Pada malam hari di rumah Zee, tampak Zee, Marsha dan Adel sedang mengobrol di ruang tamu.
Mereka mengobrol tentang perusahaan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan.
"Di kantor cabang juga turun, kenapa ya kok tiba-tiba jadi gini?" Tanya Zee.
"Penurunan yang pernah di alami sama perusahaan ini itu pas saat om baru meninggal, perusahaan waktu itu goyang banget sampai hampir bangkrut" ucap Adel.
"Mungkin kita harus ngecek ke semua kantor cabang, ada yang gak beres soalnya" ucap Marsha ikut nimbrung, "gua gak bisa berpikir lagi nih, kalau kayak gini kita bakal bangkrut" ucap Zee yang tampak frustasi.
"Gua bakal usahain buat cari cara agar perusahaan naik lagi dan kembali normal, para pekerja juga bilang kalau penurunan ini itu sangat gak wajar" ucap Adel.
"Oh iya kemarin banyak klien yang tiba-tiba mutusin kontrak dengan kita, gua belum ngomong ke Lo karena gua tau kalau Lo denger ini bisa-bisa Lo tambah stres" ucap Marsha.
Zee mengacak-acak rambutnya saat mendengar ucapan Marsha, "tenang aja, gua bakal usahain yang terbaik buat bikin perusahaan ini balik kayak dulu" ucap Adel, Marsha mengangguk setuju "iya gua juga gak bakal diem aja" ucap Marsha.
Zee tersenyum, ia tampak lebih baik. "Makasih, gua juga bakal cari tau apa penyebabnya" ucap Zee.
Saat mereka sedang mengobrol tiba-tiba Michie datang dengan wajah yang cemberut, di belakang nya ada Gracie yang mengikuti Michie.
"Mamaaa kata kak Gracie Michie bakal punya adek, mana adek Michie?" Tanya Michie tiba-tiba.
Marsha dan Zee terkejut saat mendengar ucapan Gracie itu, sedangkan Adel malah tertawa.
"Ha? Kak Gracie tau darimana kalau Michie bakal punya adik?" Tanya Marsha, "kemarin kak Gracie liat mama sama papa lagi pelukan di kasur terus kak Gracie bilang ke Michie kalau mama sama papa lagi bikin adik buat Michie" ucap Michie sangat polos.
Zee yang mendengar itu juga ikut tertawaan bersama Adel, "Michie mau punya adek?" Tanya Zee sembari masih tertawa kecil.
Michie mengangguk dengan semangat, "mau pa!!" Ucap Michie, "bilang sama mama di bolehin gak bikin adik hahaha" ucap Zee, ia pun tertawa terbahak-bahak bersama Adel.
Marsha melirik sinis ke arah Zee, ia tampak kesal dengan sifat Zee yang selalu usil kepadanya.
"Mama" panggil Michie, "iya sayang?" Jawab Marsha sangat lembut.
"Bikin adek, Michie mau gendong adek" mohon Michie, "tapi punya adek itu gak enak loh" ucap Marsha.
"Enak kok ma, aku punya adek Michie aja enak. Michie nya bisa di suruh-suruh" ucap Gracie tiba-tiba.
Zee memberi jempol ke anaknya itu, Gracie benar-benar memiliki sifat seperti Zee. "Tuh ma, kata kak Gracie enak kok, ayo ma bikin adek" mohon Michie, Michie benar-benar imut saat ini.
Marsha melirik ke arah Zee yang hanya tersenyum manis padanya, Zee menarik turunkan alisnya, ia menggoda Marsha.
"Yaudah nanti mama bikin ya sama papa" ucap Marsha yang pasrah, "YEESSS, sini anak-anak papa, peluk papa dulu" ucap Zee yang senang.
Michie berlari terlebih dahulu dan memeluk Zee, di susul oleh Gracie yang juga memeluk Zee.
Adel yang melihat itu hanya tertawa kecil, ia pun mendekati Marsha dan menepuk-nepuk pundak nya, "sabar ya, emang gitu orangnya" ucap Adel.
"Sepupu Lo tuh ngeselin banget" ucap Marsha yang bete.
🦖🐹🦖🐹🦖🐹
Malam harinya di kamar Zee, Marsha hanya duduk diam di kasur Zee, sedangkan Zee sibuk bermain hp dan sesekali melirik ke Marsha."L-lo yakin?" Tanya Marsha sedikit gugup, "yeah gua gak yakin karena hubungan kita yang emang masih simpang siur" jawab Zee.
Marsha menoleh ke arah Zee, "maksud Lo?" Tanya Marsha yang bingung, "yah Lo tau kan kalau kita juga udah deket banget, bahkan kita dulu kayaknya gak sedekat ini" jawab Zee.
"Ya karena gua kerja sama Lo jadinya kita deket" ucap Marsha, "dengan adanya Gracie dan Michie kita jadi tambah dekat karena mereka menganggap kita sebagai orang tuanya, bukan kah menyakitkan jika mereka tau dua orang yang mereka anggap sebagai orang tuanya itu tidak memiliki hubungan sama sekali kecuali antar bos dan asisten" ucap Zee, ia sedikit menghela nafas panjang
"Gua bisa aja ninggalin Lo begitupun sebaliknya, karena memang kita dekat karena pekerjaan, jika perusahaan gua beneran bangkrut Lo bisa pergi nyari kerjaan lain dan ninggalin gua bersama anak-anak" Zee melanjutkan ucapannya.
"Gua gak bakal ninggalin anak-anak" ucap Marsha membenarkan ucapan Zee, Zee tersenyum tipis lalu tertawa.
"Orang tua gua juga bilang gitu dulu, tapi saat ayah gua meninggal, ibu gua nikah lagi. Banyak perubahan yang ada di hidup gua setelah mereka berdua meninggalkan gua tapi gua memutuskan untuk menjalani kehidupan baru bersama Adel" ucap Zee.
"Manusia hanya bisa merencanakan tapi tuhan lah yang menentukan, itu yang Lo mau tapi belum tentu tuhan mau seperti itu. Gua harap Lo tau apa yang gua bilang, jadi gua harap Lo dan gua punya hubungan lebih dari bos dan asisten" lanjut Zee.
"Ha!?" Ucap Marsha, Zee menghela nafas panjang dan meyakinkan dirinya untuk mengungkapkan sesuatu ke Marsha "yeah, Will you be my girlfriend?" Tanya Zee tanpa melihat ke arah Marsha.
Zee tampak sudah pasrah dan tau bahwa Marsha akan menolaknya jadi ia tidak berekspektasi banyak, "setelah Lo ngomong gitu gua juga jadi nyadar bahwa segala yang kita lakukan itu tuhan yang menentukan, menurut gua gak ada salahnya untuk mencoba membangun hubungan yang lebih dari seorang asisten sama Lo" jawab Marsha.
Zee terkejut mendengar ucapan Marsha, ia mengangkat kepalanya perlahan lihat ke arah Marsha. "Gua harap hubungan kita setelah resmi ini berjalan dengan baik ya" ucap Marsha sembari menangkup kedua pipi Zee.
"Yeah I will" jawab Marsha sembari mencium pipi Zee, ciuman Marsha sangat lembut.
Zee diam seribu bahasa ia tak bisa berkata-kata bahkan tak ada reaksi darinya, ia tampak shock dan senang secara bersamaan.
"Heh!! Kenapa Lo diem?" Tanya Marsha, Zee pun sadar dan mulai tersenyum senang, "kita resmi?" Tanya Zee, Marsha mengangguk lalu tersenyum "iya, kamu sekarang milikku" ucap Marsha.
TBC
nih yang mau mereka jadian, seneng gak kalian wkwk.
hari ini aku selesai ujian jadi aku mau up 2 chapter sekaligus wkwk.
JANGAN JADI SILENT READERS!!
JANGAN LUPA VOTE
MAKASIH...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS MY ENEMY (Zeesha) END
ФанфикMarsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kesenangan itu hilang secara sekejap saat Marsha mengetahui siapa pemilik perusahaan ini sebenarnya, pe...