Haruto tak mengatakan apapun perihal tindakan Junkyu keesokannya. Ia memilih untuk bungkam dan tak ingin membuat Junkyu mengingatnya. Kau tahu, jika Haruto membicarakan hal tersebut mungkin saja Junkyu akan curiga, seharusnya Haruto tak dapat mencium aroma feromonnya.
Junkyu pun tak begitu mengingat kejadian semalam. Yang ia ingat hanyalah ketika dirinya pulang dalam keadaan kacau, dan Haruto mengantarnya sampai ke kamar. Junkyu pun tahu bahwa ia bermain dengan dirinya sendiri, namun ia tak ingat bahwa Haruto sampai mengetuk pintunya dan memintanya berhenti.
Yah, ia tak peduli juga sih. Yang jelas dirinya saat ini tengah mempersiapkan diri untuk pertarungannya di casino.
"Lo ga bosen main ginian?" tanya Jaehyuk, mendudukkan dirinya di sebelah Junkyu.
"Bosen menang sih," yah, Junkyu memang sudah ahli sih. Jadi ingin sombong sedikit pun bukan masalah.
Jaehyuk hanya mengendikkan bahunya. Tiba-tiba ia teringat dengan perkataan Junkyu di hari sebelumnya, "gue masih ga nyangka lo mau bawa Haruto kesini." Kepalanya menelusuri tempat gambling tersebut, sedikit ragu apakah mengajak Haruto adalah hal yang tepat.
"Gapapa biar dia tau rasanya nyentuh omega," ucapan Junkyu membuat Jaehyuk sedikit terkejut. Apa artinya itu?
"Maksud lo?" tanyanya bingung.
"Dia masih perjaka, Jae," jawab Junkyu santai. Ia mengambil tumpukan kartu dan mengacaknya. Tangannya lihai, ia sudah siap mempertaruhkan seseorang sekali lagi kali ini.
"What? Gue pikir dia lebih liar dari kita," Jaehyuk sedikit tak menyangka. Pasalnya aura Haruto memang terlihat kuat baginya. Ia bingung mengapa Haruto tak memanfaatkan hal tersebut. Jika Jaehyuk menjadi dirinya, sudah dipastikan ia akan menjadi playboy terbaik di satu sekolah.
Yah, pemikiran bodoh. Aku tahu itu.
Junkyu hanya menghela nafasnya berat, "udah gue bilang dia itu gaada apa-apanya. Udah deh, ayo buruan siapin permainannya buat gue."
***
"Kim Junkyu sialan. Lo ini rut setiap saat apa gimana, sih?" Haruto sekali lagi merutuki feromon Junkyu yang memasuki indra penciumannya. Ia benar-benar bingung. Selama beberapa hari ini kedua orang tua pemuda Kim itu tak ada di rumah, dan selama itu pula Junkyu melakukan hal yang tidak-tidak di kamarnya.
Padahal ia baru saja selesai menutup bukunya untuk menyiapkan presentasi besok dan bersiap untuk tidur. Dengan sialnya ia malah harus mendapati Junkyu lagi-lagi membawa seseorang dan bermain di kamarnya. Sudah sekitar satu setengah jam ia duduk tepat di hadapan pengharum ruangan elektriknya dan seharusnya kegiatan pemuda itu sudah berakhir. Tetapi rupanya hingga ia selesai belajar pun Junkyu masih saja dengan urusannya.
"Gue harus keluar," berhubung penciumannya semakin sensitif, Haruto memilih untuk pergi. Sebenarnya waktu sudah menunjukkan cukup larut, tapi biarlah. Haruto ini enigma, takkan ada yang berani bermacam-macam dengannya.
Terkadang ia berpikir apa seharusnya ia memanfaatkan identitas keduanya ini untuk menjadi pemimpin gangster, ya?
Yah, konyol sekali. Haruto tak suka membuang-buang waktu seperti itu. Ia lebih suka dianggap sebagai seorang alpha daripada menyalahgunakan identitasnya untuk kekuasaan. Haruto pun lebih menahan auranya agar tak keluar secara berlebihan. Ia bersikap layaknya orang biasa, tak pernah terpikiran untuk menjadi orang yang kasar maupun dingin.
Haruto belum memiliki tekad dan keinginan akan sesuatu. Jika ia sudah sampai pada tahap itu, entah sikapnya akan menjadi seliar apa.
Pemuda Watanabe itu memilih untuk pergi ke minimarket. Ia sedikit lapar setelah belajar cukup lama tadi. Mungkin memakan ramen instan hangat di meja bagian luar minimarket akan menjadi solusi terbaik atas rasa laparnya. Ia sudah menginginkan hal ini cukup lama sebenarnya. Tak Haruto sangka ia dapat melakukannya karena harus menghindari feromon Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA [Harukyu ver.]
Teen FictionKim Junkyu merupakan seorang alpha dominan, setidaknya sebelum ia bertemu dengan sosok Watanabe Haruto yang merupakan seorang enigma, alpha dari segala alpha. "Gue ini alpha sejati, asal lo tau!" "Lo akan tetap jadi omega di bawah enigma kaya gue, J...