Temu dadakan

65 12 0
                                    

Malam ini begitu cerah. Bintang malam bertaburan di langit. Semilir angin menerpa pipi mulus gadis berkuncir satu. Matanya memandang gemerlap lampu gedung-gedung tinggi. Terlihat dua temannya duduk di kursi balkon menikmati cemilan yang mereka beli sore tadi di swalayan usai menyaksikan laga Bola antara Timnas U-23 Indonesia dan Timnas Yordania.

"Rin, Enak lo. sini deh." Suara Selena menawarkan cemilan khas negara gurun.

"Lanjut lah, masih kenyang." Jawab Rindu singkat.

Terdengar nada sambung dari ponsel Rindu di atas meja. Tertera nama penelpon 'N👻'. Segera Rindu mengangkatnya.
Jari Rindu mengusap tanda hijau untuk menerima telpon tersebut.

"Hallo, Rindu. Are you busy now?" Tanya suara bariton si penelpon.
(Halo, Rindu. Apakah kamu sibuk saat ini?)

"Not. Why did you ask?" Jawabnya singkat untuk menutupi rasa gerogi yang mendera.
(Tidak. Mengapa kamu menanyakan itu?)

"Can you meet me now, Rindu?" Ajaknya.
(Bisakah kita bertemu sekarang, Rindu?)

"Ummm... Oke, where?" Sambung Rindu.
(Ummm... Oke, dimana?)

"We meet in the lobby." Ucapnya.
(Kita bertemu di lobi.)

"Ok. Wait. I go to lobby now." Jawab Rindu.
(Ok. Tunggu. Aku akan pergi ke lobi sekarang.)

"Oke. See you." Sambungan telpon pun berakhir.
(Oke. Sampai jumpa.)

Usai menerima telpon dari kontak misterius itu, tatapan intimidasi dua pasang mata tertuju pada Rindu.

"Hehehe, Nathan ngajak ketemu." Ucapnya dengan menampilkan wajah nyengir.

"Demi apaa????" Kaget Karen.

"Hehehe. Yaa gitu lah." Jawab Rindu.

"Karenn.. Rindu kita udah dewasa. huhuhu." Ucap Selena pada Karen.

"Ya udah ya guys. Aku mau siap-siap dulu. Nanti dia nunggu lama lagi." Jawab Rindu dan berlalu masuk ke kamar.

Tak sampai 5 menit, Rindu sudah selesai. Tak lupa pamit pada kedua sahabatnya.  Ia pun keluar dari kamarnya. Ia menuju lift. Ia pun masuk lift, tak sampai 2 menit, ia sudah berada di lantai lobby.
Pandangannya tertuju pada pria kemeja putih yang sedang berbincang, ternyata pelatihnya, coach Sin.

Rindu masih berdiam diri di depan lift, menunggu perbincangan dua pria itu selesai. 5 menit telah berlalu. Dua pria itu sudah selesai dengan obrolannya. Terlihat pria kemeja putih itu melirik jam tangan. Lalu menoleh ke arah tangga. Saat itu juga, Rindu berjalan mendekat. Mendengar ada langkah kaki mendekat, Nathan menoleh. Ya, gadis yang ia tunggu telah berdiri di depannya.

"Sorry. Laat je wachten." Ucap Rindu.
(Maaf membuatmu menunggu.)

"Geen probleem." Jawab Nathan dengan senyuman.
(Tidak apa.)

"Rindu, heb je al gedineerd?" Lanjutnya bertanya.
(Rindu, Apa kamu sudah makan malam?)

"Ja" Jawab Rindu singkat.
(Ya)

"Humm. Ook al wil ik je uitnodigen om samen te komen eten." Ucapnya dengan nada sendu.
(Humm. Padahal aku ingin mengajakmu makan malam bersama.)

"Pardon. Maar ik kan je vergezellen naar het avondeten." Balas Rindu tak enak.
(Maaf. Tapi aku bisa menemanimu makan.)

INGEWIKKELD (Rumit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang