Rindu kini berada di kursi tunggu lobi hotel. Terlihat dia sedang menghubungi seseorang, siapa lagi kalau bukan sahabatnya untuk menanyakan nomor kamar yang akan mereka tempati selama di sini. Setelah mengetahui nomor kamar, ia melangkahkan kaki menuju meja resepsionis. Usai mendapat petunjuk dari pegawai hotel, ia langsung menuju kamar yang dimaksud, Lantai 3 nomor 258.
Rindu menggunakan lift hotel. Kebetulan tidak ada pengunjung yang berlalu lalang. Selama setengah menit berada di dalam lift, terdengar dentingan 'ting' pertanda dia telah berada di lantai tiga. Kakinya melangkah menyusuri lorong hotel, sedangkan matanya fokus mencari nomor kamar.
Tepat di depan kamar 258, Rindu memencet bel dengan tidak sabar. Tombolnya mungkin akan terperosok ke dalam, jika ia memencetnya sekali lagi dengan seluruh ketidaksabarannya. Perasaan ragu mulai menyelimuti hatinya, apa kedua sahabatnya itu ada di dalam sedang nyenyak molor atau sedang keluar menikmati kuliner kota ini tanpa ingat padanya. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu dengan sabar di depan pintu stainless yang sangat mewah dan terawat dengan baik.
Tubuhnya langsung menegak sempurna ketika gendang telinganya mendengar suara kunci terbuka. Beberapa saat setelah itu sesosok gadis berkulit putih mengenakan piyama silk sleepwear menyambutnya dari balik pintu."Nggak sabaran! Aku lagi mandi." gerutu Selena sebal, sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk putih.
Tanpa disuruh Rindu langsung melenggang masuk kamar dengan wajah masam. Pasalnya yang sepatutnya marah itu Rindu, karena sudah ditinggal dan lama harus menunggu dibukakan pintu. Rindu langsung merebahkan tubuhnya di kasur ukuran king size tanpa memperdulikan ada Karen yang tertidur pulas menjadi terganggu.
Inilah yang aku inginkan. Tidur dan menikmati liburan kali ini setelah beberapa hal yang tak terduga menderanya. _Rindu
Sudah tujuh jam lamanya Rindu tidur, kini ia terjaga. Jam dinding menunjukkan pukul 3 dini hari. Rindu mengamati pemandangan kota Doha dari balik jendela. Kelap kelip lampu bertebaran dimana-mana. Ada beberapa kegiatan yang baru saja dimulai atau malah sisa kegiatan kemarin.
Kesibukan orang yang tinggal di kota metropolitan nampaknya tak akan pernah berakhir. Hidup mereka akan terus berjalan selama 24 jam non-stop. Sama halnya di Jakarta. Kota yang hidup dan bertambah gemerlap walaupun matahari telah ditelan bulan.Mata Rindu melirik kedua sahabatnya yang masih terlelap di balik selimut. Mungkin sekarang mereka sedang bersenang-senang di dunia mimpi. Menikmati dramanya dengan sang pujaan hati atau pangeran berkuda putih. Entah lah.
Tiba-tiba deringan telpon terdengar dari dalam tas. Deringan dengan lagu Fuër die Liebe (Untuk Cinta)-Berge. Tubuh Rindu bergerak untuk mengambil tas yang terletak di atas meja rias, ia meraih ponselnya. Dia pun menggeser layar untuk menerima panggilan tersebut.
"Hello?" terdengar suara berat dari seberang telpon. "Am I bothering you?" (Apakah saya mengganggumu?)
"No, can I help you?" tawar Rindu.
(Tidak, apa yang bisa saya bantu?)Suara ini, tak asing lagi untukku. Semoga saja memang dia. Gadis yang membuatku terjatuh._Nathan
"Look, I own the phone your'e holding. I lost my cell phone yesterday." tuturnya.
(Dengar, saya pemilik ponsel yang anda pegang. Saya kehilangan ponsel kemarin.)Rindu berjalan menuju balkon kamar. Supaya tidak mengganggu kedua sahabatnya yang masih terlelap itu.
"hmm... Bro Nathan. Yap, yesterday you left your cell phone in the taxi we were riding in. Coincidentally the driver gave me your cell phone. Because I didn't know who to contact or how to meet you, so I decided to just wait for news." Jelas Rindu panjang.
(Hmm... Kak Nathan. Yap, kemarin ponselmu ketinggalan di dalam taksi yang kita tumpangi. Kebetulan supirnya memberikan ponselmu padaku. Karena aku tidak tahu harus menghubungi siapa atau bagaimana cara bertemu denganmu, jadi aku memutuskan untuk menunggu kabar saja.)"Thank you verry much, Rindu. Ik ben dankbaar, it turns out my cell phone is with you. Um, can I see you tomorrow?" Harap Nathan.
( Terima kasih banyak, Rindu. Aku bersyukur, ternyata ponselku ada bersamamu. Um, bolehkah aku menemuimu besok?)"Ja. where and When?" Tanya Rindu.
(ya. Dimana dan kapan?)"In the hotel lobby and at 05.30 o'clock." Tukas Nathan.
(Di lobi hotel pada pukul 05.30.)"Oke." Jawab Rindu singkat, guna mengakhiri pembicaraan ini. Karena Rindu pun bingung harus bagaimana. Ini kali pertama ada laki-laki yang menelpon di dini hari selain keluarganya.
"Why did you wake up so early. Is your sleep disturbed?" Tanyanya cemas.
(Kenapa kamu bangun pagi-pagi sekali. Apakah tidurmu terganggu?)"No. My sleep was very sound, maybe because I had been asleep for seven hours. Hehehe" Ujar Rindu diiringi kekehan.
(Tidak. Tidurku sangat nyenyak, mungkin karena aku sudah tertidur selama tujuh jam. hehehe)"Ok. See you again tomorrow." Pamit Nathan sebelum menutup telpon. Tak lama panggilan pun berakhir.
(Baiklah. sampai jumpa besok.)Kini Rindu bingung akan melakukan kegiatan apa. Karena ia bangun sedini ini. Rasa lapar pun mulai terasa. Ia ingat terakhir kali makan kemarin sebelum berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Itupun sarapan roti selai coklat dan hanya minum segelas susu yang telah disiapkan sang Bunda. Jeritan cacing perutnya makin menjadi. Seakan-akan mereka demo untuk mendapatkan subsidi makanan. Ia masuk ke dalam kamar lagi.
Bola mata hitam itu tertuju pada sebuah bungkusan coklat di atas nakas. Ia langsung membuka bungkusan tersebut. Benar, isinya satu buah hamburger dan es matcha yang sudah tak dingin lagi. Tanpa babibu dia pun melahap makanan cepat saji itu.
"Lumayan untuk ganjal perut. Rupanya mereka masih ingat denganku." Gumamnya dengan mulut tersumpal gigitan hamburger sesekali menyesap es matcha cair.
Usai menyantap makanan tersebut, Rindu berniat untuk menunaikan ibadah wajib dua rakaat. Ia berencana akan tidur lagi untuk mencoba mengarungi dunia mimpi. Kali saja dia akan bertemu pria tampan yang akan menjadi jodohnya. Sembari menunggu waktu janjian dengan Nathan tiba.
***
___________________________________________Hi Reader's.
Semoga hari kalian selalu baik-baik saja dan diberkati oleh Sang Pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGEWIKKELD (Rumit)
Teen FictionCinta itu datang tanpa bisa diduga dimana, kapan, dan pada siapa. * Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Salam kenal untuk Reader'...