“Jeane ....” Kesadaran tiba-tiba menghampiri saat merasakan angin lembut membelai wajah dan suara mendayu menyentuh gendang telinga. “Jeane, Sayang.”
Jeane pun mendudukkan diri. Atensi seketika disambut oleh pemandangan yang begitu indah berupa padang yang luas. Rumput hijau terlihat sejauh mata memandang dan saat memutar tubuh ternyata di belakangnya berdiri pohon yang besar.
“Di mana aku?” Tanda tanya otomatis terucap sebab tempat ini sangat asing di matanya.
“Jeane Nuella.” Kembali, suara itu terdengar. Kepalanya menoleh untuk mencari sumber suara yang memanggil namanya. Namun nihil, tidak ada siapa-siapa di tempat ini.
“Siapa?” teriaknya.
“Oh, My beautiful girl.”
Kerutan spontan terukir di keningnya. Jeane lantas berdiri dan melangkah mencari-cari sumber suara yang anehnya seperti tidak bersumber. Suara itu seperti datang dari langit. “Kau siapa?” teriaknya sekali lagi dengan suara yang lebih keras.
“Putri kecilku sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.”
Bukankah begitu menyeramkan disaat ada suara namun tidak ada orang? Padahal matahari bersinar begitu cerah. Jeane berusaha untuk menahan ketakutan meski seluruh bulu kuduknya sudah berdiri.
“Kau siapa? Tunjukkan dirimu!”
“Tidak untuk sekarang, Sayang. Kau hanya perlu mendengarkanku saja saat ini.”
Manik masih senantiasa mengelilingi keadaan di sekitarnya sambil terus mendengarkan suara wanita misterius itu. Hendak kabur, tapi mau kabur ke mana? Tempat ini seolah tidak memiliki ujung.
“Apa yang ingin kau katakan?”
“Kau masih begitu ragu dengan apa yang sudah terjadi padamu. Tapi percayalah padaku bahwa pria yang ada di dekatmu sekarang akan menjadi takdirmu. Jika kau mendapatkan akhir yang tidak kau mau, think about what you have got now."
Jeane terdiam sejenak. Setiap kalimat itu entah kenapa spontan membuat kepalanya berpikir keras. “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
“Kau tidak akan mengerti jika kau hanya menggunakan kepalamu.”
What the hell? Tidak jelas sekali. Apa ini hanya mimpi?
Tiba-tiba Jeane merasa semuanya menjadi sangat terang dan tubuh seperti dibawa jatuh tiba-tiba. Kedua kelopak matanya pun terbuka dan dia melihat pemandangan yang berbeda dari sebelumnya. Saat ini barulah dia terbangun di kamar yang dia ditempati sebelumnya.
“Mimpi aneh.”
Setelahnya Jeane ingin mendudukkan diri, tapi tertahan oleh oleh lengan seseorang yang melingkar di atas perutnya. Kening berkerut menatap lengan itu, lalu dia pun menoleh ke kiri di mana seseorang masih terlelap di sampingnya.
“Damian?”
Jarak wajahnya kini sangat dekat dengan wajah Damian karena menoleh. Tanpa sadar dia semakin mengamati bagaimana lekuk wajah Damian ketika tidur.
Ah, sial. Isi kepalanya gampang sekali terhanyut hanya karena pria ini. Dalam tidur, Damian terlihat ... menggemaskan. Jeane benci mengakuinya tapi itulah yang dia pikiran. Wajah Damian benar-benar ... tidak pantas disebut sebagai pria brengsek.
“Aku menggemaskan?”
Jeane sontak melebarkan kelopak matanya terkejut ketika Damian tiba-tiba berbicara seolah menanggapi apa yang dia pikirkan. Lalu kedua kelopak itu terbuka dan langsung mengekang tatapannya dengan iris biru yang kian menghanyutkan.
“There are no cute wolves.”
Dalam derasnya arus yang terpancar melalui sorot biru Damian, Jeane masih berusaha keras untuk berenang ke permukaan agar tidak semakin tenggelam. Dia berdecih, memperlihatkan raut tidak suka sebagai pertahanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Mate : Tricolor Destiny
Werewolf[Rewrite] "True love doesn't consider sincerity as sacrifice, but happiness." ~°°~ Demi menyelamatkan dunia malam yang terancam, Dewi Bulan harus menuliskan takdir dua insan yang seharusnya sudah tidak lagi berpijak di atas dunia ini untuk bersatu...