Di tempat lain di mana Damian berada. Tepatnya di sebuah bangunan yang sungguh besar layaknya istana kerajaan Inggris. Suasana dikelilingi dengan kabut, bahkan di siang hari sehingga membuat cahaya sulit untuk menyinari tempat itu. Terlihat ada banyak makhluk besar berbulu perak yang mulutnya dihiasi bercak merah, keluar-masuk ke arah kastil. Mereka adalah bawahan Damian.
Ketahuilah kawasan kastil dan sekitarnya itu adalah tempat tinggal Damian dan pack-nya yang bernama Silver Guard. Selain serigala, ada juga orang tengah sibuk melakukan aktivitas mereka seperti biasa. Orang yang sebenarnya bukan manusia sungguhan, melainkan serigala juga.
Masuk ke dalam bangunan itu, kini sang Alpha hanya duduk termenung di ruang makannya yang luas. Seorang diri dengan ditemani beberapa hidangan.
Kehidupannya memang selalu kesepian, membuat raut wajah yang seharusnya cerah menjadi suram seperti antagonis. Raut selalu datar, tanpa ada segaris senyuman pun di sana. Senyumannya telah hilang semenjak ayahnya meninggal 20 tahun yang lalu ketika dia masih berumur 10 tahun, karena sebuah hukuman. Hal itu menjadikan jiwanya sangat berubah.
Lalu ibunya? Entah. Pasal Ibu, Damian tidak ingin membicarakannya. Dia bahkan tidak tahu keberadaan ibunya sekarang. Yang dia tahu, ibunya adalah seorang manusia. Setelah melahirkan Daniel, entah kenapa wanita itu memutuskan kembali ke dunianya tanpa meninggalkan alasan yang jelas. Damian sangat benci jika mengingat itu.
Dan sekarang, kesibukannya hanyalah memandangi benda biru yang dia pegang tanpa menyentuh makanan sejak tadi. Menghela napas berat, berusaha berpikir untuk bagaimana caranya menemukan dua orang pemilik simbol yang dikatakan oleh dewi bulan.
Sebelah tangan meraih gelas berisi minuman. Menyesapnya sedikit sebelum mengamati pantulan wajahnya sendiri pada dinding gelas kaca.
"Emerald, violet, blue," gumamnya.
Di balik wajah tenang, sebenarnya di dalam otaknya masih bingung mengenai tiga warna yang disebutkan dewi bulan. Tangannya memutar pelan gelas itu. Menatap manik birunya sendiri, belum menyadari apa pun.
Benak berpikir keras mencari-cari benda apa yang kiranya memiliki tiga warna itu. Aurora? Batu alam? Atau mungkin bunga? Jika memang benda-benda tersebut adalah petunjuknya, bagiamana bisa benda itu menunjukkan penyakit memiliki simbol?
Ah, tidak mungkin. Dia harus berpikir lagi.
Sampai akhirnya beberapa saat kemudian. Seperti mendapat sebuah aliran energi yang membuat otak bekerja dengan sangat cepat, dia pun seketika menghentikan pergerakan tangannya.
"Wait." Damian mendekatkan gelas itu ke wajah demi melihat lagi pantulan iras tampannya.
"Apa mungkin ... biru ini?" Mata sontak melebar.
Satu-satunya biru yang dia lihat hanyalah warna matanya sendiri. Memori memutar kembali perkataan sang dewi yang mengatakan bahwa mata akan menuntunnya. Kini logika bekerja dengan membuat asumsi. Mungkin saja orang yang memiliki simbol itu juga memiliki warna mata yang sama seperti petunjuk sang dewi. Buktinya dia memiliki simbol di tangan dan warna maniknya biru. Tinggal mencari dua lagi.
Belum benar-benar yakin, tapi patut untuk dicoba dulu. Jarang-jarang otaknya berpikir secara cermat.
"Damian! Aku membutuhkanmu di perbatasan barat. Banyak Rogue sialan di sini."
Kelopaknya lantas berkedip setelah dia mendapat mindlink dari Daniel. Dia pun meletakkan gelas itu dan bergegas pergi menyusul adiknya.
Pria itu berlari keluar dari tempat tinggalnya menuju hutan, menembus kabut. Dengan gesit, dia melompati sebuah batang pohon besar yang sudah tumbang dan lapuk. Bersamaan itu, tubuhnya dengan cepat bertransformasi menjadi serigala berbulu perak yang ukurannya sangat besar dari serigala normal. Makhluk itu adalah wujud sang Alpha yang selalu dipuja rakyatnya. Serigala perak besar bermata biru. Hanya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Mate : Tricolor Destiny
Werewolf[Rewrite] "True love doesn't consider sincerity as sacrifice, but happiness." ~°°~ Demi menyelamatkan dunia malam yang terancam, Dewi Bulan harus menuliskan takdir dua insan yang seharusnya sudah tidak lagi berpijak di atas dunia ini untuk bersatu...