor dengan di pegangi oleh Zian. Tak lupa juga pria itu membantu membukakan helem yang di kenakan Freya.

Mata Freya langsung berbinar saat melihat mochi-mochi dengan berbagai rasa. Untungnya  saat ini tidak ramai, mereka tidak perlu mengantri lagi.

Freya memilih berbagai rasa mochi, ada juga yang langsung ia comot karena sudah tidak tahan untuk memakannya.

Freya mengambil mochi rasa coklat, kemudian ia menyuapinya kepada Zian. Dengan senang hati Zian membuka mulutnya menerima suapan dari Freya.

"Enak?" Zian mengangguk, kemudian ia mengusap sudut bibir Freya yang terdapat lelehan coklat mochi.

Sedangkan penjual mochi hanya bisa menahan kegemasan melihat pasangan suami istri di depannya.

Setelah puas, mereka membayar mochinya, lalu beranjak dari sana.

"WOI COPET, BALIKIN TAS GUE, TOLONGGG!!!"

Langkah kaki mereka terhenti saat mendengar suara tersebut.

Zian dengan rasa kemanusiaannya berlari mengejar copet tersebut.

Mencari & Berharap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang