khawatir dan perhatian

4.6K 382 2
                                    

pada pagi hari Marsha di suruh oleh Zee untuk ke rumahnya karena sekarang Zee sedang sedikit tidak enak badan. rencananya Zee akan mengerjakan beberapa tugasnya di rumah saja sekalian bisa istirahat.

Marsha menaiki taksi online yang ia pesan, seperti biasa jakarta selalu macet jadi ia sampai di rumah Zee sudah siang. setelah membayar taksi, Marsha pun berjalan menuju ke rumah Zee.

"permisi pak, saya asisten bos Zee. saya di tugaskan untuk datang ke sini sama bos Zee" ucap Marsha pada satpam yang sedang berjaga.

"oh ternyata mbak toh, saya dari tadi nungguin mbak soalnya bos Zee nanya terus dari tadi. kenapa telat mbak?" tanya satpam itu sembari membukakan pintu gerbang.

"biasa pak, tadi macet di jalan" jawab Marsha, "oh iya mbak, emang suka macet kalau pagi-pagi. soalnya banyak orang yang berangkat kerja." ucap satpam itu.

"iya pak, yaudah ya pak saya mau ke bos Zee dulu, btw kamar bos ada dimana ya pak?" tanya Marsha, "oh kamarnya ada di atas, terus di pintunya ada namanya Zee gitu mbak, di dalam sana juga ada pembantu kok mbak jadi mbaknya bisa nanya sama pembantu di sana" jawab satpam itu.

"oh iya pak, terimakasih ya pak. saya pergi dulu ya pak" ucap Marsha, "iya mbak" jawab satpam itu.

Marsha pun pergi menuju ke kamar Zee, ia di antar oleh pembantu yang bekerja di sana. Marsha mengetuk pintu kamar Zee.

tak lama kemudian Zee membukakan pintu nya, Marsha melihat Zee yang memakai kompres pereda demam dan juga di mulutnya ada termometer.

"lama banget Lo" ucap Zee, suaranya menggigil, "berapa suhu badan Lo" tanya Marsha.

Zee melepas termometer yang ada di mulutnya lalu ia berikan ke Marsha, Marsha melihat suhu badan Zee dan matanya seketika melotot saat melihat berapa suhu Zee.

"gila tinggi banget!, Lo demam tinggi nih" ucap Marsha lalu membantu Zee berjalan menuju kasurnya kembali, ia membantu Zee untuk tidur.

"uhuk uhuk apa jadwal gua hari ini sha?" tanya Zee, Marsha menggeleng "enggak! tidur sekarang gak ada kerja kerja" perintah Marsha.

"tapi, hari ini jadwal gua padat sha." ucap Zee, "enggak ya enggak!! kok bandel banget sih Lo di bilangin. itu lah yang gua benci dari sifat Lo, dari dulu susah buat di bilangin" ucap Marsha memarahi Zee.

"bentar gua mau bikinin Lo teh anget biar badan Lo lebih enak" ucap Marsha lalu turun untuk membuat teh anget.

Zee keliatan sangat menggigil, muka nya pucat. tak lama kemudian Marsha kembali dengan segelas teh hangat, ia mendudukkan Zee lalu meminumkan teh hangat itu ke Zee.

"Lo udah ke dokter?" tanya Marsha, Zee menggeleng.

"gua gak sanggup berdiri tadi terus supir gua lagi libur semua, jadi daritadi gua dirawat sama mbak aja" ucap Zee, "kak Adel mana?" tanya Marsha yang mengetahui kalau Adel adalah sepupu Zee.

"dia dari kemarin belum pulang, gua gak tau dia dimana" ucap Zee, Marsha merasa khawatir kepada Zee, entah kenapa padahal dia bukan siapa-siapa Zee.

"yaudah kalau gitu dokternya aja yang suruh ke sini ya, kalau Lo yang Dateng ke rumah sakit nanti kena macet" ucap Marsha, Zee hanya mengangguk. ia tampak tak berdaya, Marsha sangat sedih jika melihat Zee begini, ya walaupun Zee ngeselin tapi itu lah yang ia sukai dari Zee.

Marsha pun menelpon dokter andalan Zee, setelah menelpon Marsha kembali lagi ke Zee, "Lo udah makan?" tanya Marsha, Zee menggeleng.

"yaudah, gua buatin makan dulu ya" ucap Marsha dan dapat anggukan dari Zee, Marsha pun turun untuk membuat makanan. ia sebenarnya gak bisa masak jadi ia membuat menu makanan yang simpel tapi enak.

setelah membuat kan makanan untuk Zee Marsha pun pergi menuju ke kamar Zee tapi sebelum ia pergi ia melihat sebuah foto keluarga yang terpajang di sana, foto itu sangat besar.

"perasaan ayahnya kak Zee bukan dia deh, dia siapa ya?" tanya Marsha pada dirinya sendiri yang menyadari bahwa ayah Zee berbeda.

setelah cukup lama memperhatikan foto keluarga Zee, Marsha pun memutuskan untuk kembali ke kamar Zee, di kamar Zee tampak tertidur.

Marsha kembali mengambil termometer yang berada di mulut Zee, suhunya masih tinggi. Marsha sebenarnya tak tega untuk membangunkan Zee tapi ia terpaksa harus membangunkan karena ingin menyuapinya makan.

"kak Zee ayo bangun" ucap Marsha sembari menggoyang-goyangkan tubuh Zee pelan, Zee membuka matanya.

"kenapa meng?" tanya Zee, "ini makan dulu biar cepet sembuh" jawab Marsha, Zee menjawab dengan mengangguk saja.

Marsha dengan telaten menyuapi Zee, walaupun Zee makan sangat lambat tapi Marsha tetap sabar menghadapi bos nya itu.

"udah meng" ucap Zee yang sudah kenyang, "satu lagi aja nih" ucap Marsha sembari ingin menyuapi Zee tapi Zee menggeleng cepat.

"kenyang meng" ucap Zee, "yaudah yaudah, istirahat lagi aja" ucap Marsha mengalah. Marsha melihat makanan Zee yang masih banyak.

saat Marsha ingin berdiri tiba-tiba pinggang Marsha dirangkul oleh Zee, "mau kemana?" tanya Zee manja, "mau ke bawah bentar" jawab Marsha.

Zee mendekatkan dirinya ke Marsha, lalu ia memeluk erat pinggang Marsha. Marsha yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya membeku, sekarang ia tidak tau harus berbuat apa.

"di sini aja meng" ucap Zee pelan pada telinga Marsha. entah kenapa tiba-tiba jantung Marsha berdetak sangat cepat, ia merasakan seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya.

tapi tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar Zee, "woi zoy katanya Lo tadi sa—" ucapan Adel berhenti saat melihat adegan antara Zee dan Marsha.

"kalian ngapain?" tanya Adel, Marsha yang sadar bahwa ia sedang di rangkul Zee pun ingin melepaskan dirinya tapi Zee tetap ngeyel, ia tak mau melepaskan Marsha.

"kak Zee ada kak Adel lagi ngeliatin kita" bisik Marsha, "biarin, gak usah di liat" ucap Zee. Marsha kembali lihat ke arah Adel, ia hanya bisa tersenyum saja untuk menjawab pertanyaan Adel tadi.

"senyuman Lo gak membantu sha, yaudah lah gak penting juga. ini nih dokter yang Lo panggil tadi" ucap Adel, Marsha melihat dokter andalan Zee berada di belakang Adel.

"oh iya, suruh masuk kak Adel" ucap Marsha, Adel mengangguk lalu mempersilahkan dokter itu untuk masuk.

"kak Zee, ini ada dokternya kak Zee, kak Zee lepasin dulu ya. nanti kalau udah selesai kak Zee bisa meluk aku sepuasnya" ucap Marsha, "mmh? janji?" tanya Zee sembari menjulurkan kelingkingnya, "iya janji" jawab Marsha.

Zee terlihat senang, ia pun melepaskan pelukannya pada Marsha lalu berbaring lagi di kasurnya, dokternya pun mulai memeriksa Zee, Marsha di sana melihat Zee yang sedang di periksa.

"se-ngeselin apapun Lo, se-benci apapun gua sama Lo, tapi kalau liat Lo kayak gini gua gak tega. jangan sakit-sakitan dong. lo sama aja udah mainin perasaan gua" batin Marsha.

TBC

gak tau kenapa di setiap cerita yang saya buat pasti Zee selalu sakit, ya maap ya ges ya namanya juga satu author jadi otaknya juga satu wkwk.

JANGAN LUPA VOTE

MAKASIH...

MY BOSS MY ENEMY (Zeesha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang