01.

1.3K 93 8
                                    

Bibirnya bersenandung mengikuti lagu yang dibawakan penyanyi café. Tangan itu mengaduk cangkir cappuccino hangat dengan sendok, menghasilkan gelombang air yang sebenarnya tidak begitu menyenangkan dipandang mata. Namun, Haechan betah untuk menatapnya.

Rayuan monoton banyak lelaki dan balasan malu-malu dari lawan jenis, cukup terdengar memuakan baginya. Tempat romantis memang sangat tidak cocok untuk orang yang tak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun sepertinya.

Tidak. Dia tidak kesal melihat orang lain bermesraan di depannya.

Hanya merasa ... kasihan. Sebab sudah memberikan perasaan cinta sepenuh hati ke seseorang yang bukan jodohnya.

Haechan menghela napas pelan dan mendongak, melihat beberapa pasangan kekasih yang tak jauh dari tempatnya duduk. "Dalam hitungan hari, bahkan bulan atau tahun, mereka pasti akan pisah," ucapnya.

Seakan tak peduli segilintir orang yang menatap heran.

"Kau bisa tidak sih kalau bicara aneh dalam hati saja, tak usah diucapkan langsung?!"

Haechan menoleh ke kursi sampingnya yang sudah ditempati Renjun, sahabatnya yang hari ini minta ditemani kencan.

"Jadi, bagaimana teman kencanku hari ini?" tanya Renjun penuh harap.

Berharap kencan kali ini bersama wanita yang 'tepat' dalam pandangan Haechan.

Haechan melirik bosan, muak sekali mendengar pertanyaan yang sama setiap kali mengantar Renjun kencan. "Sudah kubilang, mau berapa kali pun kau mengganti teman kencan. Wanita yang akan menikah denganmu adalah wanita yang tidak kau sukai sampai detik ini, Renjun."

"Kau pasti bekerja sama dengan Mark 'kan?" balas Renjun tak terima.

"Kenapa kau jadi menuduhku? Tadi kau minta pendapatku!"

"Aku kesal karena kau selalu menjawab dengan kalimat yang sama dan aku lebih kesal karena ucapanmu itu selalu benar!"

"Ya sudah terima saja nasibmu. Kapan lagi kisah percintaanmu seperti difilm? Menikah dengan ketua tim mu yang ternyata pernah one night stand denganmu?"

Renjun segera membekap mulut Haechan yang menyampaikan fakta memalukan bagi Renjun.

Haechan pun menepis tangan Renjun yang membekap mulutnya. "Kau jangan sekali-kali bertanya padaku lagi kalau kau tak percaya denganku."

Benang merah penghubung setiap orang dengan jodohnya. Haechan bisa melihatnya dengan jelas.

Iris sewarna lautan itu melirik ke sepasang kekasih muda yang duduk tak jauh darinya dan saling melempar kata-kata cinta.

Yang tertangkap dipengelihatan Haechan, benang merah antara mereka tidak terhubung. Yang berarti mereka tidak berjodoh. Mereka terlihat saling mencintai, namun benang merah yang terpaut di jari kelingking malah tertuju ke orang lain.

Begitu juga ketika melihat sepasang kekasih yang bertengkar hebat. Sementara benang merah mereka saling terhubung.

Lalu iris biru itu tertuju pada jari kelingkingnya sendiri. Benang merah miliknya bergerak tak tentu arah dan terlihat samar.

Yang berarti ... pasangan yang akan menjadi takdirnya itu tak percaya cinta.

"Kau masih tidak tertarik menjalin hubungan? Diantara kita hanya kau dan Chenle yang belum pernah punya kekasih. Kalian berdua normal 'kan?"

"Tentu saja!" balas Haechan kesal, "aku hanya tidak suka sesuatu yang tak pasti saja."

Haechan menggenggam jari kelingkingnya sendiri.

Red String » Haechan X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang