Hadiah Hari Jadi

80 11 2
                                    

Rindu memelankan langkahnya hati-hati. Ia berharap kedua sahabatnya sudah tidur. Agar tidak ada interogasi dadakan yang akan membuatnya harus menjawab tumpukan pertanyaan. Bukan tidak ingin menjawab, hanya saja ia merasa ngantuk sudah menyelinap ke pelupuk matanya.

Ketika membuka pintu kamar ia merasa lega, karena sudah tidak ada suara ocehan kedua sahabatnya. Lampu kamar hotel pun juga sudah dimatikan. Ia menaruh sepatu yang ia pakai ke raknya. Seketika ia membalikkan badan.. Tek... lampu menyala. Terang. Dua sosok yang ia hindari malam ini sudah berdiri di dekat dinding sakelar lampu dengan tatapan penuh selidik.

"Tadi aku mencari udara segar dulu." Ucapnya, padahal tidak ada pertanyaan yang dilontarkan. Namun ia tau, tatapan mereka itu seakan-akan bertanya 'Dari mana aja? kenapa baru sampai jam segini.'

"Bukan itu maksud kami. Bagaimana pertemuan dengan Nathan???" Rasa kepo yang sedari tadi mereka tahan terlontar juga.

"Tidak buruk." Jawab Rindu singkat.

"Bukan ituuu... Jadi kenapa dia bisa ngajak lo tiba-tiba ketemu malam-malam." Ia makin tersulut dengan jawaban yang tidak memuaskan menurutnya.

"Yaa-ya.., karena dia ingin berterima kasih ama gue udah bantu dia balikin ponselnya. Udah gitu aja." Rindu berusaha mencari alasan agar kedua temannya tidak curiga.
Bisa gawat kalau mereka sampai tahu hubungannya dengan Nathan. Ia tidak mau ketahuan sama kedua orang tuanya kalau sudah memiliki kekasih. Pasalnya dulu ayahnya melarang berpacaran ketika masih duduk di bangku sekolah menengah.

Ya, wajar kalau dia dilarang, kan masih kecil. Kalau sekarang mah gak mungkin di larang lagi, udah gede, umurnya tidak dengan badannya. hehehe

Rindu pun berlalu melewati mereka. Ia menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan ganti pakaian tidur. Keluar dari kamar mandi, ternyata dua temannya sudah terlelap di bawah selimut masing-masing.

Setelah membasuh wajahnya, rasa kantuknya pun ikut hilang. Kali ini dia bingung harus melakukan apa. Langkahnya pun menuju ke arah balkon kamar. Ia kembali berdiri sambil menatap jauh di depan. Menikmati hembusan angin malam.

Di sisi lain balkon ternyata sudah berdiri seorang pria yang sangat dikenal Rindu. Bahkan, bakal menjadi orang terdekat Rindu. Pria itu menatap gadis yang berdiri di balkon samping kamarnya. Awalnya ia kaget, ternyata gadis yang ia incar tinggal di sebelah kamar inapnya. Ia pun terus menatap wajah gadis yang mampu mendobrak pintu hatinya dengan seksama.

Bibirnya membuka suara, "Rindu".

Mendengar ada yang menyebut namanya, seketika Rindu menoleh ke sumber suara. Tap.. Kedua netra mereka bertemu. Mereka saling beradu pandang.  seulas senyum muncul di wajah keduanya.

" Lieve, Laten we morgen samen ontbijten!" Ajaknya membuka suara.
(Sayang, ayo kita sarapan bersama besok!)

Semenjak ungkapan perasaannya di terima oleh Rindu, panggilan sayang lues terucap.

"Ok" Jawab Rindu sembari menampilkan senyum di wajahnya.

"Ik wist niet dat onze kamers naast elkaar lagen. Waarom besefte ik het nu pas, terwijl je overmorgen terugkomt." Ujarnya.
(Aku tidak tahu kamar kita bersebelahan. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang, padahal kamu akan kembali lusa?)

"Ja, ik ook." Balas Rindu.
(Ya, aku juga.)

"Ik heb geen schema voor morgen. Ik wil dat we, voordat je terugkomt, wat tijd samen doorbrengen. Ben je klaar?" Pinta Nathan.
(Saya tidak punya jadwal untuk besok. Sebelum kamu kembali, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama. Apakah kamu siap?)

INGEWIKKELD (Rumit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang