14. Nafkah Batin

1.3K 169 20
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Paket yang diambil waktu itu, isinya apa?" tanya Nagara berusaha mengenyahkan kesunyian.

Sebab perlahan rasanya canggung. Kanaya yang biasanya banyak bicara dan banyak tingkah sekarang sedang fokus pada kegiatannya sendiri. Dan kini sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan.

Nagara sendiri agak ribet dengan dunianya. Sebab dia harus menyuapi Kanaya lalu berganti sendok untuk memakan nasi padang miliknya sendiri.

Kanaya diam saja. Setelah 5 menit kemudian dia mematikan layar laptop dan menutup bukunya. "Apa tadi, Mas?"

"Nggak jadi."

"Idih pundungan."

"Biarin."

Namun begitu, ia masih setia menyuapi Kanaya setelah menjawab. Suapan terakhir karena makanan tersebut sudah habis.

Setelahnya Nagara melipat kembali bungkus bekas itu. Lalu membuangnya ke tempat sampah dan kembali ke sofa dengan kedua tangan yang sudah dicuci bersih.

Padahal juga makan menggunakan sendok, tapi sudah menjadi kebiasaan Nagara untuk melakukannya.

"Nih. Beli ini, Yang."

Kanaya menunjukkan satu paket skincare brand Korea yang sudah sejak lama dia inginkan.

Tapi apalah daya namanya mahasiswi belum berpenghasilan, dia harus menabung dulu untuk mendapatkannya.

Yang tadinya sebulan bisa kekumpul uang untuk beli. Melar jadi tiga bulan.

Soalnya kadang kalau kepepet, Kanaya suka mengambilnya. Kepepet dalam hal kalau malam-malam suka kepengin makan seblak depan perumahan dulu. Dan kepenginnya itu mostly setiap hari.

Sejak tinggal bersama Nagara saja pola makannya agak sehat dan manusiawi.

Ada sayuran, daging sama minum susu. Dulu-dulu mah tiap hari juga minum boba.

Nagara mengerutkan wajah geli mendengar kata 'Yang' dari mulut istrinya.

"Yang?" ulangnya.

Yang Kanaya tangkap justru suaminya sedang memanggil dirinya juga dengan panggilan sayang.

"He'em, kenapa Hubby?"

"Ew."

"Hadeh om-om dikasih pet name malah jijik."

"Aneh, alay."

Ingatkan Kanaya untuk selalu siap sedia membawa lakban ditangannya setiap kali bersama Nagara. Agar bisa membungkam mulut pedas suaminya itu untuk tidak selalu nyinyir.

"Saya juga belum om-om ya!"

"Udah, cuman nggak sadar aja."

Nagara mendelik mendengarnya. Ia baru saja akan mendaratkan bokongnya disofa panjang depan Kanaya. Tapi si perempuan segera menarik lengannya agar ikut duduk di lantai.

"Ini hasil jerih payah aku selama tiga bulan."

"Kamu kerja buat beli itu?" tanya Nagara.

"Nggak sih hehe. Hasil jerih payah nabung maksudnya. Terus baru pesen minggu lalu."

Istri Nakal Dosen Tampan | Scoups x LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang