Mulai Tumbuh

124 16 0
                                    

Waktu yang ditunggu tiba, Rindu akan menemui Nathan di lobi hotel. Ia hanya mencuci muka, karena dirinya sudah mandi sebelum menunaikan shalat subuh. Rindu menjulurkan tangannya ke bawah kran air hingga kran itu mengeluarkan air secara otomatis. Setelah berhasil mengumpulkan air dalam genggaman tangan, ia pun membasuh wajahnya berkali-kali.
Rindu memoles setipis mungkin bedak my baby yang ia bawa. Ia juga menambahkan lip gloss pada bibir mungilnya agar terlihat lebih fresh. Kali ini Rindu memakai dress selutut motif kotak-kotak yang menambah ayu dirinya. Dirasa siap, dia keluar dari kamar, terlihat dua temannya masih nyenyak di pulau empuk mengarungi mimpinya.

Satu persatu anak tangga Rindu turuni menuju lobi. Matanya menyapu seluruh sudut lobi. Bola matanya terkunci pada sosok yang melambaikan tangan ke arahnya. Sosok pria tinggi dengan setelan kaos putih yang dipadukan dengan celana pendek itu menyambutnya dengan senyuman.

Entah kenapa melihat senyum pria itu mendadak jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya. Semburat rona merah menghiasi pipinya, hawa panas pun menyerang tubuhnya seketika. Keraguan dalam hatinya mulai hinggap, enggan untuk menemui sosok pria berdarah Belanda-Indonesia tersebut.
Hal pertama yang ditanya oleh dengan pria bertinggi 182 cm itu bukanlah ponselnya, tetapi hal di luar dugaan Rindu.

"Nog niet ontbeten, toch?" Tebak Nathan yang dijawab dengan gelengan kepala oleh lawan bicaranya.
(Belum sarapan kan?)

"Zullen we samen ontbijten?" Tawarnya pada Rindu.
(Bagaimana kalau kita sarapan bersama?)

Hanya anggukan kepala lalu mengekor kemana arah Nathan pergi.

Ouh, Sungguh manis sekali gadis ini. Ingin rasanya aku segera memilikinya. _Nathan

Langkah mereka terhenti di sebuah resto, 'Hunters Room and Grill'. Salah satu tempat makan di Hotel Wisten. Resto ini menyajikan aneka jenis steak. Mereka pun menuju sebuah bangku kosong yang terletak di sudut resto. Dari bangku tersebut bisa melihat langsung pemandangan yang luar biasa indah, sebuah taman hijau yang membentang luas. Banyak pepohonan yang mengelilingi taman itu.

Hua, indah banget. Lain kali aku akan mengajak mereka kesana. _Rindu

Gerak gerik Rindu pun tak lepas dari pandangan Nathan. Maklum, lagi kasmaran. Desiran, entah apa itu, langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Ia merasakan suntikan energi setelah memandang gadis gingsul ini.

Pemandangan taman itu memang indah, tapi jauh lebih indah adalah orang yang saat ini di depanku. _Nathan

Tak lama pesanan mereka datang. Tersaji menu dua piring dalchini pepper chicken, vegetable malchini, dalchini rice kheer, dan dua gelas jasmine. Mereka pun menyantap hidangan dengan nikmat. Sesekali terlihat mereka saling beradu pandang. Hal itu membuat rasa aneh dan geli bercampur timbul pada masing-masing dua insan yang duduk berhadapan itu.

Kali ini aku makin yakin desiran yang aku rasakan setiap memandang mu adalah butiran rasaku padamu yang perlahan tumbuh. _Nathan

Sungguh dia ciptaan-Mu yang begitu indah, akankah aki bisa menggapainya? _Rindu

Tanpa mereka sadari ada dua sosok manusia yang berjalan ke arah mereka, Justin dan Marcelino.

"Pantes kita cariin gak ada, taunya udah duluan aja." Ucap Marcel sambil menepuk pundak Nathan.
Sedangkan Justin hanya berdiri di belakang Marcel dengan kediamannya. Namun ia sedikit terkejut melihat sosok gadis yang duduk di depan Nathan. Raut bingung mulai terpancar di wajahnya. Namun Justin langsung menepisnya dengan berdalih melontarkan pertanyaan pada Nathan.

INGEWIKKELD (Rumit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang