XII Dendam Almira

94 8 0
                                    

"Bangkitlah dan tataplah aku, sudah lama aku tidak melihat kalian, mari kita berbincang sejenak sembari meminum teh dan memakan biskuit" ujar Nuzan, mendengar itu ketiga dewa dan dewi terkejut.

"Maafkan kami dewa agung, namun menatap sosok engkau yang agung adalah hal yang tabu bagi kami para dewa dan dewi" jelas dewi Nyx.

"Ini perintah dariku, kuharap kalian bersedia untuk melakukannya" pinta Nuzan dan ketiga dewa dewi mengangguk sejenak.

Mereka bertiga bangkit dari posisi bersimpuh dan secara perlahan mereka membuka mata, seketika tatapan kagum dan terpesona terlihat dari ketiga dewa dan dewi, mereka terkejut dan terpesona melihat sosok Nuzan untuk pertama kalinya. Tubuh ketiga dewa dan dewi bergetar, air mata mengalir, dan bibir mereka terus saja mengucapkan pujian pada Nuzan.

"Kuharap kalian bisa bersikap biasa denganku, mari kita minum teh dan berbincang, ada banyak hal yang ingin kuceritakan kepada kalian" ajak Nuzan sembari tersenyum.

"Oh iya saat ini aku ingin kalian memanggilku Nuzan, sama seperti dewa herms memanggilku, kuharap kita berempat bisa saling akrab, sama seperti aku dan dewa herms yang saling akrab"

"Kata-kata yang tercucap darimu adalah perintah bagi kami, wahai dewa agung, Nuzan" ujar ketiga dewa dan dewi.

"Kuharap aku bisa akrab dengan para dewa dewi lainnya yang ada di Athasila"

****

Kini di Bloodhound Academy terlihat Nuzan, Athanasia, Almiro, dan Almira bersama dengan seluruh siswa Bloodhound Academy berkumpul di aula sekolah untuk mendengar pengumuman kelulusan ujian tertulis yang menjawab siapa yang akan maju ke ujian praktik sebagai 6  calon kandidat raja iblis. Terlihat para siswa berbicang dengan teman-teman mereka, membicarakan siapakah sosok iblis yang akan maju menjadi kandidat raja iblis sembari menunggu para guru dan kepala sekolah hadir.

Nuzan terlihat terus menutup matanya, Athanasia, Almiro, dan Almira hanya terdiam menatap bingung kearah Nuzan yang sedari tadi menutup matanya, Athanasia, Almiro, dan Almira saling menatap satu sama lain.

"Sampai kapan Nuzan akan terus menutup matanya?" Tanya Almira tanpa mengalihkan pandangannya dari Nuzan.

"Entalah, apa mungkin Nuzan sangat gugup dan sedang berdoa agar ia lulus ujian tertulis?" Gumam Almiro.

"Bisa saja Nuzan sedang berdoa, bagi manusia hal wajar jika mereka berdoa untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, aku hanya berharap tidak ada yang menyadari Nuzan yang sedang berdoa" Bisik Athanasia karena ia tidak ingin ada orang lain selain mereka bertiga yang mendengarkan apa yang ia katakan.

"Aku tau ini mungkin akan membuat Nuzan tersinggung, tapi kita harus menghentikannya, aku takut pelindung Zenon akan memberikan Nuzan hukuman lagi, kau tau kan berdoa di sini adalah hal yang tabu" Bisik Almira, mendengar perkataan Almira, Athanasia dan Almiro mengangguk setuju.

Athanasia menepuk pelan pundak Nuzan membuat Nuzan mengerutkan keningnya membuat tubuh Athanasia seketika tersentak, secara tiba-tiba Athanasia merasakan aura tekanan yang sangat menegangkan membuat tubuh Athanasia membeku tak bisa digerakkan, secara perlahan Nuzan membuka matanya dan mata Athanasia membelalak ketika melihat manik merah darah Nuzan, Nuzan menatap tajam kearah Athanasia dan Nuzan menyeringai.

"Athanasia apa kau baik-baik saja?" Seketika tubuh Athanasia tersentak dan ia kembali sadar, ia melihat wajah kebingungan Nuzan, nafas Athanasia memberat.

"Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Almira bingung melihat Athanasia hanya terdiam dengan tangannya masih berada di bahu Nuzan.

"Aku baik-baik saja" Jawab Athanasia pelan, ia berusaha menenangkan dirinya, tubuh tidak berhenti bergetar bergidik ngeri setelah apa yang baru saja ia alami, ia seperti melihat sosok iblis  menyeramkan yang menyerupai Nuzan.

The AthasilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang