Happy reading!
Sore ini Nazea dan Raffael sudah menempati rumah Raffael. Rumah yang diberikan oleh kedua orangtuanya sebagai hadiah pernikahan. Saat ini, Nazea tengah sibuk di dapur. Membuat teh hangat yang akan menemani dirinya menghabiskan waktu dirumah.
Sedangkan Raffael, lelaki itu baru saja keluar dari kamarnya setelah puas bermain game. Lelaki itu lantas menghampiri Nazea yang berada di dapur.
"Ngapain lo?" tanya Raffael sembari berkacak pinggang. Menatap Nazea dengan sengit.
Nazea melirik Raffael tak kalah sengitnya, gadis itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Raffael yang membuat lelaki itu mendidih seketika.
"Kurang ajar nih cewe, berani banget sama gue," batin Raffael.
"Kalau ditanya itu jawab!" ujar Raffael seraya menyenggol bahu Nazea.
Gadis itu tak menjawab. Malahan, tangan kanannya mengusap bahu kirinya yang tadi disenggol oleh Raffael. Lelaki itu kembali melototkan kedua matanya melihat respon yang diberikan oleh Nazea.
"Zea!"
"Apa sih?" balas Nazea malas. Gadis itu bangkit menjauhi dapur lalu berjalan menuju ruang tengah sembari membawa secangkir teh manis.
"Lo kurang ajar banget sama gue!"
"Kak Ael kebanyakan basa-basi, udah tau aku bikin minum, ngapain ditanya?" ucap Nazea mendudukkan dirinya diatas sofa seraya melipat kedua kakinya.
"Ngelunjak banget lo, anak kecil!" ucap Raffael ikut bergabung dengan Nazea di ruang tengah. Merebahkan dirinya disofa dengan tangan yang bertumpu di kepala nya.
"Aku bukan anak kecil!" bantah Nazea seraya melototkan kedua matanya tidak terima.
"Iya! umur aja yang tua, badan nya kecil," jawab Raffael seraya menatap Nazea dari atas sampai bawah.
"Kurang ajar!" balas Nazea seraya melemparkan bantal kearah wajah Raffael.
Lelaki itu terkekeh kecil sembari menangkap bantal itu, lalu ia gunakan untuk mengganjal kepalanya. Kembali menatap Nazea yang tampak kesal karenanya.
"Gue mau buat peraturan," ucap Raffael yang hanya dilirik sinis oleh Nazea.
"Ribet, hidup tinggal dijalani aja segala dikasih aturan," ujar Nazea.
"Ya, harus lah. Hidup kalau ngga ada aturannya ngga akan tertata," balas Raffael membuat Nazea kembali melotot kearahnya.
"Tau!"
"Nah, itu tau. Cepet ambil kertas sama bolpoin!" titah Raffael.
Nazea dengan malas berjalan menuju kamar untuk mengambil buku dan bolpoin. Setelahnya ia kembali kebawah menghampiri Raffael. Menyerahkan kertas itu lalu kembali mendudukan dirinya disofa.
Raffael menerima kertas itu, lantas menulis beberapa peraturan yang akan mereka sepakati nantinya.
"Baca!"
Peraturan!
1. Ngga boleh ikut campur urusan masing-masing
2. Ngga boleh bawa cowo lain kedalam rumah (khusus buat istri!)
3. Ngga boleh ngadu apapun ke Bunda atau pun Ayah Heri
4. Istri wajib layani suami termasuk cuciin baju suami, masak, bersih-bersih rumah, dll
5. Harus nurut apa kata suami!!Nazea memicingkan kedua matanya kearah Raffael yang tampak tengil dengan memainkan bolpoin yang berada ditangannya.
"Aku protes! Aku ngga setuju sama poin nomor 4. Untuk urusan masak it's okey aku ngga apa-apa, tapi kalau soal bersih-bersih rumah sama cuci baju, kamu juga harus ikut andil. Kamu nikahin aku buat dijadiin istri apa pembantu sih, Kak?!" ucap Nazea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Razea [On Going]
Teen FictionKisah Nazea yang terjebak dengan Raffael di sebuah perjodohan konyol yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Juga kisah Raffael yang harus menerima perempuan berjilbab yang tentu saja jauh dari tipenya. Disepanjang sejarah, baru kali ini Raffael me...