#10# Start

62 40 269
                                    

Welcome for my story.
Please your vote and comment
Thanks Everyone and Enjoyy.

Baca pakai hati dan imajinasi kalian yaa..

↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓

Disini, rooftop gedung kampus, tepat dimana Naren dan Naya berada. Saat Setelah kelas selesai Naren muncul di hadapan Naya dan memintanya untuk pergi ke rooftop untuk berbicara empat mata. Jangan tanya kemana perginya Vina sebab ia telah pulang terlebih dahulu. Awalnya Vina tak mau pulang sendiri, walaupun dia memiliki banyak uang tapi tetap saja yang gratis itu adalah hal yang menyenangkan. Namun akhirnya ia setuju kala Naya memberi Vina kunci mobilnya, cukup bodoh keputusan Naya itu, namun karena rasa balas budinya pada Naren, ia pun mau tak mau melakukannya.

"Lo kenapa?" tanya Naren, tentu hal itu membuat Naya bingung.

"Lo ngilang kenapa?" lanjutnya seolah tahu isi pikiran Naya.

"Gue kehilangan Oma, seseorang yang gue sayangi melebihi Ayah dan Bunda, bahkan diri gue sendiri," penjelasan Naya pada Naren cukup membuat Naren terdiam.

"Apa yang lu inget pas lu masih hidup?" tanya Naya mengalihkan topik pembicaraan agar tak menjadi canggung.

"Gua waktu itu balapan, terus pulang di marahin orang yang gua benci kehadirannya," jelas Naren

"Siapa dia?" tanya Naya

"Suami Mamah yang brengsek, gua gamau manggil dia dengan sebutan Papah. Dia selingkuh, dan gua keluar buat nyari ketenangan, taunya gua di tabrak mobil, gua sempet liat platnya dan gatau kenapa ingatan gua makin lama makin lupa sama semuanya," jelas Naren, kini Naya yang terdiam merasakan pilunya menjadi Naren.

"lu ga pernah nyoba pulang ke rumah atau ke tempat dimana terakhir kejadian?" tanya Naya

"Gua belum pernah nyoba sih, gua putus asa sekarang, gua aja belum tentu bisa keluar dari sini, tapi entah kenapa gua merasa.. gua belum mati Nay," ucap Naren, pandangan yang awalnya menunduk kini menegak menatap kedepan. Kata-kata tersebut tentu buat Naya menatap netra hitam pekat milik Naren. 

"Kalo gitu waktunya kita mencoba Ren, jangan putus asa dulu, gue bakal nyari tahu tentang kasus lu," bijak Naya membuat Naren reflek menatapnya. Kini netra mereka saling bertemu.

DEG...

'Gua... kenapa..'  Batin Naren. Dia merasa aneh pada dirinya sendiri, disaat ia sudah bukan menjadi manusia, kenapa masih muncul perasaan seperti ini. 

"Jangan liatin gue, entar lu naksir lagi," tukas Naya membuat Naren berpaling.

"Ck, kepedean lo," ketus Naren, bisa-bisanya orang yang mati rasa ini, tiba-tiba jatuh cinta sama orang aneh seperti Naya. 'it's impossible' batin Naren

Hari semakin sore, Naren dan Naya mulai turun karena kampus kini sudah sangat sepi.

"Lu mau coba?" tanya Naya setibanya mereka di gerbang depan kampus.

"Nyoba apaan?" jelas ia bingung, ia merasa ambigu dengan pertanyaan itu.

"Nyoba makan rumput, ya coba keluar dari tempat inilah," ucap Naya, Naren pun hanya ber 'oh' ria.

Sudah sepi di gerbang ini dan Naya melangkah keluar terlebih dahulu dibanding Naren. Namun, Naren malah diam saja ia seperti sedang diambang kebingungan.

'lu walaupun mukanya datar tapi ketebak Ren, lu bingung kan antara keluar atau engga, dan juga ada hal yang membuat lu antara takut ama ragu.. mata lu bergerak menuju.. ooo sosok hitam bertubuh besar itu' Batin Naya bergumam merincikan detailnya.

The NayarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang