Hari ini, dimana ujian tengah semester atau sering disebut PTS atau UTS, sedang dilaksanakan serentak di semua sekolahan, dimulai dari jenjang Sd - SMA/K.
Siang ini, di SMA Jenderal Soedirman sekolah yang ditempati oleh Lili, Lisa dan Zizi itu sedang mengadakan Ujian Tengah Semester dan pastinya Ketiga gadis yang berbeda kelas itu memiliki situasi yang berbeda-beda tentunya. Zizi yang menatap tajam kertas ujian, dengan kantung mata yang menghitam, sudah mirip sekali dengan hantu valak.
Nampaknya gadis itu semalaman berusaha menyelesaikan berbagai soal latihan. Tapi tetap saja, dia ini tidak sepintar Albert Einstein. Lisa yang masih santai dengan kertas ujian di depannya, tidak ada yang tahu apakah soal didepannya itu sangat mudah atau malah sebaliknya.
Lili dengan isi kepalanya yang kemana-mana alias tidak fokus, yang benar saja dia itu tidak pernah belajar, dia saja tidak pernah memperhatikan pelajaran, bagaimana dia bisa mengerti. Lili mengerjakan soal itu dengan asal, cap cip cup, yang penting jawaban tidak kosong. Dasar.
"WOYY!" teriak seorang gadis sambil berlari menuju surga dunia di sekolah, kantin. Ujian hari pertama telah selesai, waktunya untuk para murid itu beristirahat. Entah keajaiban apa yang terjadi pada Zizi, semua tenaganya sudah pulih.
"tauu gaa!!..." ucapnya dengan nafas yang memburu.
Lisa yang tentunya sudah tau bagaimana gadis itu bertingkah dan apa berita yang akan di sampaikan nya, memberikan air minum pada Zizi.
"nih minum dulu, napas dulu tuh sekalian""kebiasaan lo zi, dateng dateng napas manual" ucap Lili yang dari tadi hanya diam melihat kedatangan Zizi.
"ihh ini tuh genting banget! gue denger OSIS ngadain kunjungan ke SMA Garuda, dan si Naya jadi salah satu perwakilan!" jelas zizi
"SMA Darren?? ngapain??" tanya Lisa, tidak mungkin jika Inaya ke sekolah darren dengan alasan yang tidak jelas bukan.
"Setau gue ya, yang kesana itu dari anggota OSIS cok, tapi kan si Naya udah purna, ga logis. " Zizi mengetahuinya, entah dari mana gadis itu selalu mengetahui informasi informasi dan berita hot di SMA mereka, mungkin dia sebenarnya adalah seorang dukun sakti mandraguna. hey apalah
"menurut lo Li? ada kabar dari darren?" tanya Lisa pada Lili yang sedari tadi hanya diam entah mendengarkan omongan mereka atau hanya diam saja tanpa mendengar.
"gatau" jawab Lili
"udahlah, ga usah dipikirin. Balik yuk, lo mau bareng ga?" ajak Lisa, yang tengah membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja.
"engga deh, gua bawa motor sendiri tadi. lo berdua aja duluan" jawab Lili yang hanya diam, fokus pada bukunya.
"oke, kita duluan"
"ya"ting!
Pesan masuk berasal dari hp nya, gadis itu melepaskan earphone miliknya, dan mulai membuka pesan itu. Darren?Laki-laki itu menjemputnya. Bagaimana? ulang sekali lagi, Laki-laki itu menjemputnya. Sudah lama Darren tidak menjemputnya seperti ini, mungkin dulu sering ia berboncengan dengan Darren setiap berangkat dan pulang. Tapi setelah Darren berpacaran mereka jarang lagi.
Dan bukannya tadi Inaya ada di SMA Garuda, sekolah yang ditempati Darren. Kenapa laki-laki itu tidak pulang saja bersama Inaya? kenapa laki-laki itu malah milih pulang dengannya?
Kini gadis itu sedang berada di depan gerbang sekolahnya, ya dia harus ke parkiran untuk mengambil motornya. Tetapi saat ia hendak ke parkiran dirinya melihat seorang laki-laki yang baru turun dari ojol, dan menghampiri nya.
"lo?? mana motor lo?" tanya gadis itu pada laki-laki yang saat ini berdiri dihadapannya, dengan membawa helm di tangannya.
"ga bawa" jawab santai laki-laki itu.
gadis itu berjalan mendahului laki-laki itu menuju parkiran. Di sepanjang jalan laki-laki itu menatap tubuh kecil gadis didepannya. enak aja kecil
dugh!
"aduhh,..bisa ga sih ga usah nabrak gue. liat jalan makanya!" marah gadis itu, berkacak pinggang dengan wajah yang memerah, tak lupa matanya yang melotot tajam.
"hehe sorry, lo sih-..." laki-laki itu menghentikan ucapannya, dia sepertinya salah. jangan pernah menyalahkan gadis itu, ya jika tidak akan mendapat amarah gadis itu lagi. Kuncinya perempuan selalu benar.
"APA?!" teriak gadis itu, ia melanjutkan jalannya menuju parkiran dengan menghentakkan kakinya. kaki yang dihentakan sepanjang jalan itu membuat laki-laki itu semakin gemas. aish
laki-laki itu mendahului dan berhenti didepan sang gadis, "APA? ADUHHH!! SAKIT GILAA" laki-laki itu mencubit pipi gadis itu dengan gemas.
"LEPAS!! sakit njir...heeyyyy!! DARREN"
"Ga usah marah, muka lo merah gitu kalo marah kayak tomat busuk" goda darren, semakin membuat wajah gadis itu memerah.
"kurang ajar! ga jelass banget! lepas! minggir ga lo!" sentak gadis itu, sungguh sepertinya gadis itu sudah amat tertekan. Ia menyingkirkan tangan Darren dari pipinya, dan berlalu menuju motornya.
"siniin kuncinya, biar gue yang bawa" ucap Darren, kali ini dia mulai serius.
"Ogah!"
"Li, gue serius. gue yang bawa motornya"Lili tidak bisa melawan jika Darren sudah mode serius seperti ini. Ia langsung menyerahkan kuncinya ke tangan darren. Darren yang menerima kunci itu langsung menghidupkan motornya.
Laki-laki itu menatap Lili yang tengah kesulitan memakai helmnya. Ia menarik tangan gadis itu, membenarkan helmnya.
"Gitu aja ga bisa, bisanya apa sih?" Lili menatap balik Darren, tatapan itu. Dia..
"Udah natapnya? tau kalo gue emang ganteng" percaya diri sekali laki-laki itu.
Plak!
gadis itu memukul kepala yang terbalut helm itu.
"pd banget lo""hahaha, cepet naik" laki-laki itu tertawa dengan manisnya. pasti ketawanya merem
Keduanya kini mulai berjalan pulang. Diperjalanan diisi dengan keheningan antara keduanya, tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Entahlah apa yang ada dipikiran mereka, hanya mereka yang tau.
"Gue pulang, nanti sore kesini" ucapan Laki-laki itu, mereka berdua sudah sampai pada tujuan, rumah Lili.
"ga perlu" tolak gadis itu.
"why?"
"gue mau pergi, sama temen"
"cewek? cowok?" tanya darren lagi, dengan tatapan tajamnya.menyebalkan.
Ayolah, ayahnya saja tidak pernah seperti ini. Sungguh jika saja orang tuanya tidak menyuruh laki-laki ini menjaganya, ia akan memukul habis habisan orang ini.
"Sama Lisa, Zizi. udah kan? sana pulang! hus..hus" usir gadis itu dengan mendorong dada laki-laki itu.
"pulang sebelum jam 9, atau gue cepuin ayah" ancaman Darren sungguh tak masuk akal, bisa saja dia langsung bilang pada ayah dan bundanya kan? ayah dan bundanya pun pasti tidak akan melarang dirinya pergi dengan sahabat konyolnya itu.
"terserah gue lah" ucapannya dengan menutup pintu kasar.
"gila tuh cowo, berasa di posesifin. apa kabar pacarnya ya, haha" dia tidak gila kan? gadis itu tertawa sambil berjalan menuju kamarnya. menyeramkan.
Sebenarnya tadi Lili sempat khawatir, khawatir kalau teman Naya atau siapa melihat peristiwa tadi, takut Naya salah paham. Tapi melihat Darren yang santai, Lili jadi juga ikut santai, toh dia gak minta di jemput, laki-laki itu sendiri yang mau.
sekian dulu, jangan lupa vote 🚩💗
KAMU SEDANG MEMBACA
09:09 Tentangmu dan senja [Revisi]
Teen Fiction"𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒉𝒖𝒋𝒂𝒏, 𝒔𝒆𝒄𝒖𝒆𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒂𝒃𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒎𝒊. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒊𝒕𝒖, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒂𝒅𝒂, 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒂𝒏𝒊 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊�...