Para siswa bersiap-siap untuk istirahat siang yang lebih panjang, terutama karena sudah saatnya untuk makan siang.
Pak helm keluar dari kelas setelah pelajaran kedua berakhir, memberi isyarat bagi para siswa untuk bersiap-siap meninggalkan ruang kelas dan menikmati istirahat siang mereka.
Rie melangkah keluar dari ruang kelas menuju kantin dengan perasaan lapar yang mulai mengganggu.
Ia pergi sendiri karena belum memiliki teman yang layak dianggap teman di sekolah ini.
Baginya, mencari teman di sekolah dengan aturan yang begitu aneh dan lingkungan yang keras seperti ini terasa cukup sulit.
Hukum Rimba yang selalu mewarnai interaksi antar siswa membuatnya merasa tolol. Namun, Rie tidak ingin terlalu larut dalam pemikiran tersebut, ia hanya ingin menikmati waktu istirahatnya dengan tenang.
Dalam akademi ini, King, Queen, dan Jack merupakan tingkatan yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan keterampilan dalam gelut siswa.
Rie mengetahui bahwa tiga orang dari kelasnya memiliki peringkat King, yang merupakan tingkatan paling tinggi dalam hierarki tersebut.
Namun, meskipun prestasi mereka begitu tinggi, ada beberapa hal yang mengganjal dan membuat situasi menjadi rumit.
Lamunan Rie membuatnya terlalu terfokus pada pikirannya sendiri, sehingga ia tak menyadari keberadaan seseorang di hadapannya.
Tanpa sengaja, Rie menabrak seorang gadis yang tengah melintas di depannya, membuat gadis itu terjatuh dan mengaduh kesakitan.
Rie yang sudah sadar dengan cepat menghampiri gadis itu. "Hei, maafkan aku. Kau tak apa?" tanyanya khawatir.
Gadis itu menggosok-gosok lengannya yang terasa sakit sambil tersenyum lembut. "Gak apa-apa kok."
Namun, tiba-tiba ekspresi gadis itu berubah drastis saat ia menatap wajah Rie.
Matanya membesar karena kaget, seolah-olah hampir menjerit. "Astaga Rie!! Kukira aku menabrak cermin."
"Memangnya kita semirip itu?" ucap Rie datar, menatap saudari kembarnya yang ia tabrak barusan.
Rie segera membantunya berdiri, meraih tangan Belle dan menariknya berdiri.
Belle bangkit dengan agak kesal. ia menata seragamnya yang sedikit kusut akibat terjatuh tadi, menepuk-nepuk rok seragamnya dengan ringan.
"Jadi.. apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rie.
"Hah.. kenapa kau menanyakanku hal seperti itu di jam makan siang," jawab Belle dengan nada heran.
"Makan siang?"
"Ya begitulah. Aku mendengar ada penjual nasi kotak baru di dekat sini. Kita bisa beli bersama-sama. Mau makan bareng?" tawar Belle.
Rie mengangkat bahu. "Boleh saja."
Kantin masih ramai dengan suara percakapan dan gemeretak piring saat mereka mulai berjalan.
Rie merasa rasa ingin tahunya tak bisa ditahan lebih lama, dan ia mulai bertanya.
"Ngomong-ngomong, Belle. Ada hal yang ingin ku tanyakan tentang sekolah ini," ucap Rie agak ragu.
"Apa itu? Tanyakan saja," jawab Belle, terdengar penasaran.
Rie menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Apa itu ACE?"
Belle dengan cepat merespon dengan menutup mulut Rie dengan tangannya, matanya melirik ke kiri dan kanan, memeriksa keadaan di sekitar mereka.
Tak ada yang tampaknya mendengarkan, tapi Belle tetap waspada.