#9#Ungkapan

88 43 303
                                    

Welcome for my story.
Please your vote and comment
Thanks Everyone and Enjoyy.

Baca pakai hati dan imajinasi kalian yaa..
<><><><><><><><><><><><><><><><>
....

"Kenapa kamu tidak bilang bahwa Oma kritis!!" Baru saja Naya ingin menenangkan diri, namun takdir belum ingin Naya tenang, kedatangan Ayahnya cukup telat dan cukup mengejutkan baginya.

"Apakah Naya salah dengar? Ayah bertanya ini setelah menolak panggilan Naya saat itu??" Tukas Naya, sejujurnya dia sangat ingin marah namun dirinya terlalu lemah saat ini.

"Yah, Oma baru aja pergi, Ayah kemana aja hah? Jawab yah. Tiap kali Naya merindukan Ayah dan Bunda, Oma yang selalu nenangin Naya, dia selalu bilang kalian sibuk bekerja demi kehidupan Naya, tapi nyatanya apa yah? semuanya bohong. Naya dirawat oleh Oma sampai sekarang yah, dan saat itu Naya telpon Ayah karena Oma jatuh pingsan dan di rawat di IGD yah, tapi jawaban itu yang tak pernah Naya pikirkan, tanpa banyak bicara Ayah berkata sibuk dan langsung menutup telponnya, kenapa yah, kenapaa? Apa Naya udah ga penting lagi di hidup Ayah? Naya coba nelpon Bunda tapi apa yah, Dia ga ada kabar, entah kemana dia berada," Naya menjelaskan semua yang ia rasakan dengan air mata yang mengalir, Papahnya kini hanya terdiam.

"Ayah tau? Oma, punya penyakit jantung yang berbahaya, Kaget? Sama yah, Naya juga terkejut saat mendengar itu, Oma menyembunyikan demi kita semua Yah! Dan Naya pun baru tau bahwa kalian berdua Ayah dan Bunda telah bercerai. Kenapa yah? Kenapa sembunyiin semuanya dari Naya, dan kenapa Ayah sibuk terus. Apa Ayah gapunya waktu untuk anaknya? Apa Bunda juga sudah lupa sama Naya? Terus kenapa Naya dilahirkan Yah? Kenapa!!" sungguh pilu penuturan yang Naya katakan, ia menumpahkan segalanya dan kini tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menangis sekencang-kencangnya. Entah ayahnya mengerti perasaannya atau tidak yang pasti ia hanya ingin meluapkan semuanya.

"Naya.. maafkan Ayah nak, Ayah tidak tahu akan seperti ini," hanya kata 'maaf' yang bisa di ucapkan Ayahnya. Naya tidak benci, ia hanya kecewa, sangat kecewa. Tak begitu pentingkah dirinya ini.

Ayahnya menggenggam tangan Naya, dengan cepat dia melepaskan genggaman itu. Menurutnya, kini ia hanya tak ingin melihat ayahnya untuk beberapa waktu, sudah cukup rasa pilu kehilangan Oma sang dunianya, kenapa lagi harus lebih pilu kecewa pada seorang Ayah yang awalnya ia kira menyayanginya

Kini Naya pergi ke kamarnya, ia mengunci kamarnya sedangkan Ayahnya mengetuk pintu meminta untuk dibuka memohon agar Naya memaafkannya. Sedangkan Naya, ia menelpon Vina meminta izin untuk tinggal beberapa hari di rumahnya, setelah diberi izin ia pun membuka koper miliknya, memasukkan beberapa baju dan fotonya bersama Omanya.

"Mau kemana Naya? Maafkan Ayah nak," ucap Ayahnya memohon kala Naya membuka pintu dan membawa koper.

"Jangan cari Naya yah, Naya cuman pengen tenang dulu buat beberapa waktu, dan Jangan minta maaf sama Naya yah minta maaf pada Oma," ucap Naya dengan tergesa-gesa pergi dari rumah itu.

Hanya ada penyesalan yang Ayahnya kini rasakan, dia menyesal terlalu memikirkan pekerjaan hingga ia lupa bahwa ia memiliki putri yang butuh kasih sayangnya dan Oma yang butuh perawatannya.

"Maafkan Ayah Naya, maafkan aku Ibu" monolog Ayah Naya, rumah kini sepi tak ada siapapun selain dirinya. Hanya rintih penyesalan yang ia rasakan.

Di lain sisi, Naya berangkat menggunakan mobilnya dan ia mengendarai mobilnya setelah Vina memberi alamat rumahnya. Setelah sampai Naya menangis memeluk Vina, walaupun Vina kebingungan namun akhirnya ia mengetahuinya karena Naya menceritakan semuanya kepada Vina.

"Udah udah, jangan terus-terusan kecewa Naya kasian Ayah lu dia juga udah menyesal kok, tapi lu juga harus kuat oke. Jangan nyerah gitu aja, Lu anak yang baik, pasti ini ujian dari tuhan agar lu bisa lebih baik kedepannya." Vina ternyata adalah seorang pendengar yang baik, ia dapat mengerti bagaimana posisi seseorang sekarang.

The NayarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang