“DAMIAN!”
Luka di tangan sudah entah bagaimana rupanya. Yang dia rasakan hanyalah sakit. Baju terasa basah karena keringat dan juga darah yang terus mengalir. Jeane memejamkan mata kuat-kuat saat mulut hewan itu terbuka di depannya. Berusaha siap untuk merasakan sakit yang lebih, bahkan berusaha siap untuk mati.
“Berhenti!”
Tiba-tiba mendengar suara seseorang, tapi dia enggan untuk membuka mata. Keningnya semakin berkerut untuk tetap terpejam. Napas memburu dipacu oleh ketakutan, keringat dingin bercucuran, bibir bergetar merasakan kesakitan yang luar biasa dan luka tidak berbentuk. Pokoknya Jeane benar-benar kacau di detik-detik hampir di ujung maut.
“Hei, Cantik. Bukalah matamu. Kau tidak perlu takut lagi,” ujar orang tersebut begitu lembut. Sepertinya seorang wanita.
Perlahan Jeane pun mulai memberanikan diri untuk membuka mata. Benar, seorang wanita cantik paruh baya dengan polesan make up menor ala perempuan malam di klub.
“Jangan takut,” kata wanita itu lagi.
Dia memang masih hidup karena serigala tadi tidak jadi menerkamnya. Namun entahlah, wanita paruh baya berjubah hitam yang tiba-tiba berjongkok di depannya sekarang malah membuatnya semakin takut.
“Siapa kau?” tanyanya terbata-bata dengan nada bergetar.
Terlihat tersenyum lembut, tapi sangat aneh. Tatapannya intens seperti ingin menghipnotis. Siapa wanita ini? Dari mana asalnya?
“Kau sangat cantik, Jeane.”
Jeane tidak kenal siapa pun di negara ini sebelumnya, bahkan tetangga neneknya. Tentu dia sangat terkejut. Dari mana wanita ini mengetahui namanya?
“Sepertinya Caiden selalu memanjakanmu.”
Nama ayahnya juga?
“Dari mana kau tahu namaku dan juga nama ayahku?”
Wanita itu justru mengembangkan senyumannya yang terlihat semakin menyeramkan, disertai dengan tawa kecil yang Jeane rasa bukan tawa yang enak didengar. Jelek sekali seperti penyihir.
“Saat melihat matamu yang berwarna violet itu, aku langsung tahu jika kau adalah putri dari Caiden Nuella. Jeane Nuella,” ungkap si wanita yang kini disertai dengan seringai. Ish, aneh sekali ekspresinya.
“Apa hubunganmu dengan ayahku? Siapa kau sebenarnya?"” Jeane curiga kalau orang ini bukan manusia sungguhan. Entah makhluk apa lagi. Kini, tangan dingin wanita itu menyentuh dagunya.
Seringai tak berubah malah kian menyeramkan. “Kalau kau ingin tahu, ikutlah denganku.”
“Aku tidak mau. Aku ingin pulang!”
Tak tahan dengan penderitaan di tangannya, Jeane turut tak tahan dengan keberadaan makhluk-makhluk ini. Sungguh, dia tak ingin ke mana-mana. Dia hanya ingin pulang dan memeluk sang ayah.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan mengantarmu pulang.” Seringai sontak menghilang, berganti dengan raut datar sembari menurunkan tangan.
Penuh dengan keraguan, tapi karena Jeane sedang tidak tahu arah maka dia pun mengangguk setelah berpikir beberapa saat. Dia berusaha berdiri bersamaan dengan wanita itu sambil terus memegangi tangannya yang dari tadi tidak berhenti mengeluarkan darah.
“Tapi kau terluka, lebih baik kau ke tempatku dulu untuk ku obati. Tempatku tidak jauh dari sini,” tawar si wanita
Sukar sekali hanya untuk menelan ludah saat masih melihat para serigala itu berdiri mengelilinginya. Terlihat air liur mereka menetes dan tatapan yang seakan ingin menerkamnya. Jeane sampai tak mendengar tawaran si wanita tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Mate : Tricolor Destiny
Hombres Lobo[Rewrite] "True love doesn't consider sincerity as sacrifice, but happiness." ~°°~ Demi menyelamatkan dunia malam yang terancam, Dewi Bulan harus menuliskan takdir dua insan yang seharusnya sudah tidak lagi berpijak di atas dunia ini untuk bersatu...