27. Damian's weak side

65 12 20
                                    

"Frank, ayo cepat berubahlah. Aku ingin segera pulang dan melihat adikku."

"Tunggu sebentar, Tuan Muda Damian. Kau tidak lihat aku sedang mengikat hasil buruan kita?"

"Bukankah sudah kau lakukan sejak tadi? Kenapa lama sekali? Aku membawa bunga untuk ibuku. Nanti layu!"

"Sabar, Tuan Cerewet."

Pada dasarnya anak itu sangat cerewet dan mudah antusias dengan hal kecil. Hanya sekadar menemukan tumbuhan lavender liar yang warnanya lebih cerah dari yang di kebun, Damian sangat ingin memberikan bunga itu pada ibunya yang sangat menyukai lavender. Dia sampai terus mengomeli pengasuhnya yang masih mengumpulkan hasil buruan dari tadi pagi.

Setelah selesai, Frank lantas berganti shift. Damian menaiki punggung serigala Frank kemudian mereka berdua pulang menuju pack.

Singkatnya mereka harus melewati hutan gelap berkabut untuk kembali pulang. Jarak lumayan jauh, tapi tidak menjadi masalah sebab serigala memiliki tenaga yang cukup kuat untuk berlari.

Akhirnya setelah perjalanan, mereka sampai di depan kastil. Dengan tak sabaran, Damian segera turun dari punggung Frank lalu berlari memasuki bangunan itu. Kaki kecilnya melangkah cepat hendak menaiki tangga, tapi belum berpijak pada anak tangga pertama orang yang ingin sekali dia temui tiba-tiba berjalan menuruni tangga. Damian pun terdiam.

"Ibu?"

Anak sekecil itu sudah terlihat terheran-heran melihat ibunya yang berjalan-jalan menuruni tangga padahal baru saja melahirkan. Memangnya tidak sakit?

"Kau sudah pulang, Sayang? Bagaimana berburunya?" tanya wanita itu sambil mendekati si anak.

"Menyenangkan. Aku membawakan lavender untukmu. Bunga ini ada di dekat sungai. Aku bawa karena warnanya cantik dan baunya lebih harum." Dia menyodorkan bunga lavender yang sejak tadi tak lepas dari genggaman tangan kecilnya.

Hellen mensejajarkan tubuhnya dengan Damian setelah menerima bunga tersebut. Dengan bibir pucat, dia tersenyum lembut seraya membelai sisi wajah si anak.

"Adikmu laki-laki, namanya Daniel."

"Daniel?" Mata biru Damian berbinar bahagia.

"Tapi kenapa kau ada di sini? Bukankah melahirkan itu sangat sakit? Seharusnya kau tetap beristirahat," lanjutnya. Binar tadi sedikit memudar, berganti kekhawatiran.

Damian masih kecil dan polos. Instingnya belum setajam milik serigala dewasa yang bisa tahu situasi dengan membaca pikiran lawan bicara. Melihat air mata yang menetes dan bibir bergetar karena menahan isak, otomatis dia segera merengkuh wajah ibunya. Sorotannya kian panik.

"Ibu, kau kenapa? Kenapa kau menangis?"

Tubuhnya tiba-tiba didekap erat. Hellen semakin terisak dan menjatuhkan tetesan air mata ke baju Damian.

"Ibu?"

Damian sangat menyayangi dan menaruh perhatian penuh pada Hellen. Bahkan dia sering memarahi ayahnya ketika sering mengganggu ibunya ini.

"Tolong bicaralah," pintanya.

Tak lama, muncul seorang pria pirang menuruni tangga. Damian melayangkan tatapan penuh tanda tanya pada pria itu sambil mengelus punggung ibunya, tapi sayangnya pria itu tak menjawab apa pun dan hanya membalas dengan sorot sendu.

Hellen lalu melepas pelukannya setelah isakan reda lalu memegang kedua bahu Damian. Air mata masih berlinang sembari menatap si anak.

"Aku harus pergi."

Damian merasa dunianya baik-baik saja, tidak ada badai. Hari-hari terasa menyenangkan dia lalui. Setiap melihat wajah gelisah, dia selalu menghiburnya. Namun, kenapa hari ini begitu tiba-tiba?

Eternal Mate : Tricolor DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang