6. Cium

1.3K 155 10
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.





"Nay, gue nebeng sampe perempatan dong. Nyamperin Ale di cafe biasa."

Dulu saat Hera mengatakan perihal sepupunya yang bernama Ale itu, Kanaya pikir jenis kelaminnya perempuan. Sebab namanya terkesan cantik dan feminim.

Siapa sangka ternyata laki-laki. Dan dia baru mengetahui fakta tersebut saat mereka berkunjung ke cafe tempat Ale bekerja part time.

"Masih aja kerja, gue pikir udah resign."

"Orang kaya gabut mah gitu. Biarin."

"Oke deh, gue sekalian mau beli roll cake juga." putus Kanaya setelahnya.

Begitu keduanya berjalan menuju ke parkiran fakultas, ponsel Kanaya berdering menampilkan nama Nagara di layar.

Hera melongok sekilas dan tanpa diperintah ia melenggang didepan, berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Kanaya melambatkan jalannya.

"Halo, kenapa, P-Mas? "

Hampir saja Kanaya keceplosan memanggil Nagara dengan sebutan Pak.

"Kamu udah selesai kelas? "

"Udah....ini lagi mau pulang."

"Jangan pulang dulu. Ke ruangan saya. "

"Hah? Ngapain?" tanya Kanaya heran dengan kening berkerut.

"Saya antar kerumah sakit buat periksa. Tapi bentar, nunggu kampus sepi dulu. Biar bisa keluar bareng. "

Kanaya menghentikan langkah disamping pilar kemudian bersandar pada benda tersebut. Ia menengok ke arah Hera yang kini sudah berjarak jauh dengan dirinya.

"Periksa apa deh? Aku kan nggak hamil, " celetuk Kanaya asal.

Padahal ia ingat betul tadi pagi Nagara sempat membahas perihal periksa kepala. Apakah laki-laki itu benar menganggap Kanaya gegar otak atau sejenisnya?

"YANG BILANG KAMU HAMIL SIAPA?! " teriak Nagara diujung panggilan sampai membuat Kanaya menjauhkan benda pipih tersebut dari telinganya.

"Nggak ada. Kan belum dihamilin sama Mas Gara, "
jawabnya cuek bebek seakan tidak ada kesan malu dalam kalimatnya.

Kanaya berpikir sejak semalam dimana ia memutuskan untuk menggoda dan menel ke Nagara. Sejak saat itu dia tidak lagi memikirkan perihal rasa malu. Sekarang urat malunya sudah putus.

Terdengar helaan napas dari Nagara yang membuat Kanaya menyeringai. Dapat ia pastikan kini suaminya itu tengah memasang wajah datar bin jutek.

"Keruangan saya. Sekarang. " ujarnya mengalihkan topik pembicaraan. Lalu memutus panggilan itu.

Kalau begitu, berarti rencananya untuk mengantar Hera gagal. Kanaya jadi merasa tidak enak hati.

Dia segere manyusul langkah temannya.

"Kenapa tuh paksu? "

"Er.....dia nyuruh gue buat balik bareng, "

Hera ber-oh ria dan mengangguk mengerti. "Kalo gitu gue pesen gojek aja. "

"Sorry banget ya, Ra. Ini dia baru banget ngasih tahu, nggak dari tadi. Atau kalau nggak gue anter lo dulu deh, terus balik kesini lagi. "

Hera menggeleng tidak habis pikir dengan isi kepala Kanaya.

"Ribet amat beb. Gue naik gojek aja. Dah sana have fun sama Mas suami. "

Meski dibilang seperti itu tetap saja ada rasa tidak enak hati terhadap Hera.

Istri Nakal Dosen Tampan | Scoups x LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang