XV Perasaan Sebastian

42 4 0
                                    

Kini Almiro, Almira, Nuzan, dan Athanasia sedang merayakan keberhasilan Almiro dalam ujian tertulis calon kandidat raja iblis.

Kali ini mereka merayakannya dengan makan-makan sembari bercanda tawa bersama, makanan dalam pesta perayaan kecil-kecilan ini adalah masakan Athanasia bersama dengan pelayannya. Athanasia yang meminta Nuzan untuk mengizinkannya memasak agar Nuzan bisa merasakan masakanan Athanasia dan memberikannya pujian.

"Oh iya Almiro, bagaimana dengan pemilihan Dazen untuk persiapan ujian praktik nanti? Apa kau sudah menentukan Dazen?" Tanya Athanasia, mendengar itu Almiro menggeleng pelan.

"Belum, aku masih belum menemukan dua Dazen lagi" jawab Almiro.

"Yah walaupun Almiro iblis kelas bawah tapi aku menerima banyak sekali siswa yang menawarkan diri untuk menjadi Dazen Almiro, dan itu sedikit merepotkan bagiku" keluh Nuzan sembari menghela nafas.

"Tentu saja bagaimanapun kakak berada di posisi pertama dalam ujian tulis, tentu saja mereka pasti mengabaikan status sosial kakak dan berusaha keras menjadi Dazen kakak demi masa depan mereka" jelas Almira.

"Huh itu akan sangat merepotkan, jika boleh jujur aku sendiri tidak ingin terlalu dekat dengan para iblis bangsawan bahkan ini berlaku juga padamu Athanasia" keluh Almiro membuat Nuzan dan Almira mengarahkan pandangannya kearah Athanasia.

"Aku tidak berharap untuk dekat denganmu, bagiku yang terpenting aku bisa terus berada di sisi nona Nuzan dan menjaga serta mengabdi padanya, aku tidak peduli dengan yang lainnya" jelas Athanasia dengan raut wajah datar dan tatapan tajam.

"Apa yang kakakku katakan juga berlaku padaku" ujar Almira sembari menatap tajam kearah Athanasia.

Ketegangan terasa di antara Almiro, Almira, dan Athanasia, melihat itu Nuzan menghela nafas dan hanya terdiam sembari memakan makanannya, disaat sibuk dengan makanannya tiba-tiba Nuzan menerima panggilan telepati dari Nero.

"Salam hormatku nona, maaf jika aku menganggumu malam-malam, namun ada hal yang ingin kusampaikan padamu nona"

"Baiklah sampaikan apa yang ingin kau sampaikan padaku Nero?"

"Baru saja Sebastian Gremoth Zantarion menemuiku dan meminta izinku untuk duel antara Sebastian dan Almiro Matthias" Mendengar laporan Nero membuat Nuzan tersenyum tipis.

"Baiklah kau berikan izinmu, lalu apa Sebastian sudah menemui tuan Alicus?"

"Sudah nona, tuan Alicus sudah memberikan izinnya untuk duel itu, kini Sebastian sedang menunggu izin dariku"

"Baiklah kau beri izinmu"

"Baik nona perintahmu adalah mutlak bagiku, kalau begitu saya pamit undur diri, maaf sudah menganggumu malam-malam nona"

Nuzan terdiam sejenak setelah telepati Nero terputus, Nuzan menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya, dan meminum secangkir teh sembari menatap kearah Almiro yang sedang sibuk membaca, merasa di tatap oleh Nuzan membuat Almiro sedikit salah tingkah.

"Kenapa kau menatapku seperti itu huh?" Keluh Almiro, namun Nuzan hanya terdiam sembari terus menatap Almiro dengan tatapan tajam.

Melihat itu Almiro menghela nafas dan ingin menegur Nuzan, namun Almiro mengurungkan niatnya ketika Almiro melihat warna mata Nuzan berubah menjadi emas. Perubahan itu tidak terlihat sekilas seperti yang Almiro lihat selama ini, tapi cukup lama sehingga Almira dan Athanasia pun sadar akan perubahan warna mata Nuzan.

"Nuzan, kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Almira namun Nuzan hanya terdiam dengan pandangan terus mengarah pada Almiro.

Athanasia segera menghampiri Nuzan dan menutup mata Nuzan dengan telapak tangannya, entah kenapa Athanasia melakukan hal itu namun Athanasia merasa bahwa hanya seperti itu cara untuk membantu tuannya saat ini.

The AthasilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang