Aku terbangun karena suara televisi yang sedang ditonton oleh Kirana.
Kirana melihatku. "Kau sudah terbangun? Kebo sekali, jam segini baru bangun," tutur Kirana.
Aku menguap dan tersenyum mengingat kejadian semalam.
Kirana memberiku tatapan aneh. "Ada apa kau? Seperti orang gila saja senyum-senyum sendiri."
Aku berbalik menghadap Kirana masih dengan senyum di wajahku. "Semalam...."
Kirana menaikkan alisnya. "Ada apa semalam?"
"Semalam aku sama...." Aku menutup wajahku dengan selimut.
Kirana menarik selimut dan menatapku. "Kau dan siapa? Jangan buatku penasaran."
"Aku sama Calum."
"Calum? Ada apa dengan kau dan Calum?" Kirana sekarang terlihat lebih tertarik kepadaku dibanding televisi. Aku tersenyum kepadanya dan menaik turunkan alisku.
"Oh, jadi sekarang kau sudah main rahasia kepadaku?" tanya Kirana.
Aku tertawa. "Oke, oke. Jadi semalam aku dan Calum bertemu di cafe."
Kirana mengerutkan keningnya. "Kau ke cafe? Bukannya kau sudah tidur ya?"
"Tidak, aku tidak bisa tidur jadi aku memutuskan untuk ke cafe," kataku.
"Terus?" tanya Kirana.
Aku menceritakan ke Kirana secara detail tentang pertemuanku dengan Calum semalam.
Kirana memeluk bantal dan berkata, "Jadi kau berfoto dengannya? Dan dia merangkulmu?"
Aku menganggukkan kepalaku. "Setelah itu dia pamit untuk kembali ke kamarnya, tapi saat ingin melangkah dia berbalik berkata 'Oh anyway, tentang hal yang di ruang makan tadi ... suara ketawamu sangat lucu.'" Aku menjelaskan kepada Kirana dengan menirukan suara Calum.
Dia mengambil ponselku dan membuka galeri foto. "Aaaaa Kiranaaaa. Kenapa kau tidak membangunkanku? Kita kan bisa pergi bersama."
"Siapa suruh terlalu cepat tidur. Lagian kau terlihat capek, aku tidak tega mengganggumu tidur." Aku menjulurkan lidahku.
Kirana kembali menatap fotoku dan Calum dengan muka masam.
"Lagian kalau ada kau semalam, tidak akan ada adegan Calum merangkulku," kataku.
Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Kirana terlihat tidak berniat untuk membukanya.
Aku menaikkan alisku. "Kau tidak akan membukanya?" tanyaku.
"Tidak."
"Huft, untung aku sedang berbaik hati hari ini," kataku seraya berjalan untuk membuka pintu.
Di depan pintu terlihat Abi yang lagi-lagi tersenyum.
"Hi, Abi."
"Hi, Clara. Kalian sudah sarapan?"
"Belum, kami belum sarapan," kataku.
"Oh kalau begitu silahkan sarapan di ruang makan dan ke Hall Room setelah makan."
"Hall Room? Dimana?" tanyaku.
"Iya, di lantai 8 kok. Ada di ujung koridor ini." Katanya menunjuk ke sebelah kirinya.
"Oh oke," jawabku.
"Iya."
"Thank you, Abi."
"You're welcome." Abi berjalan pergi.
Aku memberi tahu Kirana tentang hal itu dan bergegas mandi. Setelah mandi, aku dan Kirana bergegas ke ruang makan. Aku tidak tahu kalau senang itu menambah nafsu makan. Aku memakan makananku dengan sangat lahap. Aku seperti tidak makan selama dua hari.
Setelah makan, aku dan Kirana berjalan menuju Hall Room yang dimaksud Abi. Aku belum pernah berjalan di koridor ini melewati kamar kami. Persis seperti penjelasan Abi, saat kami sampai di ujung koridor, terlihat sebuah pintu yang bertuliskan Hall Room.
Ternyata di dalam Hall Room sudah sangat banyak pemenang DITMU yang lain.
Di dalam Hall Room terdapat sofa yang disusun berbentuk huruf U mengahadap ke sebuah televisi. Aku dan Kirana berjalan ke arah sofa yang masih kosong. Aku melihat Shanley dan Myrna sedang berbicara dengan seorang pemenang DITMU.
Mrs. Emma datang dan membuat kami senua berhenti berbicara.
"Hey," kata Mrs. Emma.
"Jadi, ruangan yang yang kalian tempati ini adalah Hall Room. Kalian semua bebas menggunakan ruangan ini kapan saja, begitu juga 5sos. Ruangan ini lebih tepatnya akan menjadi tempat nongkrong kalian bersama 5sos. Lebih tepatnya ruangan ini bisa membuat kalian dekat satu sama lain. Anggap ruangan ini adalah rumah kalian. Suit yourself!"
Tepat saat Mrs. Emma selesai berbicara, Luke dan Ashton memasuki Hall Room.
"Okay, Ashton dan Luke telah datang. Kita tinggal tunggu Calum untuk sesi perkenalan satu sama lain," kata Mrs. Emma.
Ashton dan Luke berjalan kearah sofa yang berada di seberangku. Ashton duduk tepat berhadapan denganku.
"Hey!" kata Ashton. Aku melihat samping kanan dan kiriku, tak ada yang sedang menatap Ashton.
"Me?" tanyaku.
"Yeah, kau. Siapa lagi?" Ashton tertawa.
Aku tertawa. "Oh, hey Ashton."
Ashton tersenyum kepadaku menampakkan lesung pipinya. Manis sekali. Aku memang Calum Girl, tapi bukan berarti aku tidak menyukai Ashton, Luke, maupun Michael.
"Indonesia, 'kan ?" tanyanya.
"Yeah." Tepat setelah aku menjawabnya, Calum masuk ke dalam ruangan bersama Michael dan berjalan ke arah sofa yang masih kosong di samping kiriku.
Calum melihatku dan mengedipkan sebelah matanya.
✕✕✕
Sepertinya chapter selanjutnya aku publish agak telat dari biasanya, maaf yaa.
Thankyou for reading, please leave a vomments
👾
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanlove || c.h.
Fanfiction"Aku menyayanginya," kataku. Dia tersenyum. "Aku tahu, kita semua menyayanginya." "Tidak, kau tidak mengerti," aku tertunduk. "Aku menyayanginya lebih dari sekedar fans ke idolanya." Highest Rank -> #57 ⓒ Copyright 2015. All rights reserved.