Farid belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan perempuan mana pun. Binar tidak termaksud, karena ia dan Binar tidak pernah pacaran sama sekali. Ia dan Binar juga belum sempat terlibat perasaan cinta, sayang, atau apapun itu sama sekali. Mereka hanya kebetulan terjebak dalam situasi yang sama, lalu harus tinggal bersama dengan ego yang masih sama-sama tinggi. Intinya, pengalaman Farid dalam menjalani hubungan nol besar.
Jadi, saat Naira mengajaknya berhubungan ke arah yang serius, Farid tak tahu harus bagaimana. Ia hanya mengangguk, dan bersedia mencoba tanpa tahu hal apa yang harus ia usahakan agar hubungan mereka berkembang. Dan sejak perbincangan mereka satu bulan yang lalu, sudah tak terhitung pertemuan Farid dan Naira. Mereka jadi lebih sering bertemu. Bahkan tiap minggu, mereka akan bersepeda bersama dan mencari sarapan. Dan semua pertemuan itu selalu ada Nadi bersama mereka. Nadi tak pernah absen dari pertemuannya dengan Naira.
Karena Naira, dalam seminggu Farid akan menjemput Nadi dari sekolah di hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Di hari itu, jadwal Farid tidak terlalu padat. Ia bisa menjemput Nadi siangnya, meminta anak itu menunggunya bekerja, lalu saat sore hari menjemput Naira di rumah sakit tempat wanita itu bekerja, dan mereka pun menghabiskan waktu bersama sampai malam. Entah itu mencari makan bersama, pergi belanja bersama, atau jalan-jalan tidak jelas sambil mencari jajanan. Kalau boleh jujur, karena jadwal yang tanpa sengaja terjadwal itu, ia menjadi lebih dekat lagi dengan Nadi. Naira pun selalu membantu Farid untuk bisa lebih luwes dan tak kaku saat menghadapi anaknya sendiri.
Farid cukup menikmati semua ini. Hubungannya dengan Nadi membaik, dan ia punya seseorang yang mau mendengarkan dan berada di sisinya. Farid memang tak tahu perasaan apa yang ia punya pada Naira. Ia hanya belajar mencoba dengan perempuan itu. Dan semakin hari mereka berinteraksi, perasaan tertarik pun hadir. Farid akan mengakui bahwa ia pun mulai memiliki perasaan lebih pada Naira. Karena menurutnya, Naira adalah wanita yang baik, selalu mendengarkannya, tak pernah menghakimi, dan begitu menyayangi Nadi.
Dan jika boleh jujur, diantara banyak momen mereka menghabiskan waktu bersama, Farid paling suka saat mereka hanya berdua. Saat di malam hari dan ia menghabiskan sisa waktunya dengan berbincang panjang bersama Naira melalui telpon. Pada momen ini, tidak ada Nadi diantara mereka, dan Farid merasa menjadi dirinya sendiri. Seorang Farid, lelaki berusia tiga puluh dua tahun yang tak mengenal cinta. Bukan Farid, si duda beranak remaja yang menyedihkan.
"Saya belum pernah pacaran." Aku Farid ketika Naira baru saja selesai bercerita mengenai mantannya saat wanita itu berkuliah S1.
"Masa, sih? Sama Ibunya Nadi?"
"Cuman teman."
"Pantes."
"Pantes apa?"
"Pantes Mas Farid kaku, keliatan amatir."
Farid pun terkekeh. "Ya, maaf. Sejak Ibunya Nadi meninggal pun saya nggak punya keinginan buat deketin perempuan. Kayak nggak minat gitu. Saya dulu fokus kuliah dan kerja aja, demi Nadi."
"Harusnya Nadi tahu nih kalau Ayahnya tuh sayang banget sama dia."
Farid pun tersenyum kecil. Naira memang baru mengenalnya, tapi wanita itu cukup peka sehingga bisa mengenalnya lebih dalam. Farid merasa ia tak perlu menunjukkan apa-apa lagi karena Naira bisa membaca dirinya dengan mudah.
"Dulu.. Ibunya Nadi meninggal pas lahirin Nadi?" Tanya Naira memperpanjang obrolan mereka. Farid melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih, tapi sepertinya pembicaraan mereka akan berakhir nanti. Seperti yang sebelum-sebelumnya.
"Heem. Binar masih terlalu muda buat ngelahirin. Terus kondisi waktu mau melahirkan itu dia lagi stres berat, dia kurang darah banyak." Jelas Farid.
"Tapi Mas Farid ngenalin Mbak Binar ke Nadi, kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/359368083-288-k762043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi | Seri Family Ship✅️
Ficción GeneralFarid melakukan kesalahan besar saat masa remajanya, dan mau seberapa besar usahanya untuk memperbaiki keadaan, semuanya tetap sama. Ada korban atas kesalahan bodohnya; Nadi. Begitu Farid memanggilnya. Dan hanya dengan melihat Nadi, perasaan bersal...