9. Muntah

1.1K 149 9
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Kanaya gelagapan dengan ucapan Nagara.

"Kamu masukin garam?! Sengaja ya?!"

Mata Nagara mendelik dan bibirnya mendesis.

"ENGGAK! Aku kasih gula kok," elak Kanaya.

Tapi dia teringat jika tadi asal mengambil dari dalam toples. Yang ada di otaknya, yang penting warnanya putih dan halus itu pasti gula.

"Gula?" tanya Nagara dengan nada sarkas.

Lidahnya sudah tidak bisa merasakan apapun. Mati rasa. Entah berapa sendok Kanaya memasukkan garam ke dalam kopinya.

"Cobain."

"...."

"COBAIN."

Kanaya menggeleng brutal dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

Mencoba melindungi diri. Dia tidak ingin merasakan kopi rasa garam.

Nagara memicing tajam. Dia lantas bangkit dan membawa secangkir kopi tersebut ditangan kanannya. Sedang tangan kirinya berusaha menjangkau tubuh Kanaya.

Kemudian ia mencoba mengenyahkan tangan si perempuan yang menutup akses mulutnya.

Kanaya menggeleng keras. "Emmmmpp.."

Percuma saja tenaga Nagara lebih besar darinya. Mau sekeras apapun mencoba hasilnya laki-laki itu bisa mengenyahkan telapak tangannya.

Dan segera mulut Kanaya di cekoki minuman tersebut.

"Telan nggak!"

Kanaya menggeleng keras. Rasa pahit dan asin bercampur jadi satu. Ia tak sanggup menelan rasa aneh itu. Tapi Nagara dengan jiwa balas dendam yang tinggi tetap memaksa untuk meneguknya.

Kanaya sudah bersiap memuntahkan kembali minuman tersebut.

Namun dengan cekatan Nagara menutup mulutnya.

Dibekap sampai Kanaya meronta-ronta. Siapa suruh perempuan itu iseng dengan menaruh garam ke dalam kopi.

Tangan Kanaya menepuk tangan Nagara berulang kali dengan matanya memelas juga sendu. Meminta belas kasihan. Yang Nagara respon dengan delikan. "Apa? Nggak mempan kamu begitu. Telan. Sekarang."

Akhirnya dengan berat hati dan putus asa, Kanaya menelan cairan dimulutnya.

Raut wajahnya seketika berubah pucat dan hampir muntah. Sedangkan Nagara tersenyum puas.

"Giman-"

Belum sempat kalimatnya selesai dilayangkan. Kanaya sudah berlalu ke kamar mandi dan berjongkok di depan kloset.

Perutnya benar-benar terasa di aduk. Bergejolak.

Nagara menyusul langkah Kanaya dan ikut bersimpuh di belakang sang istri.

"Heh, kenapa!"

Ada sedikit kepanikan dalam diri Nagara. Sebab merasa sudah terlalu berlebihan kepada Kanaya.

Istri Nakal Dosen Tampan | Scoups x LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang