01. Moongoddess

350 27 19
                                    

Gerhana sudah dimulai. Di istana bulan sekarang tidak ada cahaya sama sekali kecuali dari remang cahaya lilin yang otomatis menyala saat kegelapan. Di atas singgasana, seorang wanita bergaun putih berdiam seraya membaca sebuah buku tua.

Tidak ada teman, hanya ada kesunyian dan sebuah batu kristal violet yang dia letakkan di dalam kotak kaca di atas meja. Biasanya dia ditemani oleh salah seorang pelayan, tapi saat ini dia hanya ingin menyendiri.

Dia Lucine, si penguasa cahaya bulan yang menaungi makhluk malam. Dia dipuja oleh para serigala dan selalu disebut sebagai dewi bulan. Bukan yang terhebat di kalangan dewa, tapi sudah pasti yang paling hebat di antara makhluk bumi. Dia juga abadi, tidak bisa dibunuh bahkan dilukai.

Soal sifat, Lucine adalah seorang dewi yang lemah lembut, penyabar dan pemaaf. Cantik wajahnya benar-benar membuktikan kecantikan dalam jiwanya. Kepribadian itu membuatnya ditunjuk oleh dewa pemimpin untuk mengatur para serigala yang tak beradab.

Namun di balik sifat yang baik, Lucine juga memiliki ketegasan. Jika ada tragedi yang membuatnya marah, maka siapa pun yang terlibat di dalamnya tidak akan dia ampuni.

Sekarang kembali lagi pada Lucine yang sedang membaca buku. Dia hanya menunggu gerhana berlalu sebelum kembali mengawasi para serigala. Tanpa cahaya, pengawasannya pada dunia malam tidak akan berjalan maksimal sebab terdapat energi kegelapan yang begitu mengganggu.

"Kesetiaan adalah sebuah kebahagiaan bagi cinta sejati dan bukan pengorbanan," gumamnya membaca salah satu kutipan yang ada di buku itu.

Senyum terukir cantik saat manik violetnya kembali membaca kata-kata tersebut. "Cinta sejati," ulangnya. Tiba-tiba saja Lucine teringat dengan kisah uniknya dulu sehingga cukup lama dia memperhatikan deretan kata itu sebelum kembali ke paragraf selanjutnya.

"Pasangan sejati akan selalu melihat apa yang kau lihat. Dia akan tersenyum untukmu meski harus berdarah-darah demi membuatmu ... terus bahagia." Manik seketika berhenti pada paragraf itu. Senyum luntur dan berganti sendu yang memenuhi iras ayu-nya.

Entahlah, tidak ada yang tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh Lucine. Perubahan raut pun hanya samar bahkan angin saja tak menyadarinya. Dia adalah dewi. Jiwa pribadi tidak lebih penting dari posisinya saat ini sebagai pemelihara dunia malam.

"Dewi!" Sunyi terpecah begitu seseorang datang meneriakinya.

Lucine menutup buku lantas memindahkan perhatian pada orang tersebut. "Ada apa?"

Orang itu adalah salah satu pengawalnya. Keringat bercucuran membasahi wajah sebab panik. "Penyihir itu datang me—"

Reaksi Lucine tak berlebihan. Dia hanya melebarkan kedua kelopak mata saat pengawalnya itu dilempar sebuah besi tajam dari belakang oleh seseorang. Begitu pria tersebut ambruk, barulah dia bisa melihat siapa yang datang membuat kepanikan.

"Selamat malam, Dewi." Senyum lebar penuh kejahatan mengembang.

Tak menanggapi bahkan berdiri dari singgasana pun tidak, Lucine seolah sudah tahu apa maksud kedatangan wanita penyihir itu kemari.

"Sepertinya kedatanganku ada di waktu yang tepat, melihat kau sedang tidak melakukan apa pun." Dia melangkah memasuki ruangan, berdiri lebih dekat di depan sang dewi.

"Severa si anak terkutuk. Mau apa lagi?" Sarkas tapi diucapkan dengan nada lembut, begitulah Lucine, "bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak akan memberikan petrablu padamu?"

Tawa menggelegar. Wanita yang disebut dengan anak terkutuk itu sama sekali tidak terlihat sungkan bahkan hendak menantang sang dewi.

"Sudah pasti kau tidak akan memberikannya padaku. Maka dari itu aku akan membunuhmu malam ini."

Eternal Mate : Tricolor DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang