5

1.3K 104 12
                                    

"Ngapain lo semalem?" adalah kalimat sekaligus pertanyaan pertama yang Haruto lontarkan begitu ia bertemu dengan Junkyu di pagi hari. Untuk sarapan pagi tentunya. Bedanya, kali ini sarapan mereka tak ditemani kedua orang tua pemuda Kim itu. Mereka masih dalam perjalanan bisnis. Untung saja Haruto itu pandai memasak, ia jadi dapat menggunakan kemampuannya tersebut untuk menyiapkan makanan bagi keduanya.

"Tanpa lo tanya juga harusnya lo tau pasti gue ngapain," jawab Junkyu, merasa risih dengan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu. Ia mengambil mangkuknya sebelum kemudian menuangkan kuah makanan hangat tersebut ke dalamnya. Untunglah ada Haruto hari ini, ia jadi tak perlu memakan makanan instan seperti sebelum-sebelumnya jika kedua orang tuanya tak ada di rumah.

"Sama siapa?" pertanyaan Haruto membuat Junkyu mengangkat sebelah alisnya. Tak biasanya pemuda itu ingin banyak tahu.

"Bukan urusan lo," jawabnya singkat.

Haruto terdiam. Ia memang merasa ini semua bukan urusannya, tetapi ada hal yang perlu ia cegah disini. Sebelum semuanya terlambat, Haruto harus mendapatkan penjelasan atas tindakan Junkyu yang semena-mena, "lo.. rut? Atau dia yang heat?"

Junkyu nampak menoleh sekejap, lalu kemudian kembali mengalihkan atensinya pada makanannya, "ngga. Gue kepengen aja."

"Mentang-mentang orang tua lo gaada," komentar Haruto. Jika benar Junkyu hanya bermain-main saja --karena memang pemuda itu tak terlihat memiliki seorang pacar-- maka itu merupakan tindakan yang sangat tidak pantas. Bukan, sebenarnya Haruto tidak peduli jika pun Junkyu melakukan hal-hal yang diluar nalar.

Namun untuk kasus kali ini, dapat melibatkan dirinya dan membahayakan orang lain. Haruto harus menghentikannya.

"Ya terserah gue, kalo mau laporin ya laporin aja. Mereka gaakan permasalahin," Junkyu memang sudah terbiasa dengan omelan kedua orang tuanya itu. Toh sebenarnya Tuan dan Nyonya Kim takkan mempermasalahkan hal tersebut terlalu banyak jika Junkyu tetap bermain aman dan tak merugikan siapapun. Ia takkan merasa terancam jikalau Haruto ingin melaporkan dirinya nanti.

Haruto hanya diam tak menanggapi kalimat pemuda koala tersebut.

"Tumben lo berisik banget? Biasanya juga cuek-cuek aja," ungkap Junkyu. Ia penasaran mengapa kali ini Haruto terlihat ingin tahu sekali. Tak seperti biasanya, ia jadi sedikit tertarik akan hal itu.

Haruto menghela nafasnya berat, ia merasa tak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Junkyu, "bukan itu masalahnya, Kyu."

"Ya terus? Lo kepancing sama feromonnya?" ini merupakan asumsi Junkyu. Berhubung Haruto mengatakan bahwa pemuda itu tak pernah tertarik dengan siapapun, jadi kemungkinan hal tersebut benar.. yah bisa dikatakan cukup kecil.

Diluar dugaan, Haruto tak membantah. Pemuda itu hanya diam, mulai menyantap makanannya dalam keheningan. Bukankah itu artinya asumsinya memang benar? Dan hal tersebut sukses membuat Junkyu mengembangkan senyuman miringnya. Tak ia sangka-sangka asumsinya rupanya tak dibantah sama sekali, ia akan menganggapnya sebagai kebenaran yang tak ingin diakui.

"Pft.. konyol banget. Gue pikir lo bisa nahan diri," ucapnya. Merasa menang dalam situasi ini. Ia duduk, menyendokkan masakan Haruto ke dalam mulutnya dan mengunyahnya tanpa melunturkan senyuman liciknya itu.

"Gue tahan kok," ucap Haruto. Berusaha mengelak dari pertanyaan Junkyu, namun terlambat. Pemuda koala itu sudah mengetahui dengan pasti bahwa Haruto memang benar mudah terpancing dengan aroma feromon.

Sayangnya, Junkyu tak tahu. Yang memancing Haruto adalah feromonnya sendiri ketimbang feromon omega pada malam itu.

Haruto merasa ia harus menutupinya. Ia tak bisa mengatakan bahwa dirinya merupakan seorang enigma. Ia tak bisa mengatakan bahwa instingnya dapat mengendalikan dirinya hingga membahayakan Junkyu sendiri. Ia yakin jika kemungkinan terburuk itu terjadi, Junkyu akan menyesali hidupnya di kemudian hari.

ENIGMA [Harukyu ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang