RAZEA-04

319 24 0
                                    

Happy reading!








Dekorasi simple namun terlihat elegan itu tampak menghiasi rumah Heri. Hari ini adalah hari dimana akad pernikahan Raffael dan Nazea dilaksanakan. Tidak ada pesta di gedung, dan tidak ada tamu undangan selain keluarga serta teman dekat mereka. Hal ini tentu sudah disetujui dari dua pelah pihak.

Raffael duduk disamping Rega, menunggu penghulu yang akan menuntun jalannya akad pernikahan. Di depannya pula sudah ada Heri yang duduk dengan cemas. Mungkin masih belum siap melepas putrinya.

Baik dari kedua pihak kedua keluarga, mereka memakai batik seragam yang sudah disiapkan oleh keluarga Rega sehingga foto keluarga akan tetap terlihat serasi walau tidak ada acara pesta.

"Tegang ngga?" tanya Rega.

"B aja," jawab Raffael sombong.

"Ingat, jangan lupa nama calon istri sama mertua kamu. Jangan bikin Ayah malu," ujar Rega yang diangguki oleh Raffael.

Sedangkan didalam kamar, Nazea tampak masih dirias oleh perias yang sudah dikirimkan oleh keluarga Raffael. Kirana dan Syena pun ikut menemani Nazea didalam.

"Cantiknya menantu, Bunda," celetuk Kirana menatap Nazea kagum.

"Terimakasih Bunda," ujar Nazea seraya mengulas senyum manisnya.

"Bunda kedepan dulu ya, mau cek sudah siap semua belum," pamit Kirana lalu pergi meninggalkan keduanya di dalam kamar.

Nazea menghela nafasnya panjang, kepalanya tertunduk bersamaan dengan air mata yang lolos begitu saja mengenai pipinya.

"Kakk," panggil Nazea dengan suara parau.

"Loh, dek. Kenapa?" tanya Syena seraya menangkup kedua pipi Nazea. Mengusap lembut pipi Nazea lalu menepuk-nepuk tisu yang ia bawa untuk menghapus jejak air mata Nazea.

"Aku mau ibu.....aku mau nikah nya didampingi Ayah sama Ibu, bukan cuma Ayah aja, Kak," ucap Nazea dengan suara bergetar.

Syena lantas membawa adik iparnya itu kedalam pelukannya. Ia tahu apa yang adiknya rasakan, hampir seluruh manusia menginginkan anggota keluarga yang lengkap ketika melangsungkan pernikahan.

"Ibu pasti liat kamu dari atas, Ze. Ibu pasti ikut bahagia diacara pernikahan kamu, walaupun raga Ibu ngga ada disini, tapi ibu selalu ada dihati kamu. Jangan sedih, ngga boleh nangis dulu, ah! Nanti luntur make up nya," ucap Syena menyentuh kedua bahu Nazea.

"Ada apa?" tanya Kirana mendekati keduanya. Raut cemas tampak begitu
Kentara di wajah ayunya.

"Kenapa, Nak? Kamu keberatan dengan pernikahan ini?" tanya Kirana sembari merangkul pundak menantunya.

"Kalau iya ngga apa-apa, bicarain baik-baik sama Bunda, ya?" ucap Kirana.

Nazea menggeleng pelan sebagai jawaban. Ia menarik ingusnya kedalam sembari mendongak, menahan air matanya yang hendak tumpah.

"Zea kangen almarhumah Ibu," jawab Syena ikut merapikan jilbab Nazea yang sedikit rusak.

"Sedih ya? Ngga apa-apa, kan sekarang ada Bunda. Bunda ini juga ibu kamu, kalau Zea mau cerita apapun bisa sama, Bunda. Sekarang, Ibu pasti senang lihat putrinya menikah, jangan sedih terus ya? Nanti kita kunjungi makam ibu," ujar Kirana dengan penuh kelembutan.

"Terimakasih, Bunda." Kirana mengangguk seraya tersenyum manis. Ia tahu betul perasaan Nazea, sebab dirinya juga seperti Nazea. Ibundanya telah lama meninggal sehingga disaat pernikahannya dengan Rega, ia hanya didampingi oleh Ayahnya saja.

"Sudah, jangan nangis ya? Hari ini hari bahagia kamu," ucap nya yang diangguki oleh Nazea.

"Nah, kalau sudah beres begini, kita kedepan yuk! Pak penghulu sudah sampai sini," ucap Kirana lalu menuntun Nazea kedepan yang dibantu oleh Syena.

Razea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang