RAZEA-01

1K 31 0
                                    




Suara wayang terdengar dari sebuah radio usang yang tersimpan di pojok ruangan. Asap rokok juga tampak berterbangan ke udara. suara denting sendok dan gelas beradu ketika tangan kriput itu mengaduk minuman.

Lelaki paruh baya itu membawa empat cangkir kopi kedepan, tepatnya pada segerombolan lelaki yang kerap menongkrong di warung nya.

"Ini mas-mas cakep, kopinya," ujar Mbah Marjo.

"Makasih, Mbah," ucapnya serempak.

Suara wayang tergantikan dengan suara televisi yang distel oleh beberapa bapak-bapak yang mengopi di warung Mbah Marjo. Seperti ini lah aktivas setiap malam. Warung Mbah Marjo terkenal murah, tak heran banyak anak muda hingga orang tua yang memilih mengopi di warung Mbah Marjo.

Seperti empat sekawan yang sering ke warung mbah Marjo sedari masih duduk dibangku SMA, seminggu sekali bahkan kadang lebih, mereka tidak pernah absen mengunjungi warung Mbah Marjo.

"Skaya nanyain lo mulu, El. Sampe jebol notif gue," ujar Yafi memperlihatkan layar ponselnya dimana ada kontak Skaya yang mengirimkan pesan sedari tadi.

"Biarin aja lah, males gue. Udah dibilang putus ya putus, masih aja pengen balik," jawab Raffael.

"Gue kira beneran baik anaknya. Taunya ketahuan selingkuh," ucap Rivan seraya menggigit ujung cabai.

"Ya gimana ngga selingkuh pacarnya aja modelan begini," ujar Yafi terbahak.

"Mati lo!" tekan Raffael seraya memiting kepala Yafi.

Nathanio terkekeh pelan melihatnya, lelaki itu menepuk belakang kepala kedua temannya secara bergantian. Heran dengan tingkah keduanya yang hobi ribut.

"Join lah," ucap Nathanio menghampiri meja disampingnya, meja yang menghadap pada televisi yang menyiarkan pertandingan sepak bola.

"Yaelah, bapak-bapak banget lo Than," ujar Rivan melemparkan setengah cabai hijau pada Nathanio

"Berisik! Orang ngga doyan pedas ngga diajak," balas Nathanio yang membuat Rivan mencibir pelan.

"Hahaha cabe aja dikecapin sama dia," ucap Raffael mengingat kejadian dimana Rivan yang memang tidak bisa makan pedas.

"Kalau ngomong aja, El, pedes. Tapi ngga doyan pedes," imbuh Nathan.

"Yoi men, laki-laki ngga bisa pedes tuh cemen," ucap Yafi seraya menepuk-nepuk dada bagian kiri milik Rivan.

"Ini bukan soal bisa ngga bisa, tapi ini soal kesehatan. Lo ngga usah banyak gaya deh, Yaf. Makan sambal juga paginya mencret lo," ucap Rivan.

"Woyy jangan salah, gue waktu itu diare karena kualitas sambalnya buruk," ucap Yafi membela diri. Lelaki itu terbahak ketika berhasil membuat salah satu temannya kesal.

Lelaki itu kembali mengecek ponselnya yang kembali berbunyi sebab notif dari beberapa teman kampusnya. Matanya kembali terbelalak ketika membaca pesan dari mantan Raffael.

Gadis itu nekat ingin menghampiri mereka. katanya, dia ingin berbicara pada Raffael karena akhir-akhir ini Raffael tidak bisa dihubungi.

"Parah, Skaya mau kesini," ucap Yafi yang membuat temannya menoleh kearahnya. Bahkan, Nathanio yang fokus menonton televisi pun ikut menoleh kearahnya.

"Wah, bisa diratain nih warung sama Skaya," ucap Rivan. Pasalnya, mereka tau bagaimana Skaya ketika marah. Bahkan pernah Skaya ribut dengan Raffael diwarung Mbah Marjo, perempuan itu membanting apa saja yang dapat ia banting.

Hal tersebut membuat Mbah Marjo dan teman-temannya mengelus dada. Karena harus membantu Mbah Marjo membereskan warung dan membayar ganti rugi.

"Gue balik!" Raffael bangkit dari duduknya sembari menyambar kunci motor miliknya.

Razea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang