Sudah hampir empat bulan berlalu usia pernikahan Nazea dan Raffael. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti sediakala. Hari ini tepat dimana Nazea berangkat kuliah setelah menyelesaikan Masa ospek nya kala itu.
Gadis itu menghampiri Raffael yang sudah nangkring diatas motor. Tak dapat ia pungkiri, perasaan cemas selalu mengganggu dirinya.
"Ayo!" ucap Raffael.
"Kak," cicit Nazea menatap sendu ke arah Raffael.
"Kenapa lagi sih, Ze? Lo sakit perut lagi? kebelet pup? Jangan ulur-ulur waktu! nanti kita bisa telat. Gue ada kelas pagi," ucap Raffael berdecak malas karena sedari tadi Nazea terus saja beralasan ini itu.
"Maaf," lirih gadis itu lalu mulai naik ke atas motor Raffael. Menghela nafasnya berat sembari berpegangan pada jaket Raffael.
Raffael menancap gas nya kencang. Tak peduli dengan Nazea yang ketakutan di belakang. Ia harus mengejar waktu karena hari semakin siang. Disepanjang jalan pun Nazea hanya melamun sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Raffael.
Entah kenapa suasana hatinya gundah gulana. Rasanya ingin berada di rumah saja, tapi tentu saja hal itu tidak akan terjadi. Nazea kembali merasakan apa yang ia rasakan dahulu. Selalu was-was setiap akan berangkat sekolah.
Kurang lebih 30 menit Raffael mengendarai motornya. Kini keduanya telah sampai di kampus. Setelah memarkirkan motornya, Raffael lantas mengantar Nazea ke kelasnya.
"Kak Ael, aku bisa sendiri kok. Ngga usah diantar," ucap Nazea menahan lengan Raffael yang hendak melangkah maju.
"Gapapa, ayo!" ujar Raffael semakin mempererat genggaman nya pada tangan kecil Nazea.
Nazea hanya pasrah saja, dirinya ikut berjalan di samping Raffael yang sedari tadi tersenyum menatap orang-orang yang menyapanya.
"Ini kelas lo, gedung gue ada di sebrang gedung lo. Kalau ada apa-apa bilang sama gue." Raffael melepas genggamannya sembari membetulkan tas miliknya.
"Ntar kalau udah selesai tunggu di kantin aja," ucap Raffael yang di angguki oleh Nazea.
Nazea hendak masuk ke dalam kelas ketika Raffael sudah tidak terlihat dipandangannya, namun urung ketika ada segerombolan perempuan yang mencekal tangannya. Nazea menoleh menatap perempuan itu yang menatap Nazea dengan tatapan bengis.
"Ada apa?" tanya Nazea mencoba melepaskan tangannya dari cekalan perempuan itu.
Nazea semakin panik ketika banyak pasang mata yang menatap kearah mereka.
"Lo yang deketin Raffa kan? Ngaku lo!" ucap Skaya yang membuat Nazea terdiam.
"Ak-"
"Ngga usah alasan! Gue liat pake mata kepala gue sendiri ya, lo berangkat sama Raffa. Maksud lo apa begitu?" ucap Skaya sembari mendorong bahu Nazea dengan kuat.
"Baru jadi Maba aja belagu lo segala deketin cowo orang," lanjutnya.
"Maaf Kak, tap-"
"Wah, wah, hebat lo ya. masuk kuliah bukannya belajar yang bener, sekarang malah jadi PHO," potong Karel ikut menimbrung. Lelaki itu tersenyum remeh kearah Nazea yang menegang di tempatnya.
"Dia bikin hubungan lo sama cowo lo hancur ya?" tanya Karel pada Skaya yang tampak berdiri angkuh didepan Nazea.
"Ngga usah kaget, dia emang ngga tau diri. Dari jaman SMA cowo-cowo di embat semua sama dia," ucap Karel membuat orang-orang disana mencibir Nazea.
"Kalian semua hati-hati aja sama dia, orangnya munafik!" ujar Karel sengaja mengeraskan suaranya sehingga menarik perhatian para mahasiswa.
"Pakaian doang alim, kelakuan kayak jalang!" Maki Skaya sembari mendorong bahu Nazea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Razea [On Going]
Teen FictionKisah Nazea yang terjebak dengan Raffael di sebuah perjodohan konyol yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Juga kisah Raffael yang harus menerima perempuan berjilbab yang tentu saja jauh dari tipenya. Disepanjang sejarah, baru kali ini Raffael me...