4

1.2K 105 6
                                    

"Gimana tangan lo? Udah periksa ke dokter kan?" Junghwan yang baru saja memasuki kelas segera menghampiri Haruto. Ia ingin tahu apakah pemuda Watanabe itu menjaga tangannya dengan baik selepas kecelakaan di laboratorium kemarin. Siapa tahu sarannya untuk mengunjungi dokter dan memeriksakan tangannya hanya dianggap angin lalu.

"Iya, gapapa kok. Berkat bantuan lo," jawab Haruto tenang. Ia memang pada dasarnya mensyukuri tindakan cepat Junghwan kemarin, jadi ia sangat berterima kasih pada pemuda itu. "Lo mau makan sesuatu? Gue traktir," sambungnya. Ia merasa harus membalas budi atas bantuan pemuda tersebut.

Senyuman tipis mengembang pada sudut bibir Junghwan, rupanya Haruto pemuda yang baik meskipun auranya terlihat sangat kuat dari luar. Bukankah wajar jika beberapa orang berpikir bahwa Haruto adalah orang yang brengsek jika dilihat dari penampilannya? Sepertinya hal itu tidak berlaku untuk sang enigma yang identitas sebenarnya masih tersembunyi itu.

"Boleh, nanti gue kabarin lewat chat. Nomor lo udah ada di grup kelas kan?" tanya Junghwan lagi.

"Iya," jawab Haruto. Ia membuka sedikit lengan jaketnya, menunjukkan tangannya yang telah diperban dengan rapi. "Gue bener-bener berterima kasih."

"Ga masalah, dan itu gaakan membekas, lo tenang aja," sebagai anggota PMR, Junghwan memang merupakan salah satu siswa yang pintar. Ia memiliki banyak pengetahuan mengenai kesehatan, dan tak heran mata pelajaran yang paling disukainya adalah biologi. Pengetahuannya itu rupanya berhasil menyelamatkan Haruto, dan ia bersyukur akan hal itu.

"Gue ga khawatirin bekasnya," ucap Haruto, menutup kembali lengannya dengan jaketnya.

Sementara Haruto dan Junghwan tengah mengobrol, yah tentu saja sebenarnya hanya membicarakan perihal lengan pemuda Watanabe itu, Junkyu di suatu sudut kelas hanya menatap mereka tak suka. Ia merotasikan bola matanya malas dan menggerutu melihat kedua insan itu seperti tengah membicarakan obrolan yang menyenangkan.

"Caper lagi dia," ucapnya ketus. Masih sama saja seperti kemarin, tak ada perubahan.

Jaehyuk yang berada di sebelahanya hanya menghela nafasnya kasar. Junkyu masih saja bersikap seperti itu pada Haruto, "lo udah minta maaf belum, Ji?"

"Udah," jawab Junkyu singkat. Kedua mata bulatnya masih sibuk memperhatikan Haruto yang mulai tertawa bersama Junghwan. Entah kali ini keduanya membicarakan apa.

"Kapan?" tanya Jaehyuk, karena memang dirinya tak menyaksikan hal tersebut secara langsung. Ia biasanya bersama Junkyu sepanjang hari.

"Waktu.. pulang sekolah," jawab Junkyu ragu. Well, ia masih tak ingin memberi tahu siapapun bahwa dirinya dan Haruto tinggal bersama. Jadi hal terbaik yang dapat ia katakan yakni ia meminta maaf pada jam pulang sekolah, dimana seluruh siswa kebanyakan sudah pulang terlebih dahulu dan tak ada saksi di antara permintaan maafnya pada Haruto.

"Kalian pulang bareng?" tanya Jaehyuk lagi, mengangkat sebelah alisnya.

"Ga lah," Junkyu menoleh pada Jaehyuk dengan tatapan bingung. Meskipun satu atap, ia tak ingin pergi dan pulang bersama Haruto, tak ada yang boleh mengetahui kehidupan keduanya.

Terdiam sejenak, Jaehyuk hanya mengendikkan bahu. Pada akhirnya ia mengikuti Junkyu memandangi kedua insan yang masih mengobrol itu, "gue penasaran bisa ga ya Haruto dapetin Junghwan.." gumamnya.

Junkyu berdecak, "kita aja ngga, apalagi dia."

"Justru itu, yang kita ga bisa siapa tau dia bisa?" Jaehyuk menatap Junkyu, merasa sedikit yakin dengan opininya.

"Kok lo meninggikan dia banget?" tanya Junkyu sembari mengernyitkan dahi.

Ditanya hal semacam itu, Jaehyuk membalas, "kok lo ngerendahin dia banget?"

ENIGMA [Harukyu ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang