16. Wolves can't lie

74 18 15
                                    

Pagi kembali datang. Sudah seperti manusia biasa, Dave tidur di malam hari dan bangun ketika matahari sudah terbit. Dia setengah vampir, tapi dia tidak hidup seperti makhluk itu yang notabene beraktivitas di kegelapan. Dave merasa dirinya tetap manusia.

Setelah bangun, pria itu langsung menuju ke meja makan sebab perut tidak bisa diajak bermalas-malasan dulu. Di ruang makan sudah ada seorang wanita paruh baya sedang menyiapkan roti isi dan telur mata sapi. Nampak agak pucat karena dua hari lalu baru keluar dari rumah sakit.

“Ibu?” Yang dipanggilnya menoleh dan langsung menyambut dengan senyuman.

“Oh, selamat pagi, Tampan.”

“Wajahmu masih pucat. Seharusnya jangan melakukan kegiatan dapur dulu.” Dave mendekati wanita itu yang masih memegang teflon berisi telur setengah matang.

“Aku sudah baik-baik saja. Kau jangan khawatir.”

“Tidak. Sekarang lebih baik kau duduk. Biar aku yang menyiapkan roti isinya.” Dave menuntun ibunya untuk duduk.

Dave anak baik. Dia sangat menyayangi ibunya—Hellen Parker, meski dia tahu bahwa wanita itu bukan yang melahirkannya. 20 tahun bukan waktu yang lama untuk merawat seorang anak, apalagi dia bukan manusia, tentu saja banyak larangan yang harus dihindari demi menjaga identitas dan bertahan hidup di tengah-tengah orang biasa.

Sejak kecil Dave diajari banyak hal agar dirinya bisa hidup sebagai manusia normal. Tanpa orang tua dan hanya seorang wanita asing yang memberinya kasih sayang seperti ibu. Tak hanya Hellen, dia juga memiliki seseorang lagi yang menjadi tempat pulangnya.

Masakan akhirnya siap. Dave meletakkannya di atas meja untuk Hellen, dirinya dan satu orang lagi yang belum hadir. Setelah itu dia ikut mendudukkan diri.

“Amunisimu masih ada?” tanya Hellen sebelum menggigit roti isinya.

“Sisa satu kantong. Aku sudah meminta Frank untuk membawanya lagi hari ini,” jawab Dave seraya mengunyah.

“Syukurlah kalau begitu.”

Setelahnya kedua orang itu menyantap makanan mereka. Waktu berjalan bersama makanan yang masuk ke dalam mulut dan pembicaraan santai. Tak lama kemudian datang seorang pria tinggi yang membawa kardus entah berisi apa.

“Maaf, aku terlalu lama. Ada dombaku yang mati, jadi aku harus pergi menguburnya dulu,” ujar pria itu lalu ikut duduk di sebelah Dave.

“Tidak apa-apa,” balas Hellen.

“Oh ya, amunisimu ada di kardus. Semua masih segar.” Kali ini pria itu berbicara pada Dave.

“Terima kasih, Frank.”

Mereka bertiga seperti satu keluarga. Namun, nyatanya mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. Frank dan Hellen juga bukan suami istri atau saudara, tapi sejak dulu selalu saling melindungi seperti keluarga.

Frank hanyalah peternak domba biasa. Pria paruh baya itu juga ikut merawat Dave selama ini dengan memberi amunisi berupa darah segar dari domba peliharaannya. Dave diberi tahu bahwa Frank-lah yang membawanya ke rumah Hellen dari dalam hutan.

Sebenarnya Dave juga sangat penasaran mengenai asal-usulnya. Dia pernah beberapa kali bertanya pada Hellen dan Frank, tapi selalu saja dijawab dengan hal yang sama bahwa dirinya ditemukan dalam keadaan hampir dimakan oleh serigala liar di hutan. Hanya itu, selebihnya tidak ada cerita lagi.

“Aku ingin pergi ke rumah Lucas. Bisakah kau mengantarku, Frank? Mobilku ada di bengkel.”

“Boleh.”

Tidak ingin memusingkan hal itu, Dave lebih memilih untuk menjalani hidup yang benar sebagai manusia. Dia sangat menyayangi Frank dan Hellen. Tidak ingin berpisah. Jika dengan tahu asal-usulnya dari mana dapat membuatnya berpisah dari dua orang itu, maka lebih baik dia tidak tahu sama sekali. Dia sudah sangat menikmati hidup sebagai Dave Parker.

Eternal Mate : Tricolor DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang