Kicauan burung membangunkan lelapnya Rindu. Samar-samar kelopak matanya membuka perlahan. Menyambut pagi yang cerah. Secercah mentari menyelusup dibalik tirai kamar yang saat ini ia tempati. Walau tak begitu banyak ornamen penghias, namun masih menyisakan kenangan kecilnya dulu. Hanya sebuah burung origami yang menggantung mengelilingi lampu kamar, ditambah beberapa gambar bintang di langit-langit kamar.
Langkah Rindu menuju jendela. Kedua tangannya membuka kunci jendela, lalu menyibak tirai agar udara segar dengan leluasa memasuki kamar. Angin sawah menyambutnya, seakan mengucapkan 'Selamat pagi, dan kembali'. Terlihat di pematang sawah beberapa orang berjalan menuju ladang mereka. Sudah begitu lama ia tidak menyaksikan pemandangan ini. Terdengar suara ayahnya yang sedang berbincang, entah dengan siapa. Obrolannya begitu hangat, sesekali tertawa lepas. Mungkin teman lama ayahnya. Begitu asyik, seakan temu kangen karena sudah lama tak bersua.
Usai menghirup udara segar, ia lanjutkan untuk mandi. Hari ini ia telah memutuskan untuk berkeliling kampung halamannya. Akankah begitu banyak perubahan, atau masih tetap sama seperti dahulu.
Usai dengan kegiatan sederhana setelah mandi, ia keluar kamar. Terlihat Bunda dan Oma sedang berbincang di depan tv. Ia pun bergabung.
"Pagi, Oma." Sapa Rindu disambut pelukan hangat dari oma tercinta.
"Pagi, Sayang. Hmmm.. Ndak terasa cucu Oma sudah besar ya. Semoga masih diberi kesempatan untuk menemani sampai cucu oma ini berumah tangga." Ucap Oma disertai batuk-batuk kecil. Ya mengingat umur Oma yang sudah memasuki 80 tahun. Namun masih terlihat kuat berjalan cukup jauh dan mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Padahal Bunda Dian selalu menawarkan untuk tinggal di Jakarta saja, namun penolakan lah yang selalu terucap dengan berbagai alasan.
Di tengah perbincangan mereka bertiga, datang sosok pemuda membawa parcel buah. Langkahnya terus mendekat. Senyumnya sudah terukir dari pertama memasuki rumah membuat aura tampannya terlihat. Sapanya begitu ramah. Tutur katanya juga begitu lembut.
"Eh, Mas Alan sudah pulang? kapan sampai, Nak?" Tanya Bunda Dian.
"Sudah, Bun. Semalam sampai. Bunda sendiri gimana? Sudah lama datang?"
"Alhamdulillah, sudah dua hari kami disini. Rencana lusa kami akan pulang ke Jakarta."
"Humm.. Kenapa buru-buru, Bun? Tinggal lebih lama dong. Alan kangen bisa jalan-jalan bareng."
"Yaa, Maunya juga gitu, Nak. Tapi gimana yaa, kondisi yang tidak memungkinkan. Lagi pula Ayah Rindu juga tidak bisa meninggalkan kantor terlalu lama. Nanti malah banyak jadwal yang lambat dan banyak kendala lagi. Mas Alan aja yang ikut kami kesana. Kan belum pernah kesana."
"Emang boleh, Bun?"
"Boleh banget."
"Oke deh, Bun. Insyaallah."
Begitu akrab dan dekat hubungan pemuda bernama Alan itu dengan keluarga Al Mughni. Bahkan Ayah dan Bunda Rindu telah menganggap dia anak laki-lakinya. Begitu juga sebaliknya orang tua Alan pun sudah menganggap Rindu putrinya.
Alandra Bima Tcahyo, putra dari Ibrahim Tcahyo, sahabat Sulaiman, Ayah Rindu.
Pemuda yang akan menginjak umur 27 tahun itu sudah mapan. Memiliki profesi sebagai arsitek profesional. Bahkan dia juga memiliki perusahaan sendiri. Alan Architectures Works (AAW) perusahaan yang ia pimpin berkecimpung di dunia desain dan infrastruktur. Kantor pusatnya ada di Paris. Tak heran jika Alan sudah menetap di kota Cinta atau City of Love.Alan Architectures Works adalah firma arsitektur, perencanaan kota, dan desain interior internasional yang sudah berdiri selama 7 tahun, dengan kantor di Paris, Shanghai, dan Indonesia. Firma ini menyatukan sekitar 13 mitra, tim multidisiplin yang terdiri dari 150 orang dari 25 negara yang berbeda. Komitmennya untuk mempromosikan arsitektur tercermin dalam karya kolektif yang telah memenangkan banyak penghargaan. Alan Architectures Works didirikan atas dasar pengetahuan dan dialog bersama untuk meningkatkan potensi kreatif dari desain kolektif. Hal itu menjadikan sosok Alan sudah sangat mapan. Namun status single masih tersemat pada dirinya. Ia belum menemukan sosok yang cocok. Padahal selama ini begitu banyak yang berusaha mendekatinya. Nihil, tidak ada yang memikat hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INGEWIKKELD (Rumit)
Teen FictionCinta itu datang tanpa bisa diduga dimana, kapan, dan pada siapa. * Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Salam kenal untuk Reader'...